Gedung Blenong – Cagar Budaya (1)

Gedung Blenong – Sebuah bangunan berhalaman luas berdiri di sudut pertemuan jalan Jalak Harupat dan Jalan Salak Bogor. Bentuknya unik karena bentuknya seperti kubus berdinding beton layaknya sebuah “benteng”. Sebuah bentuk kubah (dome) seperti sebuah menara pengawas terlihat di atapnya.

Gedung yang terletak di sebelah lapangan Sempur inilah yang dikenal sebagai Gedung Blenong.

Blenong dalam bahasa Sunda berarti botak/gundul. Julukan nama ini sepertinya merujuk pada kubah bangunan ini yang mirip dengan bagian kepala yang botak.

Bangunan ini sekarang dipergunakan sebagai Kantor Badan Pertanahan Nasional Bogor.

Sejarah Gedung Blenong

gedung blenong bogor
Bagian Muka Gedung Blenong

Bangunan ini berusia lebih dari 140 tahun. Pembangunannya dimulai di tahun 1870 dan dilakukan secara bertahap hingga selesai seluruhnya 17 tahun kemudian, yaitu tahun 1887.

Bila dilihat dari tahun pembangunannya, maka bangunan ini bahkan sudah berdiri sebelum Pemerintah Hindia Belanda di Bogor melakukan pengembangan wilayah Kedoeng Halang (Sempur dan Taman Kencana). Pengembangan KedoengHalang sendiri baru direncanakan di tahun 1917 dan selesai sekitar 1930.

Gedung Blenong awalnya dipergunakan sebagai rumah dinas administrator sebuah perusahaan Belanda NV (Perseroan Terbatas) John Pert en Co bernama Hn. Bakker. Pria ini menempati bangunan ini hingga tahun 1928 yang kemudian dijual kepada Gr. Hennerhingga tahun 1940.

Gedung berpindah tangan dan berubah fungsinya beberapa kali mulai dari tentara Jepang hingga menjadi asrama tentara dan asrama polisi.

Penguni terakhir sebelum menjadi kantor Badan Pertanahan Nasional Bogor adalah H.K.M. Meitzi Farre yang merupakan adik dari Pahlawan Revolusi Kapten Pierre Tendean.

Bentuk Bangunan

Perbedaan bentuknya terlihat jelas dengan sebuah rumah yang terletak di sebelahnya.

gedung blenong bogor
Perbedaan rumah gaya Indo Eropa Karsten dan Gedung Blenong

Bila bangunan disebelahnya mencirikan gaya Indo Eropa yang dikembangkan oleh Ir Thomas Karsten tahun 1917, gedung Blenong mewarisi banyak sekali bagian dari gaya arsitektur yang lebih tua.

Hal tersebut terlihat dari atap yang dimiliki oleh rumah di sebelah gedung ini yang memiliki kecuraman sekitar 35%. Sesuatu yang diadopsi Karsten untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi di Bogor.

Sementara atap dari gedung Blenong bisa dikata rata meskipun terdiri dari beberapa undakan. Kemudian di tengahnya terdapat sebuah kubah yang entah apa fungsinya.

Pada bagian muka dan sisinya terdapat beberapa pilar yang tidak terdapat dalam bangunan di sekitar Taman Kencana. Gaya pilar-pilar ini dianut dari gaya klasik bangunan Eropa di abad 17-18, dikenal dengan gaya Doric (gaya arsitektur Yunani Kuno).

Perbedaan lainnya adalah di bagian mukanya terdapat undakan sebelum memasuki ruangan. Hal yang juga tidak ditemukan pada bangunan-bangunan sisa pengembangan Taman Kencana masa lalu.

Gedung Blenong terlihat sederhana dan sekaligus lebih rumit mengingat strukturnya tidaklah murni rata seperti kubus.

Juga entah mengapa bangunan ini terkesan seperti benteng. Dindingnya terlihat sekali tebal dan kokoh seperti penghalang orang untuk masuk

Mungkin karena di masa berdirinya, wilayah tersebut masihlah berupa hutan dan perkebunan dan tentu saja tidak seramai saat ini. Penempatan kubah , dinding dan lain-lain seperti dibuat untuk mengantisipasi datangnya bahaya dari luar.

——

Entahlah apa alasan bentuknya demikian tetapi bentuknya memang berbeda dan unik. Jelas sesuatu yang harus tetap dijaga keberadaannya. Sangat bisa dimengerti dan bahkan didukung keputusan pemda Kota Bogor menetapkannya sebagai salah satu cagar budaya Bogor.

Jangan sampai bangunan tua ini juga hilang ditelan modernisasi kota ini.

(Masih ada satu pertanyaan sederhana tak terjawab. Bukan terkait sejarah tetapi alamatnya. Di papan penetapan gedung blenong sebagai cagar budaya tertulis alamatnya adalah Jalan Jalak Harupat. Sementara, papan nama Badan Pertanahan Nasional menyebutkan alamatnya di jalan Salak. Yang mana yang benar?)

Mari Berbagi

7 thoughts on “Gedung Blenong – Cagar Budaya (1)”

  1. sampai hari tante farre masih hidup dan masih mendiami gedung belenong di ciapus

    Reply
  2. tempat ini bisa dikunjungi wisatawan atau tidak ya?

    Reply
    • Silakan hubungi kantornya langsung saja kang. Kalau cuma motret bisa dari luar, tetapi kalau masuk ke dalam belum pernah nyoba. Tapi karena sudah jadi kantor, silakan hubungi langsung saja untuk jelasnya

      Reply
  3. Yang dimaksud gedung belenong pernah dihuni oleh H. K. M. Meitzi Farre adalah yang diciapus, taman sari kabupatem bogor. Sejarah gedung diatas juga bukan di jalan jalak atau jalan jalak harupat, melainkan yg di ciapus itu. Setahu saya, gedung belenong di jalan jalak harupat itu eks sinagog rumah ibadat yahudi belanda

    Reply
    • Terima kasih infonya kang. Memang ada beberapa versi tetapi menurut literatur yang saya data, gedung blenong ini yang dimaksud.

      Reply
      • saya pernah. bertemu langsung dan sering berkunjung ke rumahnya di ciapus, saya memanggilnya tante pare

        Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.