Kawasan Tertib Pasar – Harus Lebih Dari Slogan

Kawasan Tertib Pasar (KTP).  PD Pasar Pakuan Jaya

  1. Dilarang Berjualan
  2. Dilarang Parkir
  3. Dilarang Masuk
  4. Dilarang Berhenti

Setidaknya itu tulisan yang terpampang di sebuah gapura besi dengan papan bertuliskan bahwa area yang akan dimasuki adalah Kawasan Tertib Pasar di Pasar Bogor.

Kira-kira apa yang akan terpikirkan kalau ada papan bertanda hal-hal seperti itu?

Hampir pasti kita semua berharap akan menemukan sebuah jalur dimana tidak ada aktifitas jual beli. Jalur yang bertitik awal dimana tanda tersebut berada.

Kawasan Tertib Pasar di Pasar Bogor
Papan Penanda Kawasan Tertib Pasar di Pasar Bogor

Logisnya seperti itu.

Mari kita saksikan kawan. Kebetulan kemarin, sebuah foto hasil jepretan sang Fuji Finepic menampilkan bagaimana suasana di sepanjang jalur Kawasan Tertib Pasar ala PD Pasar Pakuan Jaya ini.

Kawasan Tertib Pasar
Aktifitas di Kawasan Tertib Pasar
Kawasan Tertib Pasar di Pasar Bogor
Pemandangan di Kawasan Tertib Pasar

Yak. Demikianlah pemandangan dan suasana di sebuah jalur yang merupakan Kawasan Tertib Pasar.

Semua hal yang dilarang dilakukan, ternyata justru dikerjakan di sepanjang jalur yang ditetapkan.

Bingung? Jangan.

Bukankah sudah biasa hal ini dilakukan. Bukan hanya di Bogor saja, di banyak kota di Indonesia, banyak sekali hal-hal yang ironis. Ironis karena sesuatu yang tidak diperkenankan justru dilakukan tepat di bawah tanda larangannya.

Hal lain yang ditunjukkan oleh foto-foto ini adalah ketertiban dalam sebuah masyarakat, tidak akan pernah terwujud hanya oleh sekedar slogan dan himbauan.

Seringkali kesadaran masyarakat harus dibangun dengan melakukan cara penegakkan hukum.

Singapura bisa dijadikan contoh yang baik. Kota tersebut menjadi bersih dan nyaman karena pemerintahnya melakukan berbagai penindakan terhadap pelanggaran-pelanggaran kecil.

Jangan pernah coba-coba meludah di depan umum, makan permen karet disana. Sanksi yang dikenakan lumayan mahal.

Bagaimana dengan di Bogor (dan kota-kota lain di Indonesia)? Kecenderungan untuk mengedepankan kompromi seringkali justru membiarkan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku.

Hasilnya, dua foto di Kawasan Tertib Pasar menunjukkan apa yang terjadi karena sikap kompromistis oleh petugas yang berwenang. Tanda larangan atau simbol sama sekali tidak memilik arti dan fungsi selain hanya sebagai pemanis.

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.