POPOK 2 IN 1 (FROM POPOK TO PUPUK) : INOVASI POPOK EKONOMIS YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN AMAN BAGI BAYI

Pengantar dari Lovely Bogor :

Awalnya, terhadap tulisan berjudul “Popok 2 in 1 (From Popok to Pupuk). saya berniat melakukan pengeditan terhadap kiriman dari beberapa rekan mahasiswa IPB ini. Alasannya karena gaya penulisannya yang formal dan “agak berat” kurang begitu nyambung dengan gaya yang dipakai Lovely Bogor dan sebuah hal yang normal karena artikel di bawah ini adalah sebuah makalah penelitian dan bukan artikel untuk sebuah website yang biasanya lebih ringan.

Tetapi, pada akhirnya, saya memutuskan untuk menerbitkan apa adanya. Hanya ada beberapa bagian yang diatur ulang posisinya. Hal itu disebabkan karena kekhawatiran akan merubah isi yang membuat tulisan menjadi tidak

Tulisan ini akan sangat bermanfaat jika bisa diwujudkan secara nyata oleh siapapun karena bisa menghasilkan produk ramah lingkungan tetapi tetap modern.

Sekaligus memberitahukan bahwa banyak orang muda di Bogor yang mampu berkreasi dan berinovasi tanpa gembar gembor media.

Terima kasih saya ucapkan kepada

  • Sekar Ilma Tiarani G44140072
  • Sri Ilmiati G34140027
  • Siti Nuratiah Hafsah KA I24140031
  • Arih Amirah Sari F34140093
  • Sofa Azizah B04140125

Yang sudah mau berbagi pengetahuan lewat makalah ini.

Silakan teruskan membacanya. Pengantarnya sampai disini saja.


BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah adalah sisa suatu kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup 2003).

Permasalahan sampah terlihat lebih kompleks di daerah perkotaan karena kota merupakan kawasan pemusatan usaha atau aktivitas masyarakat.

Salah satunya Kota Bogor yang juga menghadapi banyak tantangan dalam menangani permasalahan dan pengelolaan sampah. Timbunan sampah yang terdapat di Kota Bogor tahun 2015 ialah sebanyak 2.704.761 liter/orang/hari. Pengelolaan sampah yang kurang tepat dapat memengaruhi lingkungan sekitar sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Menurut Drs. Rasio Ridho Sani selaku Deputi IV Bidang Pengelolahan Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah bahan berbahaya dan beracun paling dominan di Indonesia berasal dari sampah rumah tangga. Beberapa dari sampah rumah tangga yang menyumbang terhadap pencemaran lingkungan adalah sampah popok bayi. Menurut Prigi (seorang aktivis ECOTON), sampah popok bayi sekali pakai menempati urutan ke-3 di bawah sampah tanaman seperti (ranting dan daun) dan sampah plastik (bungkus mie instan, minuman kemasan, dan lain-lain).

Popok bekas pakai tersebut mengandung materi fekal atau sumber penyakit yang seharusnya dibuang ke dalam lingkungan anaerob seperti WC untuk kemudian diurai oleh bakteri anaerob. Fenomena ini sangat membahayakan bagi kualitas air sungai di sekitar kita.

Padahal kita ketahui bahwa popok bayi sekali pakai adalah jenis umum yang digunakan masyarakat Indonesia. Penggunaanya yang praktis dan sederhana menjadi salah satu faktor penarik minat konsumen. Hal ini merupakan masalah besar yang harus segera diselesaikan, karena sampah plastik merupakan limbah yang penguraiannya membutuhkan waktu lama, berpotensi menjadi sumber penyakit, dan merusak nilai estetika lingkungan.

Oleh karena itu muncullah inovasi untuk membuat desain popok yang ramah lingkungan dan sesuai dengan ekonomi masyarakat Indonesia, yakni POPOK 2 IN 1 (From Popok to Pupuk) merupakan inovasi popok ekonomis yang ramah lingkungan dan aman bagi bayi.

POPOK 2 IN 1 merupakan popok bayi yang didesain sedemikian rupa dan ramah lingkungan. Bahan yang digunakan berasal dari bahan biodegradabel yang akan mengurangi resiko pencemaran plastik pada lingkungan.

Limbah alami yang berasal dari kotoran bayi akan diarahkan untuk menjadi sumber pupuk organik dengan petunjuk pemanfaatan pada kemasan popok. Desain popoknyapun dibuat sedemikian rupa agar mengurangi kontak langsung tangan ibu dengan kotoran, namun tidak mengurangi kenyamanan dan keamanan bayi.

Hal ini menjadi keunggulan tersendiri, karena hampir semua manusia merasa jijik dengan kotoran, sehingga selalu menghindari kontak langsung dengannya. Akibatnya banyak pemanfaatan kotoran tidak maksimal dan malah merusak lingkungan. Secara ekonomis, popok ini ditargetkan dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat Indonesia dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas dalam program ini adalah :

  • Bagaimana bentuk popok yang nyaman, aman, dan pas untuk bayi serta mampu bernilai ekonomis?
  • Bahan apa saja yang diperlukan untuk membuat popok ramah lingkungan?
  • Pupuk seperti apa yang dapat dibuat dari limbah popok tersebut di atas dan bagaimana aplikasinya dalam tanaman?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya POPOK 2 IN 1 sebagai berikut :

  • Membuat popok bayi yang nyaman, aman, dan pas untuk bayi serta bernilai ekonomis.
  • Mengurangi pemakaian popok sekali pakai dari pasaran sebagai sampah popok yang belum ramah lingkungan.
  • Membuat pupuk dari limbah popok yang sudah tidak dipakai sekaligus mengaplikasinya dalam tanaman.
  • Membandingkan dengan popok yang dijual di pasaran (popok sekali pakai dan popok kain).

1.4 Target Luaran

Adapun target luaran adalah pembuatan POPOK 2 IN 1 yang sesungguhnya untuk mengurangi sampah popok yang belum ramah lingkungan, melakukan publikasi ilmiah resmi, dan menghasilkan pupuk organik yang dapat digunakan untuk penyuburan tanaman di sekitar rumah tangga atau lingkungan. Selama pengerjaan hanya sampai pada pembuatan POPOK 2 IN 1 dan menghasilkan pupuk organik sedangkan publikasi ilmiah secara resmi masih dalam tahap selanjutnya.

BAB 2. METODE

Proses pembuatan POPOK 2 IN 1 dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya dalam bagan berikut :

bagan popok jadi pupuk ipb
Gambar 1 Bagan metode pelaksanaan

Adapun tempat pengerjaan prototip di Perumahan Laladon Indah (Ciomas), Jalan Babakan Raya 1 no. 22 (Dramaga), sekitar kampus IPB (Dramaga), dan Laboratorium Anorganik, Kimia, IPB sedangkan waktu pelaksanaan dilakukan mulai 12 Maret 2017 hingga pertengahan Juli 2017.

2.1 Perencanaan

Perencanaan berupa studi literatur berkala dan menyusun jadwal kegiatan. Studi literatur dan menggali informasi yang berkaitan dengan POPOK 2 IN 1 terus dilakukan dengan mencari sumber acuan atau literatur di internet dan beberapa jurnal atau menanyakan langsung pada dosen yang ahli pada bidang yang berkaitan dengan POPOK 2 IN 1.

2.2 Analisis

Awalnya, terdapat dua pilihan bahan yang akan digunakan sebagai penyusun POPOK 2 IN 1 yaitu bahan yang dibeli dari pasaran atau bahan yang dibuat dalam skala laboratorium. Adapun bahan dan alat yang diperlukan diantaranya :

Bahan : Alat yang umum :
1. Bahan penyerap 1. Mesin Jahit dan perlengkapannya
2. Kapas organik 2. Neraca analitik
3. Membran biodegradabel Alat dalam laboratotorium seperti gelas piala, gelas arloji, sudip, aluminium foil, plat kaca, dan penangas air.
4. Kain plastik biodegradabel
5. Kain lapisan luar
6. Kancing
7. Perekat
8. Urin bayi sintetis

Bahan yang dibuat dalam skala laboratorium yaitu membran biodegradabel dan kain plastik biodegradabel sedangkan bahan penyerap dibeli dari pasaran dengan diukur daya serapnya.

Selama analisis bahan yang diperlukan, ternyata bahan yang dibuat dalam laboratorium kurang sesuai yang diharapkan sehingga memilih alternatif lain dengan mencari dan membeli bahan yang diperlukan secara daring. Ketiga bahan utama yang memengaruhi tahap selanjutnya adalah bahan penyerap yaitu polimer super absorben yang dapat diperoleh secara kimia atau fisika, selanjutnya membran biodegradabel dan kapas organik.

Adapun prototip yang diusulkan di proposal dengan rancangan yang telah dilakukan sebagai berikut (pada Gambar 2 dan Gambar 3) :

rancangan popok to pupuk
Gambar 2 : Rancangan awal POPOK 2 IN 1
Gambar 3 : Rancangan POPOK 2 IN 1 yang dihasilkan

2.3 Prototip

Prototip yang dihasilkan (Gambar 3) diaplikasikan pada urin bayi sintetis dan urin bayi serta langsung dibuat pupuk. Adapun proses pengerjaan POPOK 2 IN 1 dilakukan dalam bagan alur sebagai berikut :

rancangan popok to pupuk hasil akhir 3
Ga,bar 4 : Gambar 4 Bagan alur pengerjaan POPOK 2 IN 1

2.4 Pengembangan Prototip

Pengembangan prototip dilakukan dengan menguji langsung pada urin (kotoran) bayi yang diperoleh pada bayi dengan umur dibawah 5 tahun.

Selanjutnya, popok yang telah dipakai diambil dan dibuat pupuk dengan mencampurnya dengan tanah dan ditambah EM4 kemudian ditutup selama 1 minggu. Evaluasi yang dilakukan berupa kapasitas daya tampung urin dan kotoran bayi pada POPOK 2 IN 1 dan perbandingan komposisi bahan penyusun POPOK 2 IN 1 serta keberhasilan pupuk yang dibuat pada uji tanaman kedelai (uji sederhana).

BAB 3. HASIL YANG DICAPAI

Prototip POPOK 2 IN 1 yang dihasilkan berupa popok dengan lapisan luar yang dapat dipakai berulang kali (dibersihkan dengan lap basah) dan bagian dalam yang sekali pakai yang akhirnya digunakan sebagai bahan pupuk.

Prototip ini tersusun dari 3 komponen utama yang memengaruhi pembuatan pupuk. Ketiga komponen atau bahan tersebut adalah bahan penyerap (polimer super absorben), membran biodegradabel dan kapas organik.

Bahan penyerap berupa gel yang sangat kecil yang mampu menyerap air dan urin hingga 200 kali bobot awalnya. Bahan penyerap dapat dibuat sesuai keinginan dalam skala laboratorium namun adanya trial error yang terjadi sehingga memilih untuk membeli bahan tersebut di pasaran dan mengukur daya serapnya. Bayi rata-rata mengeluarkan cairan berupa urin sekitar 200-300 mL dalam 2-3 jam sehingga banyaknya bahan penyerap yang dibutuhkan per satu popok sekitar 0.3 g.
Membran biodegradabel adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan kulit bayi.

Membran ini dapat dibuat secara biodegradabel dari campuran polivinil alkohol (PVA) dan kitosan (Yang et al. 2004). Membran yang digunakan berasal dari popok yang di pasaran yang juga bersifat dapat terurai. Kapas organik berupa kapas steril yang diperoleh dari pohon kapas langsung dan atau dibeli secara daring. Ketiga komponen tersebut disusun seperti Gambar 3 beserta bahan penyusun lainnya dan diuji coba pada urin bayi usia dibawah 5 tahun dan urin bayi sintetis.
Menurut Mwalukisa et al. (2009), secara garis besar, ada tiga teknik pengolahan kotoran dari bayi tersebut yaitu pengeringan feses, pengomposan feses dan pengomposan dengan tanah.

Hal tersebut juga dilakukan sebagai acuan dalam pembuatan pupuk. Bagian dalam diambil dan dicampur dengan tanah untuk dijadikan pupuk yang ditambahkan dengan EM4 serta dibiarkan tertutup selama 1 minggu.

Setelah 1 minggu, beberapa tanah diambil dan ditanami kedelai (Gambar 5). Tanaman kedelai digunakan karena mudah diamati secara fisik sebelum dilakukan uji di laboratorium.

Prototip ini mampu bernilai ekonomis jika berhasil dipasarkan karena hanya bagian dalam yang perlu diganti sedangkan nilai ramah lingkungan dapat dilakukan dengan mengumpulkan popok yang sudah dipakai dalam bak tertutup yang sudah dicampur tanah dan EM4 sehingga nanti dapat dibuat pupuk sekaligus media tanam dalam pot atau model vertical garden.

Gambar 5 Hasil pertumbuhan 1 hari tanaman kedelai

Berdasarkan beberapa hasil pengujian yang dilakukan, POPOK 2 IN 1 memiliki potensi ekonomis dan keramahan lingkungan yang tinggi.

Secara ekonomi, penggunaan POPOK 2 IN 1 dapat meminimalisir biaya hingga 30% dibandingkan dengan popok komersial yang beredar dipasaran karena bahan luaran POPOK 2 IN 1 dapat digunakan secara berulang dan memiliki nilai estetika yang tinggi, sehingga pantas dikenakan oleh bayi tanpa memerlukan penggunaan celana pendek sebagai luaran.

Adapun potensi keramahan lingkungannya terdapat pada bahan sekali pakai yang bersentuhan langsung dengan kulit bayi. Bahan ini dapat terurai di lingkungan dalam waktu singkat.

Selain itu komponen komponen penyusunnya sangat berpotensi untuk dijadikan bahan utama penyusun pupuk. Pupuk dari popok ini memiliki daya simpan air (dari bahan penyerap) yang lebih lama dibandingkan tanah. Terbukti dari penampakan media tanam uji yang terlihat lebih lama basah dibandingkan tanah.

Nutrisi yang dikandungnyapun lebih tinggi dibandingkan tanah tanpa campuran, yang terlihat dari umur kembang tanaman yang lebih lama dibandingkan tanah biasa. Meskipun pengujian belum sampai pada pengujian popok yang telah mengandung feses dan urin, namun berdasarkan pengujian sebelumnya feses dan urin memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi tumbuhan. Oleh karena itu keduanya sering kali dimanfaatkan sebagai bahan utama pupuk kompos.

SIMPULAN DAN SARAN

POPOK 2 IN 1 berhasil dihasilkan dan mampu bernilai ekonomis serta ramah lingkungan yang dapat dibuat menjadi pupuk. Adapun saran berupa rencana tindak lanjut seperti pendaftaran hak paten dan perluasan wawasan terkait POPOK 2 IN 1 kepada masyarakat utamanya Ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

  • Mwalukisa P, Santaran SO. 2009. Kotoran manusia sebagai bahan penyubur tanah. [Internet]. [diunduh 2016 Nov 15]. tersedia pada: http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/24-tanah-yang-hidup/kotoran-manusia-sebagai-bahan-penyubur-tanah/at_download/article.pdf
  • Yang JM, Su WY, Leu TL, Yang MC. 2004. Evaluation of chitosan/PVA blended hydrogel membranes. Journal of Membrane Science. 236:39–51.doi:10.1016/j.memsci.2004.02.005.
Mari Berbagi

5 thoughts on “POPOK 2 IN 1 (FROM POPOK TO PUPUK) : INOVASI POPOK EKONOMIS YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN AMAN BAGI BAYI”

  1. sebuah Ide Yang sangat penting dengan tujuan limbah Popok bisa dibuat pupuk, namun kalau tidak salah baca informasi popok tsb mengandung bahan kimia ( kalau tidak salah )….

    nah apakah bahan kimia tsb aman ketika pupuk tsb sudah diserap oleh tumbuhan ?….
    karena tumbuhan tsb nantinya akan kita konsumsi…..entah daun,biji,umbinya dll..

    Reply
    • Nah kan.. pasti bacanya nggak lengkap. Ini tulisan bukan merubah popok jadi pupuk.. tapi membuat popok yg ramah lingkungan dgn bahan kimia yg lebih ramah lingkungan dibanding yg biasa.

      Pertanyaan buat akang, itu pupuk dan pestisida yg dipakai petani memang bukan bahan kimia?

      Reply
      • haha…itu artinya dugaan awal bahwa artikel ini cukup berat memang sudah terbukti pak…contohnya saya sendiri yang ngebut membaca pada jam hampir pulang kerja.

        sehingga banyak kalimat yang cukup berat dicerna disaat energi sudah mulai menipis.
        Afdolnya membaca artikel ini disaat jam santai setelah makan malam.

        namun patut saya akui bahwa tulisan seperti diatas memang sangat menginspirasi.

        Reply
        • Hahahaha.. makanya dikasih pengantar seperti itu. Saya sendiri membacanya tidak bisa ngebut karena harus sedikit demi sedikit untuk mencerna.

          Tetapi, tulisan ini berisi pengetahuan. Sekaligus juga menyebarkan hasil penelitian para mahasiswa yang sudah mencurahkan tenaga dan waktu. Layak untuk diketahui walau butuh sedikit energi untuk membacanya

          Reply
          • yah betul sekali Pak… setuju dan ngk pakai bantahan….. heheh.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.