Semua orang pasti punya pandangan berbeda tentang Bogor, Kota Hujan yang terkenal dengan Kebun Raya Bogor dan Tugu Kujangnya.
Pasti itu.
Ada yang bilang kota sejuta angkot, kota termacet dan lain sebagainya. Sah-sah saja karena setiap orang pasti akan melihat dari sisi dan sudut pandang yang berbeda-beda.
Lagi pula, Bogor memiliki banyak sisi yang tidak seluruhnya bisa terlihat sekaligus. Bahkan, setelah tinggal di kota ini selama lebih dari 38 tahun pun, setiap hari, tetap saja ditemukan hal-hal “baru” tentang kota ini.
Selalu ada.
Beberapa diantaranya terekam oleh kamera Fuji Finepix HS 35 EXR (yang entah akan sembuh atau tidak). Mungkin bisa memberikan sedikit tambahan sudut-sudut lain yang mungkin terlewat.
Bogor itu Modern
Tidak bisa tidak. Bogor adalah sebuah kota modern. Baik secara fisik bangunan atau pun mental penghuninya.
Paling tidak sebagian besar darinya sedang melangkah menjadi sebuah kota modern.
Bogor itu Tradisional
Tetapi…. tetap ada sisi dimana gerak kehidupan masih memakai tradisi atau pola trandisional. Bergerak berdampingan dengan kehidupan yang lebih modern.
Bogor dan Kuliner Tak Terpisahkan
Bogor bukan nama makanan meski namanya tertulis di entah berbagai box berisi penganan, makanan, atau jajanan di kota ini.
Tetapi, tidak bisa terbantah kalau gerak roda perekenomian di sini terbantu oleh geliat jual beli makanan, jajanan, atau apalah namanya.
Setiap sudut kota ini dipenuhi oleh mereka yang menawarkan ribuan variasi kuliner, mulai dari yang murah hingga yang merobek dompet ada.
Bogor dan Kereta itu (juga) tak terpisahkan
Bukan hanya karena stasiun utamanya merupakan salah satu stasiun kereta pertama di Indonesia, tetapi kenyataannya, ratusan ribu orang hidupnya tidak bisa lepas dari kereta setiap harinya.
Setiap hari memang ratusan ribu menggunakan si ulat besi ini untuk mencari nafkah.
Commuter Line atau dulu disebut KRL (Kereta Rel Listrik) menyediakan jadwal terbanyak untuk mengangkut penumpang dari Bogor ke berbagai kota di Jabodetabek.
Saya salah satunya.
Bogor itu Kota Talas
Walau entah dimana talas-talas itu ditanam, tetapi hingga sekarang Colocasia Esculenta, atau lebih dikenal dnegan Talas Bogor merupakan ciri khas kota ini.
Bogor itu Kota Hujan
Memang Bogor bukan kota di Indonesia yang memiliki curah hujan tertinggi. Ada tempat lain.
Tetapi, tetap saja gelar atau julukan itu tidak akan pernah lepas ke kota lain. Bogor itu Kota Hujan dan akan selalu demikian.
Bogor Tempat Bermain
Yap. Bogor memang tempat bermain. Entah ada berapa tempat wisata di Bogor tetapi memang banyak sekali lokasi dimana orang bisa menghabiskan waktu bermain dan bersenang bersama keluarga, teman, pacar.
Buktinya lebih dari 4 juta orang berkunjung ke kota ini setiap tahunnya untuk menghabiskan waktu liburnya.
Bogor Cermin Ketidakdisiplinan
Tidak ada gading yang tak retak. Sisi lain, yang sering diingat orang adalah tentang betapa macetnya kota ini dimana ketidakdisiplinan warga merupakan salah satu penyebabnya.
Yah, itulah kenyataannya bahwa kota ini bisa dipandang sebagai simbol bahwa kota ini perlu Revolusi Mental untuk menjadi lebih baik.
Bogor itu Nyaman
Meski sudah tidak seperti yang digambarkan dalam hymne Kota Bogor, tetapi tetap saja ada waktu dimana kota ini terasa nyaman.
Udara sejuk. Sinar matahari. Tidak terasa panas.
Ada saat-saat dimana alasan mengapa kota ini bernama Buitenzorg (Tempat Tanpa Kecemasan) di masa lalu terasa.
Bogor itu Seribu Wajah
Ada baik. Ada Buruk. Ada yang indah. Ada yang jelek.
Banyak sekali wajah Bogor. Seribu wajah ala Dasamuka? Tidaklah. Bogor hanya sebuah kota dan layaknya semua kota di dunia akan terlihat berbeda kalau dipandang dari sudut yang berbeda.
Bogor itu Indah
Saya hanya berbicara kenyataan, meski subyektif (karena saya warga Bogor_ tetapi bukankah itu alasan berwisata ke Bogor? Coba tanyakan pada wisatawan yang seperti tidak berhenti datang dan rela menempuh kemacetan.
Bogor itu cantik
Ini juga fakta.
Bogor tidak menakutkan
Walau ada banyak mitos menyeramkan, tidak lah. Bogor tidak menakutkan.
Secara garis besar Bogor itu indah dan berwarna warni dengan segala kebaikan dan keburukan di dalamnya.
Itulah yang membuat saya betah tinggal di kota ini selama lebih dari 38 tahun.
Paling tidak itulah Bogor dari kacamata seorang fotografer amatir seperti saya. Itupun kalau saya boleh melabeli diri sendiri sebagai fotografer. Kalau tidak terserah saja.
Bagaimana dengan Anda? Tentunya Anda punya pandangan sendiri tentang Bogor?
Bisa berbagi dengan saya?