Pernahkah Anda melihat bangunan seperti pada foto di atas ketika menuju Gerbang Kebun Raya Bogor? Sepertinya, TIDAK.
Wajar. Perhatian pengunjung biasanya memang teralihkan oleh semangat untuk segera sampai ke tempat tujuan wisata utama Kota Bogor itu.
Padahal, bangunan yang seperti terlihat biasa ini merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya Kota Bogor. Bangunan ini saat ini berfungsi sebagai Gedung Balai Penelitian Tanah Bogor.
Gedung Balai Penelitian Tanah Bogor
Bila Anda melihat Gedung Balai Penelitian Tanah ini, akan terlihat sebuah struktur khas bangunan masa kolonial Belanda.
Atap yang tinggi. Jendela-jendela tinggi berbahan kayu. Motif-motif dan atap bangunannya memang sangat kental terpengaruh gaya arsitektur Belanda di masa tersebut.
Gedung Balai Penelitian Tanah berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 1.000 Meter Persegi. Luas bangunan sendiri sekitar 540 Meter Persegi.
Kalau terlewat, tak apalah. Memang bukan merupakan sebuah bangunan yang mencolok. Apalagi memang tidak ada petunjuk bahwa Gedung Balai Penelitian Tanah ini merupakan sesuatu yang istimewa.
Bahkan tidak jarang truk pengangkut akan parkir di depan bangunan bersejarah ini tanpa rasa bersalah sama sekali.
Sejarah Gedung Balai Penelitian Tanah
Baiklah, untuk melihat sekilas sejarahnya, mari kita perhatikan sebuah tulisan yang terpahat di bagian atas bangunan.
Tulisan dalam bahasa Belanda tersebut adalah Laboratorium Voor Agrogeologie en Grond Onderzoek.
Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai Laboratorium Agro Geologi dan Survey Tanah.
Selain petunjuk mengenai nama dan fungsi Gedung Balai Penelitian Tanah pada saat berdiri, juga tercantum tahun dibangunnya, yaitu 1905.
Pada saat berdirinya sesuai dengan namanya, bangunan ini dipergunakan sebagai tempat melakukan berbagai penelitian mengenai tanah di Nusantara.
Hal tersebut tidak mengherankan karena bangunan ini merupakan bagian dari Land’s Plantentuin alias Kebun Raya Bogor.
Kebun Raya Bogor sendiri pada awalnya dan hingga saat ini merupakan pusat penelitian bagi berbagai macam hal. Jadi, banyak bangunan yang mengelilinginya terkait dengannya secara langsung.
Sejarah mencatat bahwa Gedung Balai Penelitian Tanah mengalami perubahan fungsi dan nama dua kali.
Yang pertama, ketika berubah menjadi Bodemkundig Instituut atau Institut Ilmu Tanah. Masih berkaitan dengan tugas sebelumnya tetapi dalam bentuk sebuah perguruan tinggi.
Yang kedua, ketika Jepang berkuasa tahun 1942-1945, namanya berubah menjadi Dozyoobu. Do dalam berarti tanah jadi kata bahasa Jepang ini bisa diartikan sama dengan Institut Penelitin Tanah.
Namanya kembali menjadi Bodemkundig Instituut setelah Jepang menyerah di tahun 1945.
Setelah itu, Gedung Balai Penelitian Tanah berubah-ubah nama dan fungsinya hingga beberapa kali. Meskipun demikian, fungsinya tetap berkaitan dengan Tanah.
Nama-nama lain yang pernah disandang oleh bangunan bersejarah ini adalah
- 1950 – Balai Penyelidikan Tanah
- 1961 – Lembaga Penyelidikan Tanah
- 1962 – Lembaga Penyelidikan Tanah dan Pemupukan
- 1976 – Lembaga Penelitian Tanah
- 1981 – Pusat Penelitian Tanah
- 1988 – Museum Tanah
- 1990 – Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
- 2001 – Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
- 2002 – Balai Penelitian Tanah
Nama terakhir yang hingga sekarang ini disandangnya karena Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat memiliki 3 buah balai penelitian. Salah satu balai tersebut adalah Balai Penelitian Tanah yang akhirnya mendiami gedung tua ini.
Kira-kira, demikianlah sedikit cerita ala Lovely Bogor tentang Gedung Balai Penelitian Tanah.
Kalau sedang bermain ke Bogor dan menuju Kebun Raya, jangan lupa tengoklah sejenak ke gedung ini. Tidak rugi melihat sebuah cagar budaya.