Kesadaran Masyarakat Membuang Sampah Dengan Benar Benar-Benar Parah

Selama menjalani rutinitas sebagai seorang city blogger yang hampir mendekati 9 bulan ini, ada beberapa hal yang menempati catatan tersendiri dalam notes. Hal yang paling menonjol adalah mengenai rendahnya kesadaran masyarakat membuang sampah di tempat yang seharusnya.

Hal ini menjadi catatan tersendiri mengingat pemeirntah kota Bogor sedang berjuang mengembalikan image kota ini kembali seperti dahulu. Kembali menjadi sebuah kota yang bersih, indah dan nyaman. Selain itu juga mengingat berbagai kritikan banya warga Bogor atas ketidakmampuan pemerintah mereka mengatasi masalah persampahan.

Tidak dapat disangkal, hampir di setiap sudut kota hujan gampang sekali ditemukan onggokan sampah. Sampah terdapat dimana-mana mulai dari saluran air, jalan raya, pasar dan pertokoan. Hampir tidak ada yang bersih 100% dari onggokan sampah berbagai jenis. Mungkin hanya wilayah di jalur utama Bogor dekat Istana Bogor, Balaikota dan Kebun Raya saja yang bisa dikecualikan.

Selebihnya, tidak ada yang terbebas dari onggokan sampah.

Kesadaran masyarakat membuang sampahDi beberapa komunitas Bogor online, masalah ini sudah berulangkali menjadi topik dan pembahasan seru. Banyak yang tetap menuding bahwa kinerja Dinas Kebersihan kota tidak bekerja dengan baik. Tumpukan dan ceceran sampah dipergunakan sebagai bukti ketidakberesan kerja dinas terkait.

Namun, pemandangan tidak mengenakkan yang banyak terlihat di berbagai sudut kota sebenarnya berkata lain. BUKAN, itu bukan disebabkan karena ketidakbecusan dinas terkait dalam menangani.

Bukti-bukti tersebut justru menunjukkan KETIDAKBERESAN dalam masyarakat Kota Bogor sendiri. Kesadaran masyarakat membuang sampah secara baik dan benar sangat rendah.

Apabila sampah di dalam tong sampah tidak diangkut oleh petugas, memang hal tersebut menunjukkan adanya masalah disisi dinas terkait. Hanya saja, ketika sampah berserakan di tempat-tempat yang tidak semestinya menunjukan hal yang berbeda.

Hal yang diwakili oleh situasi tersebut hanya merujung pada satu hal, yaitu ada anggota masyarakat yang membuangnya di luar area yang seharusnya. Dimana area yang seharusnya itu? Tong sampah !

Sistemnya sederhana saja di masyarkat manapun. Anggota masyarakat meletakkan benda yang tidak terpakai pada lokasi yang sudah ditetapkan pemerintah. Kemudian tugas pemerintah adalah mengambilnya dan membuangnya ke tempat penampungan akhir.

Itu saja ! Prosedur penanganan sampah dalam sebuah kota/masyarakat sesederhana itu.

Kesadaran masyarakat membuang sampahDalam kasus sampah bertebaran di Bogor, ceceran sampah tersebar di berbagai lokasi di luar area yang sudah ditetapkan. Masyarakat tidak menjalankan kewajibannya secara BENAR. Jelas sekali hal ini mencerminkan betapa rendahnya kesadaran masyarakat membuang sampah di kota Bogor.

Lucunya sekaligus parahnya, kemudian mereka melemparkan kesalahan tersebut kepada pemerintah. Padahal kalkulasi sumber daya penanganan sampah akan selalu dihitung berdasarkan titik-titik lokasi resmi penampungan sampah. Petugas dinas terkait tidak direncanakan untuk menjadi pemungut sampah di seluruh bagian kota.

Otomatis hal ini mengakibatkan area yang harus di-cover oleh petugas menjadi semakin luas dan banyak. Bila seharusnya hanya puluhan titik dengan kelakuan warga yang seperti ini menjadi ratusan bahkan ribuan titik yang harus dipantau dan dibersihkan. Sesuatu yang membuat alokasi dana dan tenaga tidak akan mencukupi dan tidak akan penah akan mencukupi.

Cara meningkatkan kesadaran masyarakat membuang sampah dengan benar

Pelajaran tentang membuang sampah pada tempatnya sudah diajarkan sejak tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Universitas. Berbagai slogan sudah pula didengungkan. Tanda larangan membuang sampah sudah banyak terpampang dimana-mana. Baliho, spanduk, dan pamflet sudah disebarkan.

Lalu, mengapa tetap tak mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya ?

Jawabannya ternyata ada pada sifat dasar manusia yang ingin enak dan dimanja. Setiap manusia ingin aman, nyaman, cepat dan tidak mengeluarkan tenaga dan biaya. Masyarakat Bogor seperti juga masyarakat Indonesia masih terlalu manja bahkan untuk menyelesaikan hal yang terkait dirinya.

Kesadaran masyarakat membuang sampahMau enak sendiri ! Itulah singkatnya.

Selama hanya berupa slogan, ajakan, permohonan, biasanya tidak akan pernah digubris. Hanya sebagian kecil saja yang menyadari kewajiban yang dimilikinya.

Oleh karena itu, tinggal jalan terakhir karena semuanya sudah tidak mempan. Jalan tersebut adalah penerapan hukum secara tegas terhadap semua pelanggar. Berikan sanksi yang merugikan si pelanggar karena naluri manusia untuk menghindari sesuatu yang akan merugikan dirinya.

Sejarah mencatat Singapura dulu juga mengalami masalah yang sama dengan kejorokan warganya. Sejarah mencatat pula bahwa saat ini negeri Singa itu merupakan salah satu negara terbersih di dunia.

Singapura mencapai hal tersebut dalam kurun waktu yang panjang dan penerapan hukum yang konsisten dan tegas.

Jakarta , Surabaya dan Bandung mulai menunjukkan hasil dari sikap tegas pemerintah terhadap warganya sendiri yang melanggar aturan. Masih belum seperti yang diharapkan tetapi perubahan sudah nampak di banyak sisi. Kesadaran warganya membaik.

Langkah mereka juga belum selesai dan masih panjang. Masih terlihat banyak kucing-kucingan antara petugas dan warga tetapi langkah ke arah sana sudah dimulai. Hasilnya kemungkinan besar baru akan dirasaan 3-5 tahun ke depan.

Sementara kota Bogor sejauh ini belum terlihat upaya tersebut.

Itulah catatan khusus dalam notes seorang city blogger selama beberapa bulan menjelajahi kotanya sendiri. Catatan tersebut sayangnya berupa RENDAHNYA kesadaran masyarakat membuang sampah dengan benar. Sebuah catatan buruk.

Siapapun anda yang membaca catatan ini, meskipun anda bukan warga Bogor, saya berharap bisa membuat anda menyadari bahwa kotornya kota anda kemungkinan adalah karena sebab anda sendiri. Ubahlah dan bantu pemerintah dalam membersihkan dengan hal sederhana yaitu buanglah sampah anda pada tempat yang seharusnya !

Bogor, 23 Mei 2015

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.