Mencari Jodoh Di Komunitas Masyarakat Cinta Bogor

Mencari jodoh atau pasangan hidup adalah sesuatu yang kodrati. Setiap manusia dari zaman ke zaman akan melakukannya. Bagaimanapun, hal itu adalah sebuah kebutuhan setiap orang untuk menemukan pendamping hidup masing-masing.

Yang menarik adalah cara mencari pasangan hidup itu karena setiap zaman akan berbeda. Di masa lalu, mencari jodoh sering harus dilakukan via orang ketiga, malu-malu dan tidak blak-blakan. Tahun 1980-an, gayanya tentu berbeda lagi, lebih berani tetapi masih tetap agak malu-malu kucing.

Nah, di abad ke-21 ini, ternyata gayanya pun berubah lagi. Dibantu dengan ketersediaan media sosial, pencarian jodoh/pasangan hidup menjadi sangat terbuka. Blak-blakan sekali.

Beberapa postingan di Komunitas Masyarakat Cinta Bogor di Facebook mencerminkan semakin bergesernya gaya orang dalam mencari jodoh.

Mencari jodoh lewat komunitas dunia maya

Terang-terangan. Hampir tidak berbeda dengan gaya yang dipakai para pedagang di komunitas yang sama.

Bukan sebuah kesalahan (paling tidak menurut saya) karena pendiri Komunitas Masyarakat Cinta Bogor, Kang Bagus Karyanegara, yang sedang mengajukan diri menjadi calon Walikota Bogor periode berikutnya, menyebutkan bahwa komunitas tersebut adalah ajang silaturahmi antar warga Bogor.

Tidak ada batasan bagaimana member-membernya harus berinteraksi selama masih dalam batas kesopanan dan kesusilaan. Semua orang bisa mengemukakan pendapatnya dan berekspresi.

Nah, usaha mencari jodoh adalah sesuatu yang wajar dan normal saja. Tidak ada yang salah dari semua itu. Apalagi dengan lebih dari seratus ribu anggota, maka memang besar kemungkinan pertemuan antar dua manusia yang mengarah ke jenjang perkawinan sangat mungkin terjadi.

Mencari teman hidup lewat komuniast dunia maya Masyarakat Cinta Bogor di Facebook

Dua screenshoot di atas hanyalah sebagian kecil saja dari usaha mencari jodoh yang dilakukan cukup banyak member. Cara yang lain, yang mungkin lebih “halus” adalah dengan memajang foto selfie.

Banyak juga yang mengatakan hal tersebut sebagai tidak pantas, tetapi mungkin harus diterima sebuah kenyataan bahwa zaman sudah berubah. Sesuatu yang dulu dianggap kurang pantas, pada zaman “now” ini dianggap biasa saja. Jika hal ini dilakukan di masa embah-embah kita mungkin pelakunya dianggap tidak tahu malu, tetapi di masa Facebook dan media sosial adalah bagian hidup, hal seperti ini dipandang “biasa”.

Buktinya, cukup banyak juga warga Masyarakat Cinta Bogor yang memberikan dukungan terhadap pemosting seperti itu. Terlihat adanya pergeseran norma di dalam masyarakat Bogor dan hal tersebut juga adalah bagian dari siklus budaya.

Setiap zaman akan berbeda gayanya.

Bagaimana dengan saya? Untungnya, saya sudah memiliki pasangan hidup, jadi tidak perlu memanfaatkan media sosial untuk mencari jodoh saya. Dan, saya tidak perlu menjawab pertanyaan ini.

Bagaimana dengan Anda? Maukah meniru usaha mencari jodoh seperti ini?

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.