Aglaonema – Sang Ratu Daun

Aglaonema – Ken Dedes kalau menurut sejarah pernah menyebabkan pertumpahan darah di Kerajaan Singasari karena Ken Arok ingin memilikinya. Nama yang sama juga pernah menjadi buruan puluhan bahkan ratusan orang beberapa tahun yang lalu.

Kecantikan versi abad ke-12 dan masa kini sama. Dua-duanya cantik dan menggoda. Perbedaannya terletak pada suku keduanya.

Ken Dedes masa Singasari adalah seorang putri cantik yang membuat Ken Arok jatuh cinta. Sementara versi masa kini, berasal dari suku Araceae dan termasuk dalam genus Aglaonema, alias tanaman.

Keduanya memiliki daya tarik yang sama. Bila Ken Dedes manusia mendorong Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung, versi modern-nya tidak sampai menumpahkan darah. Meskipun demikian, aglaonema Ken Dedes membuat para pengejarnya bersedia mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk mendapatkan se-pot tanaman hias ini.

Apa itu aglaonema ?

Aglaonema
Aglaonema

Seperti sudah dijelaskan sekilas di atas, aglaonema adalah sebuah golongan tanaman hias. Para ibu pada masa sebelum tahun 2000-an sudah sering menggunakannya sebagai penghias halaman rumah .

Namanya sering dikenal sebagai Sri Rejeki, tanaman yang bisa membawa rejeki. Tidak jarang pula disebut sebagai Chinese Evergreen.

Bedanya dengan aglaonema sebenarnya hanya karena sisi pemasarannya saja. Tanaman Sri Rejeki diidentikkan dengan aglaonema yang memiliki sedikit varian warna. Tumbuhan ini biasanya berdaun  hijau, hijau muda dan kekuningan serta putih. Aglaonema jenis ini kadang disebut dengan aglaonema spesies (belum mengalami persilangan)

Sementara itu, aglaonema versi masa kini memiliki corak warna yang sangat beragam. Daunnya bisa terdiri dari lebih 4 warna, seperti pink, hijau, kuning, merah dalam satu lembar.

Warna-warni ini didapat dari persilangan beberapa jenis aglaonema spesies. Unsur merah biasanya dihasilkan oleh gen yang dibawa aglaonema Rotundum yang habitatnya banyak di Aceh. Sementara, warna hijau dan lainnya didapat dari spesies-spesies aglaonema lainnya.

Silangan pertama aglaonema non spesies dilahirkan di tahun 1985 dengan nama Pride of Sumatra, atau “Kebanggaan Sumatera”. Setelah itu ratusan jenis baru dihasilkan dengan nama beragam.

Nama Aglaonema

Cantik dan moleknya (warna-warninya lho!)  rupanya menginspirasi para penyilangnya untuk menyamakannya dengan kecantikan wanita. Ide ini diwujudkan dengan menyematkan nama umum terkait dengan wanita.

Ken Dedes, Tiara, Petita, Diana, Queen of Siam, dan Striptease adalah sebagian darinya. Ratusan nama wanita disematkan pada jenis tanaman hias ini.

Meskipun demikian terselip beberapa “laki-laki” dalam jajaran kecantikan sri rejeki modern ini, seperti King of Siam, Arjuna.

Lalu apa hubungannya dengan Bogor

Aglaonema
Berbagai jenis aglaonema

Bila anda bertanya demikian, bisa diduga anda bukan penggemar tanaman hias.

Puluhan aglaonema silangan dilahirkan di Bogor. Nama-nama yang pernah “meratui” dunia per-tanaman hias-an Indonesia lahir dari tangan seoang putra Bogor. Namanya Greg Hambali.

Dari tangan mantan peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) inilah lahir karya-karya cantik bagi dunia tanaman hias. Ken Dedes , Tiara, Petita, adalah sebagian diantara buah karyanya.

Hasil karyanya adalah buruan utama para “aglaovers”, nama beken pecinta aglaonema. Tidak jarang sebuah produk silangan baru yang keluar dari Salacca Nursery miliknya dihargai melebihi nilai sebuah mobil. Silangannya bernama Harlequin pernah dihargai lebih dari 100 juta rupiah hanya untk satu pot.

Bahkan produk-produk silangannya dijadikan indukan oleh banyak pengembang tanaman hias di Thailand/Muangthai. Mereka membeli bibit/indukan Tiara, Pride of Sumatera dan lainnya untuk dikembangkan di tanah mereka sebelum kemudian dijual kembali ke Indonesia.

Nama Greg Hambali juga dipergunakan sebagai nama piala bagi pemenang kontes tanaman hias.

——–

Roda dunia terus berputar. Kehidupan seseorang atau sesuatu kadang di atas kadang di bawah.

Ken Dedes setelah menjadi Permaisuri di Singasari pada akhirnya juga harus lengser dari tahta. Begitupun sang Ratu Daun. Posisinya tergeser oleh tren lain yang menggantikannya, yaitu burung peliharaan.

Posisinya kembali menjadi sebuah tanaman hias, sebuah komoditi. Harganya pun juga menyesuaikan dengan posisinya. Tidak lagi terdengar sepot Tiara harus ditebus dengan harga melebihi sebuah sepeda motor.

Tidak lagi ada istri mengeluh pada suaminya karena uang belanja dihabiskan sang suami untuk sepot Adelia.

Walaupun demikian, bagi pecinta tanaman hias (termasuk saya), aglaonema tetap menempati posisi khusus. Kecantikannya tidak hanya karena bau rupiah melekat pada dirinya. Keindahannya tetap terlihat meskipun tidak lagi sebagai ratu.

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.