DONAT DONIT : Donat “Kampung” Nan Genit

Donat berwarna warni itu sudah biasa. Di Bogor sendiri sudah banyak gerai penjaja donat modern yang menawarkan berbagai macam bentuk donat dan dengan variasi warna dan rasa yang beragam. Nama-nama seperti J. Co, Dunkin Donuts sudah merupakan hal biasa di kota ini.

Hanya, dan hanya, biasanya gerai-gerai mereka berada di pusat kota, di mall-mall. Outlet-outletnya berada di kawasan strategis yang ramai pembeli.Jadi, kalau mau membelinya mau tidak mau harus berangkat ke pusat perbelanjaan terdekat.

Tetapi, lain halnya dengan DONIT DONIT, lokasinya justru agak di pinggiran kota, tepatnya di perbatasan antara Kota dan Kabupaten Bogor, yaitu di Jalan Raya Pendidikan. Nah lo, pasti jarang mendengar kan. Ini jalan yang merupakan jalan alternatif antara Kayu Manis Bogor dengan Cilebut (Stasiun Cilebut).

Istilah kampung yang saya pakai, bukan merujuk kepada lokasinya yang memang berada di sebuah jajaran ruko yang baru selesai dibangun. Judul yang menyebutkan donat “kampung” sama sekali tidak merujuk kesini.

Istilah “Donat Kampung” yang dipakai karena adonannya berbeda dengan donat modern ala J. Co atau Dunkin Donuts. Donat J. Co terasa lembut sekali dan tidak padat. Dunkin agak padat walau tetap alot dimakan.

Nah, ketika mencicipi Donat Donit, rasanya memang berbeda sekali. Kekenyalannya dan kepadatannya mengingatkan saya pada donat masa lalu yang padat dan mengenyangkan. Cuma, hiasannya saja yang berbeda.

Di masa lalu, donat kampung biasanya hanya ditaburi gula halus atau meises. Terkadang parutan keju tipis juga dipakai. Donat Donit berbeda karena topping yang dipakainya mirip sekali dengan donat modern tadi.

Jadi, istilahnya donat kampung dengan wajah modern yang berwarna-warni, genit.

Rasanya sendiri bisa dikata lumayan. Seimbanglah dengan harganya yang jauh lebih murah dibandingkan donat J.Co atau Dunkin Donut, hanya Rp. 5000/buah dan masih didiskon kalau membeli selusin.

Variasi rasa dan warna (setiap warna mewakili rasa yang berbeda), juga lebih sedikit. Cuma ada antara 6-8 saja. Tidak banyak.

Tapi, yang jelas mengenyangkan karena teksturnya yang padat.

Tentunya bisa dimaklumi soal rasa dan harga karena target pasarnya tentu bukan orang-orang berduit yang ingin nongkrong dan bersenang-senang. Lokasinya yang berada di kawasan perumahan tentunya membuat Donat Donit, rasanya mentargetkan pada keluarga-keluarga yang berada di lingkungan tersebut.

donat donit - donat kampung nan genit

Membeli donat disinipun hanya bisa untuk dibawa pulang. Tidak ada tempat duduk untuk kongkow dan fasilitas lainnya. Memang lokasinya yang di ruko belum memungkinkan untuk menyediakan tempat duduk atau meja untuk nongkrong.

Namanya sendiri mengingatkan saya pada satu jenis donat lagi, tetapi terbuat dari kentang, yaitu Donat Donita. Bisa jadi namanya terinspirasi dari nama itu karena hanya tinggal menghilangkan huruf “a” paling akhir saja. Bisa jadi juga bukan.

Entahlah. Tidak peduli juga darimana asalnya.

Yang penting, hadirnya Donat Donit menambah semarak perkulineran di kota Hujan. Meski belum populer seperti gerai donat modern lain, tetapi tentunya bisa menjadi pilihan jajanan kalau kebetulan hendak menuju Stasiun Cilebut.

Paling tidak buat saya yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari sana dan hanya butuh waktu 10 menitan naik motor saja.

Mari Berbagi

4 thoughts on “DONAT DONIT : Donat “Kampung” Nan Genit”

  1. Jadi menurut pak Anton, donat “kekinian” atau donat “kampung nan genit” yang rasanya lebih pas di lidah orang Bogor?

    Reply
    • Prinsip saya.. yang ada di depan mata yang enak.. kalau tidak ada mah tidak enak.. tidak bisa dimakan

      Reply
  2. dulu saya pernah belajar membuat donat Pak ! namun bantat alias tdk mengembang.

    di Indomaret dikota saya sdh mulai tersedia aneka donat… harganya 9 ribu.. saya lupa nama donatnya….jng2 Donat donit yg saya makan. 🙂

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.