
Entah apa yang ada di benak tukang becak yang sedang menunggu penumpang di ujung jalan Abesin ini.
Mungkin ia sedang berpikir :
- Penumpang yang semakin sedikit karena kehadiran dan semakin maraknya ojeg online
- Belum lagi, peraturan Pemda Kota Bogor yang membatasi ruang operasi becak yang membuat sulit mencari penumpang di jalur lain
- Masih ditambah penumpang yang kadang menawar terlalu murah dan selalu membandingkan dengan angkot dan ojeg online
- Mungkin juga, uang sekolah anak yang belum dibayar beberapa bulan
- Atau harga bahan kebutuhan pokok yang terus melambung dan makin sulit dijangkau oleh penghasilannya
Atau, mungkinkah ia hanya sedang bersyukur kepada-NYA untuk semua nikmat yang telah diberikan kepadanya.
Mungkin. Yang pasti, sesaat hadir rasa di hati bahwa tidak sepatutnya saya mengeluh untuk apa yang sudah dirasakan sejauh ini. Saya masih bisa berkeliling melakukan hobi dengan membawa kamera yang entah berapa kali penghasilan si tukang becak, sedangkan si tukang becak menunggu penumpang yang entah kapan akan datangnya.
Bapak tukang becak itu sudah meninggal,dan saya tahu persis kisahnya..trims untuk yang perduli.
Innalillahi.. semoba amal ibadahnya diterima oleh Yang Maha Kuasa
Mungkin tukang becak ini sedang berpikir, sudah di otak-atik, blog saya kok masih minim pendapatan Adsense nya.
Ah.. saya tanya di forum ah. Ntar malem.
Bisa jadi pak. Diam diam dia pemain Adsense..he..he..
Bisa jadi.. siapa tahu… Kan saya mah cuma menduga saja
” membawa kamera yang entah beberapa kali penghasilan si tukang becak “…… wuihhhhh bikin dompet saya jadi minder Pak..! Mahal sekali sepertinya, hehehe…..
sepertinya si Abang becak, sangat bersyukur sdh difhoto oleh Si Kamera Mahalnya…kwkwkwkkk…..peace…peace…peace!!
kabuuurrrrrr….ahhhhh!!! 🙂
Yah kenyataannya begitu kan.. Kalau saya tidak bersyukur harus gimana lagi…
Tukang becaknya cuma nengok sebentar terus ngelamun lagi