Cau dalam bahasa Sunda berarti Pisang. Jadi, memang kali ini kita akan berbicara dengan buah yang mengandung banyak vitamin A dan B tersebut.
Bisa dipastikan Anda akan bingung dengan judulnya. Kenapa bisa untuk benda yang sama bisa dipanggil dengan cara yang berbeda pada waktu dan hari yang berbeda?
Jangan bingung.
Meskipun Anda tidak bisa berbahasa Sunda, bukanlah sebuah masalah. Untuk mengerti mengapa bisa dipanggil “cau di hari biasa dan pisang di akhir pekan”, cukup mengerti satu hal.
Bogor adalah kota wisata. Kota yang menjadi salah satu tujuan wisata lebih dari 4 juta orang setiap tahunnya.
Kedatangan jutaan orang yang bertujuan mendapatkan hiburan dan kesenangan di kota ini mempengaruhi sikap dan tingkah laku banyak penduduknya. Salah satu yang paling terpengaruh adalah para pedagangnya.
Mereka menyadari bahwa peluang mendapatkan keuntungan lebih besar ada pada para pelancong.
Dalam keadaan ingin berpelesir tentu mereka agak longgar dalam hal keuangan. Masih ditambah dengan ketidaktahuan tentang harga pasaran bagi barang dagangan mereka.
Jadilah mereka membuat dua standar harga yang berbeda. Yang satu berlaku untuk warga Bogor, yang tentu, paling tidak bisa berbahasa Sunda dan standar yang satu lagi untuk wisatawan.
Nah, para turis kebanyakan datang di akhir pekan, setiap Sabtu dan Minggu atau hari libur. Sedangkan pada hari biasa, para wisatawan bisa dikata sangat minim, kebanyakan pembeli adalah warga Bogor.
Wisatawan ke Bogor jarang yang bisa berbahasa Sunda, maka jadilah “cau” menjadi “pisang” agar komunikasi mudah. Ketika memasuki hari Senin sampai Jumat, sang “pisang” akan kembali menjadi “cau” karena begitulah penduduk Bogor menyebut buah ini.
Hal yang sama juga terjadi dengan melihat plat kendaraan. Plat B atau F bisa menjadi penentu harga yang ditawarkan. Plat B berarti dianggap wisatawan dan F penduduk lokal. Meskipun pada kenyataannya, banyak mobil warga Bogor memiliki plat B.
Tips :
Nah, sedikit saran dari saya, kalau hendak membeli oleh-oleh, beberapa hal ini bisa membantu untuk mendapatkan harga lebih rendah.
- Parkir mobil Anda di tempat yang agak jauh dari si pedagang
- Usahakan jangan terlihat seperti wisatawan/turis atau orang dari luar daerah
- Memakai bahasa Sunda, meskipun sedikit bisa membantu tawar menawar
Bukan jaminan pasti, karena masih harus ditunjang dengan kemampuan menawar.
Berapa selisih harganya? Lumayan juga bisa mencapai 20-40%. Lumayan kan?
Nah, silakan coba skill negosiasi Anda disini. Bisakah Anda merubah “Pisang” menjadi “Cau” di akhir pekan atau hari libur?
Betul pisan pak, klo di Bogor pas hari libur akan ada fenomena perbedaan harga antara orang yang bertanya, “ini segini berapaan pak?” dengan orang yang bertanya,” ieu sakieu sabaraha pak? tong mahal2 teuing atuh lah…”
ternyata lidah bisa menentukan harga juga ya 😀
Muhun Kang Hadi.. kadang hal itu bisa selisih beberapa ribu rupiah..:D