Hampir semua orang ingin “mengukir nama” di dunia ini. Menjadi terkenal dan dipandang banyak orang. Masyhur dan dikenang oleh ribuan manusia.
Sebuah keinginan dan cita-cita yang manusiawi. Normal.
Sayangnya, banyak yang melakukannya dengan cara yang salah.
Salah satunya bisa terlihat di Kebun Raya Bogor. Sebuah tempat yang seharusnya dijaga karena merupakan sebuah cagar budaya, bukan hanya Bogor tetapi juga di Indonesia.
Beberapa dari mereka seperti ingin agar orang tetap mengenang dan mengingat mereka dengan cara mengukir nama mereka pada pepohonan disana.
Entah apa tujuannya. Apakah mereka ingin diingat oleh orang lain? Apakah ingin agar jejak mereka akan terus ada di tempat bersejarah tersebut?
Yang manapun jawabannya mereka melakukan sebuah kesalahan. Besar.
Mengapa salah
- Dengan mengukir nama mereka di tempat yang seharusnya dijaga, mereka hanya meninggalkan sebuah keburukan yang akan terus diingat orang lain.
- Tanaman tidak akan membuat nama mereka abadi dan diingat karena suatu waktu tanaman pun akan mati
- Mereka merusak tanaman yang sudah bertahun-tahun dijaga demi sesuatu yang tidak jelas tujuannya. Mereka tidak menghargai jerih payah pengelola Kebun Raya Bogor dan uang yang sudah dikeluarkan untuk membesarkan tanaman tersebut.
Sesuatu yang seharusnya tidak dan jangan pernah dilakukan.
Siapa pun yang melakukan ini seperti menabur angin menuai badai. Badai kemarahan banyak orang dan sumpah serapah lah yang akan diterima.
Oleh karena itu Kawan, meskipun saya yakin para pembaca Lovely Bogor bukanlah orang seperti itu, saya hanya bisa menghimbau agar hal seperti ini tidak dilakukan lagi. Cegahlah orang terdekat Anda dari melakukan vandalisme seperti ini dimanapun dan bukan hanya di Kebun Raya Bogor.
Bukan ini cara yang benar untuk mengukir nama.
haha,,,saya jadi ingat kebiasaan saya waktu kecil dahulu saat melihat tanaman itu, pasti ambil durinya lalu ukir NAMA…kebiasaan yang salah ternyata.
Jangan kang.. merusak itu namanya
Itu karena, mereka yang merusak tidak punya “rasa memiliki” mas. Benar-benar terlalu …
Memang betul mas Slamet.. Mereka tidak merasa “memiliki”. Padahal sayang sekali