“Rakyat Bogor yang mana!”. Itulah sebuah cetusan pendek bernada kontra terhadap penyelenggaraan Cap Go Meh Bogor 2016 yang berslogan Pesta Rakyat Bogor.
Cetusan di salah satu komunitas Bogor di dunia maya ini, merupakan satu dari beberapa respon bernada menentang terhadap perhelatan tersebut. Alasan yang disampaikan beragam, mulai dari kemacetan, pemakaian APBD, hingga masalah keyakinan diungkapkan.
Well. Sebuah hal yang normal dan wajar.
Pro dan kontra dalam kehidupan bermasyarakat tidak akan pernah luput dari hal tersebut. Kalau semua sejalan, maka justru dunia ini tidak akan berkembang. Semuanya akan menjadi statis dan seragam saja.
Memang hasilnya adalah sebuah perdebatan yang cukup seru di internet. Masing-masing menyampaikan argumentasi. Perdebatan memanas tetapi sebatas pada brainstorming antar anggota masyarakat.
Meskipun demikian tetaplah menarik untuk sedikit menceburkan diri lebih dalam , alias mengevaluasi apa yang terlihat di lapangan. Benarkah Cap Go Meh Bogor 2016 sebuah pesta bagi rakyat Bogor? Atau BUKAN?
Sebelum ke arah sana, mungkin ada baiknya kita coba sedikit mengetahui apa sebenarnya Cap Go Meh itu sendiri.
Apa Itu Cap Go Meh?
Cap Go Meh dalam dialek Hokkien atau Hokkian berarti malam 15 atau dalam dialek Hakka berarti Pertengahan Bulan. Yang manapun intinya hari ke-15 dalam kalender etnis Tionghoa atau Cina.
Bentuk dari perayaan Cap Go Meh itu sendiri berupa sebuah parade atau pawai. Oleh karena itu seringkali pula perayaan ini disebut sebagai Festival atau Karnaval.
Festival ini merupakan penutup dari berbagai kegiatan perayaan Tahun Baru Imlek. Setelah perayaan ini, maka seluruh kegiatan terkait pergantian Kalendar etnis Cina ini dianggap selesai.
Ciri khas dari festival ini adalah adanya Lampion, Tarian Naga (Liong) dan Singa (sai), Toapekkong, dan juga tentu saja Lampion. Meskipun demikian di beberapa negara dimana terdapat masyarakat Tionghoa/Cina akan tetap ada ciri khas tersendiri yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Perhelatan Cap Go Meh sendiri memiliki beberapa nama. Di Indonesia dikenal sebagai Cap Go Meh, tetapi di negara asalnya dikenal sebagai Festival Yuanxiao. Di beberapa negara lain, termasuk di negara Barat disebut sebagai Festival Lampion. Di Malaysia, festival ini bahkan juga dikenal sebagai Valentine Day Tionghoa.
Siapa yang merayakan Cap Go Meh?
Kalau dirunut ulang, ketika perayaan Cap Go Meh pertama diadakan, maka yang melakukan kegiatan ini hanyalah kalangan tertentu. Dalam hal ini adalah lingkungan Istana Kekaisaran Dinasti Han yang berkuasa antara 206 Sebelum Masehi-221 Masehi.
Runtuhnya Dinasti Han, membuat perayaan atau festival ini pun kemudian bisa dilakukan oleh masyarakat umum.
Dalam perayaan ini, pada masa itu, selain pawai atau karnaval, masyarakat Cina juga melakukan berbagai hal lain seperti main teka-teki dan menikmati makanan bernama Yuan Xiao.
Tentu saja menikmati keindahan berbagai macam lampion berhias dan menikmati tarian Naga dan Singa.
Inti dari Festival Cap Go Meh di masa itu adalah masyarakat diperbolehkan untuk bersenang-senang.
PESTA!
Itu intinya.
Festival Cap Go Meh, dengan karnaval, pawai dan parade adalah sebuah pesta. Sejak lahirnya, memang perayaan ini ditujukan untuk bergembira.
Siapa yang bisa merayakan? Semua anggota masyarakat. Dalam sejarah memang terlihat bahwa semua etnis Cina atau Tionghoa merayakan ini.
Sesuatu yang kemudian tetap dipertahankan oleh masyarakat Cina di berbagai negara. Dimana ada diaspora etnis Cina, maka disitu perayaan Cap Go Meh ini diadakan.
Karena intinya adalah sebuah PESTA maka semua lapisan merayakan. Terlepas dari agama dan dimana mereka menetap.
Perayaan Cap Go Meh Di Bogor
Kapan pertama kali diadakan. Who knows?
Dengan sedikitnya catatan sejarah yang ada, sulit sekali menentukan waktu pasti kapan perhelatan Festival Lampion ini pertama kali dilakukan di Kota Hujan.
Hanya sebuah foto yang disimpan di Universitas Leiden Belanda menunjukkan pada tahun 1910, perayaan hari ke 15 kalendar Imlek ini sudah dilakukan.
Kemungkinan besar, festival ini sudah dilakukan jauh sebelum itu mengingat keberadaan masyarakat Tionghoa di kota ini sudah ada sejak 2 abad sebelumnya.
Beberapa Vihara atau Klenteng di Bogor sudah berusia tua. Sebutlah Vihara Hok tek Bio/Mahacetya Dhanagun di jalan Suryakencana, dimana Cap Go Meh Bogor 2016 diadakan, sudah ebrusia 300 tahun. Klenteng Hok Tek Bio Ciampea sudah 250 tahun. Juga Klenteng Bio Dewa Rejeki di Sentul yang sudah 400 tahun.
Besar kemungkinan festival ini sudah diadakan jauh sebelum bisa direkam kamera di tahun 1910.
Sayangnya.
Kehadiran festival Cap Go Meh di bumi Bogor ini sempat terhenti. Sebenarnya bukan hanya di Bogor tetapi di Indonesia.
Inpres dari rezim Orde Baru melarang seluruh kegiatan keagamaan dan kebudayaan dari etnis Tionghoa dilakukan di ruang publik. Semua hal itu harus dilakukan di dalam lingkungan tertutup seperti klenteng.
Hal ini terkait dengan politik Orde Baru yang memutuskan hubungan dengan Republik Rakyat Cina. Kebijakan ini berimbas pada kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Hasilnya, selama hampir 32 tahun (1968-1999) kehadiran Festival Cap Go Meh tidak terlihat di Indonesia.
Barulah pada tahun 1999, Gus Dur, Presiden RI ke-4 menghapus Inpres tersebut dan memberi kelonggaran. Kebijakan yang kemudian dilanjutkan penerusnya Megawati Soekarnoputri yang menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional.
Simak Juga : Vihara Mahacetya Dhanagun – Simbol Keberadaan
Itupun tidak membuat Liong dan Sai hadir langsung ke hadapan publik. Berulangkali pertunjukkan tarian tersebut dilakukan di berbagai pusat perbelanjaan di Kota Bogor secara sporadis.
Barulah di tahun 2012, kegiatan Cap Go Meh Bogor secara terkoordinir ditemukan. Lokasinya selalu mengambil Jalan Suryakencana yang merupakan kawasan Pecinan di Kota Bogor.
Hal tersebut kemudian menjadi agenda rutin tahunan.
Betulkah Cap Go Meh Bogor 2016 merupakan Pesta Rakyat bogor?
Kembali ke pertanyaan “Rakyat Bogor Yang Mana?”
Tema Cap Go Meh Bogor 2016 adalah PESTA RAKYAT BOGOR. Beberapa perhelatan sebelumnya memiliki tema sendiri seperti tahun 2015 dengan Pekan Rakyat Bogor.
Kali ini kritikan tersebut, yang sebenarnya sama dengan komentar negatif pada perayaan Cap Go Meh sebelumnya, adalah apakah memang perayaan tersebut untuk semua rakyat Kota Bogor.
Hal ini karena momen yang dipergunakan sangat terkait dengan etnis tertentu. Sebuah yang sepertinya masih menjadi masalah sensitif di negeri ini.
Saya akan coba menjawabnya dengan beberapa foto di bawah ini.
Penonton
Puluhan ribu penonton memadati jalan Suryakencana hingga pertigaan Jalan Batu Tulis. Rute yang dipakai akan dilalui oleh para peserta karnaval/parade Cap Go Meh bogor 2016.
Mungkin Anda bertanya mengapa banyak payung terlihat. Jawabannya, karena saat acara dimulai hingga selesai, hujan turun di Bogor (tidak aneh kan?). Mulai gerimis hingga hujan lebat menemani perhelatan acara Pesta Rakyat Bogor 2016 tersebut.
Ternyata.
Hal itu tidak menyurutkan atensi warga Kota Bogor untuk melihat dan menyaksikan pawai yang dilakukan. Kebanyakan memilih bertahan dengan membuka payung, membeli jas hujan, atau bahkan membeli payung (termasuk saya).
Jumlah penonton hampir selallu membludak pada setiap pagelaran acara ini sebelumnya dan tetap seperti itu hingga tahun ini. (Sayangnya, saya belum ngeblog dan menekuni fotografi sebelum tahun 2015, jadi tidak ada foto perbandingan).
Sesuatu yang menunjukkan bahwa “Rakyat Kota Bogor” memang menantikan acara “PESTA” tersebut.
Kecuali…
Tetap ada kecualinya. Kalau puluhan ribu orang yang menonton saat itu adalah penonton bayaran dan bukan warga Kota Bogor. (Sayangnya, tidak mungkin untuk melakukan pengecheckan KTP dari semua yang hadir sebagai bukti :D)
Peserta Pawai/Parade/Karnaval
Silakan lihat beberapa foto lagi
Ada tentara (Drum Band Pusdikzi). Ada Polisi (silakan lihat Yang Cantik Di Jalan). Ada anak-anak. Ada orangtua.
Berjilbab. Berkebaya. Bergaya bak bidadari. Menjadi burung. Memukul alat musik.
Bisa dikata semua kategori manusia dari segi umur, profesi, agama, turun serta meramaikan perhelatan yang notabene dikonotasikan sebagai milik Etnis Cina/Tionghoa.
Gaya dan cara mereka ikut serta pun beragam. Tidak monoton dengan sekedar memakai pakaian ala etnis Cina/Tionghoa saja.
Tamu
O ya. Selain para peserta dari dalam Kota Bogor, hadir pula para tamu.
Mereka bukan hanya ikut menyaksikan tetapi juga turut serta meramaikan parade dan karnaval. Bahkan ada rombongan dari Taiwan pun ikut berjalan menyusuri Jalan Suryakencana.
Yang mana? Silakan tebak.
(Baiklah, mereka ada di nomor satu di bawah ini)
Bisa lihat lebih banyak foto tentang tamu-tamu yang ikut parade Cap Gp Meh Bogor di Kreatifitas Dan Ragam Budaya)
Nah, setelah melihat foto-foto ini, samakah kesan yang Anda dapatkan dengan apa yang saya rasakan? Kemungkinan besar sama. (Kalau belum silakah lihat seri Cap Go Meh dair #1 hingga #5)
Ya. PESTA.
Tidak bisa tidak ini adalah sebuah perayaan besar. PESTA BESAR.
Memang, sebuah pesta dimanapun sama. Yang diundang ada yang bisa hadir atau tidak. Ada yang dengan senang hati hadir atau tidak mau hadir dengan berbagai alasan.
Pesta dimanapun sama.
Tetapi, hal tersebut tidak menafikan inti dari sebuah PESTA, yaitu bersenang-senang. Ketidakhadiran sebagian warga Kota Bogor (mungkin karena dilakukan pada hari kerja atau alasan lainnya) tidak mengurangi kenyataan bahwa Cap Go Meh Bogor 2016 memang sebuah Pesta Rakyat Bogor.
Penonton, peserta, tamu semua bergembira. Meski ada yang malu-malu, tetapi ada juga yang sangat menikmatinya. Gaya yang dipergunakan pun dengan gaya masing-masing, tidak terikat pada aliran atau gaya tertentu saja.
Dan bisa dijamin bahwa sebagian besar dari yang hadir (bahkan tanpa melihat KTP), baik sebagai penonton atau peserta adalah warga dari Bogor. Tamu sudah pasti bukan dari Bogor karena namanya juga tamu yang berasal dari luar.
Jadi, jawaban terhadap pertanyaan apakah “Cap Go Meh Bogor 2016 = Pesta Rakyat Bogor?” , silakan Anda tentukan sendiri. Tetapi, rasanya hampir tidak mungkin untuk tidak mengatakan YA.
Foto-foto tersebut merupakan bukti yang susah terbantahkan bahwa warga Bogor menikmatinya dalam berbagai bentuk. Mereka adalah Rakyat Bogor sama dengan yang mengajukan pertanyaan “Rakyat Bogor Yang Mana”.
Jadi, inilah tulisan penutup dari sedikit liputan Cap Go Meh Bogor 2016 yang dilakukan oleh Lovely Bogor. Semoga tahun depan, saya bisa ikut serta “berpesta” lagi di Jalan Suryakencana.
Tetapi, mungkin saya juga berharap ada “pesta lain” pada hari Ultah Kota Bogor di bulan Juni.
Sebagai penutup edisi ini, walau sampai sekarang saya sulit melafalkannya dan mungkin sudah terlalu lambat, ijinkan saya mengatakan
GONG XI FAT CAI Kawan!