Berbicara tentang jalan Suryakencana Bogor tidak akan bisa lepas dari 4 kata. Kata pertama adalah Tua. Kedua adalah Perniagaan. Berikutnya adalah Tionghoa atau Cina. Terakhir adalah kuliner.
Kesemua kata ini mewakili potongan besar kesan yang bisa ditemui bila menyusuri jalan ini.
Jalan Suryakencana berawal di depan gerbang utama Kebun Raya Bogor. Lokasi tepatnya di pertemuan jalan ini dengan jalan Juanda dan Otto Iskandardinata.. Di pertigaan ini terdapat penanda berupa taman kecil yang diberi nama Taman Suryakencana.
Ujungnya terdapat di pertemuannya dengan jalan Siliwangi di depan gang Aut (dimana Laksa Gang Aut berada) dan jalan Roda.
Sejarah Jalan Suryakencana
Kata pertama yang akan selalu terkait dengan jalan ini adalah “TUA”. Tidak bisa terhindar karena usia jalan ini hari ini saat tulisan ini dibuat adalah 207 tahun. Usia yang sama dengan jalan Sudirman, Juanda dan Ahmad Yani.
Keempat jalan ini memang dibuat pada waktu bersamaan yaitu tahun 1808. Tahun dimana Gubernur Jenderal Belanda saat itu Daendels, si pencetus Tanam Paksa, membangun De Grote Post Weg atau Jalan Raya Pos. Keempat jalan ini adalah bagian dari akses yang menguhubungkan Anyer ke Panarukan tersebut.
Namanya saat itu sering disebut sebagai Post Weg saja atau De Grote Post Weg. Sebutan ini terus dipakai sampai dengan tahun 1905 sampai diperkenalkan nama baru yaitu Handelstraat (Jalan Perniagaan). Cukup lama nama ini bertahan sampai ketika Indonesia merdeka dimana namanya berubah menjadi jalan Perniagaan. Akhirnya di tahun 1970, pemerintah kota Bogor mengganti namanya menjadi yang dikenal sekarang yaitu jalan Suryakencana.
Tuanya jalan ini bisa terlihat dari masih adanya beberapa bangunan bertipe masa lalu di sepanjang jalan
Perniagaan di jalan Suryakencana
Kata kedua yaitu PERNIAGAAN . Kata ini menunjukkan apa yang bisa ditemukan bila menyusuri jalan ini. Dari ujung ke ujung yang akan ditemui adalah toko, toko dan orang berjual beli.
Mulai dari perniagaan tradisional di area sekitar Pasar Bogor sampai perdagangan barang elektronik bisa ditemukan. Bahkan trotoar yang seharusnya merupakan wilayah pejalan kaki banyak dipenuhi para pedagang.
Nama sebelumnya yaitu jalan Perniagaan tidaklah tidak berdasar. Memang sejak berdirinya pasar tertua di Bogor yaitu Pasar Bogor, area disini ditujukan untuk perniagaan.
Hal tersebut terus berlangsung sampai dengan saat ini dan sepertinya akan terus berlangsung.
Jalan Suryakencana sebagai Pecinan
Istilah Pecinan dipakai dengan tujuan rasis atau melecehkan. Kata tersebut merujuk pada terjemahan dari kawasan Chinatown. Hampir setiap kota di dunia memiliki sebuah area yang menampung diaspora dari etnis Cina atau Tionghoa.
Begitu pula di Bogor. Jalan Suryakencana pada masa pemerintahan kolonial Belanda memang menjadikan kawasan ini sebagai lokasi pemukiman bagi etnis Cina atau Tionghoa. Hal ini dikaitkan dengan usaha untuk mengawasi pergerakan antar etnis di masa mereka.
Kawasan sekitar jalan ini menampung etnis Tionghoa yang eksodus dari Batavia setelah tragedi pembantaian 10,000 orang etnis Cina di Batavia sekitar tahun 1740 (baca – sejarah tentang Vihara Dhanagun). Wilayah yang dijadikan lokasi para etnis Cina diletakkan di area yang sekarang menjadi jalan ini.
Oleh karena itu akan banyak terlihat warga Bogor berkulit kuning dan bermata sipit di jalan ini. Di beberapa titik bahkan masih bisa ditemukan berbagai bangunan dengan corak etnis Cina.
Jalan Suryakencana juga menjadi sentra ketika perayaan Imlek atau Cap Go Meh diadakan di Bogor.
Ini adalah kata ketiga yaitu PECINAN.
Jalan Suryakencana dan wisata kuliner
Bagi penggemar wisata kuliner, berkunjung ke Bogor tanpa bertandang ke jalan ini adalah tidka bisa diterima. Berbagai jenis kuliner bisa ditemukan di jalan ini dan sekitarnya. Salah satunya adalah Laksa Gang Aut (yang berada di ujung jalan ini) , Mie Baso Tasik dan es pala khas Bogor. Berbagai makanan khas etnis Cina pun bisa dengan mudah ditemukan disini.
Jalan Suryakencana adalah surga penggemar wisata kuliner di Bogor karena banyaknya variasi kuliner yang ditawarkan.
Meskipun daerah ini merupakan sebuah Pecinan tetapi tidak perlu takut untuk membeli berbagai kuliner disini. Para pedagang kuliner banyak pula yang merupakan muslim. Selain itu warga Bogor dari etnis Cina disini sudah paham sekali mengenai istilah haram dan halal bagi para pembeli. Mereka biasanya akan memberitahukan apabila makanan yang dijual mengandung unsur yang tidak diperkenankan bagi warga muslim.
Hal ini tidak aneh karena mereka adalah warga Bogor juga yang sudah turun temurun berinteraksi dengan warga Bogor lainnya.
Masih banyak lagi jenis kuliner yang terdapat disini yang akan ditulis pada tulisan mendatang
Ini berkaitan dengan kata terakhir yaitu “KULINER”
——-
Sebenarnya ada dua kata lagi yang seharusnya saya masukkan dalam ciri khas. Kata-kata tersebut adalah
a) Kotor , hal ini terkait dengan banyaknya ceceran sampah di sepanjang jalan. Kebanyakan adalah sampah akibat aktifitas jual beli. Banyak dari pedagang disini tidak menyadari arti kata kebersihan dan larangan membuang sampah sembarangan.
b) Macet, sebagian dari badan jalan terpakai oleh parkir kendaraan. Tidak jarang bahkan sepeda motor terlihat nangkring di trotoar. Banyaknya angkot yang “ngetem” di depan Pasar Bogor menambah ruwet situasi setiap harinya.
Hanya saja karena kedua kata ini juga merupakan ciri khas beberapa tempat lain di Bogor, maka diputuskan untuk tidak memasukkannya sebagai ciri khas jalan Suryakencana
——-
Cara menuju jalan Suryakencana
Jalan ini adalah jalan satu arah dan hanya bisa dimasuki melalui pangkalnya di Taman Suryakencana. Meskipun demikian banyak sekali pelanggaran berupa berkendara melawan arus dilakukan oleh para pemotor. (Saya berharap anda tidak melakukannya)
1) Dari Terminal Baranangsiang
Anda bisa berjalan kaki dari tugu Kujang turun terus menyusuri jalan Otto Iskandar atau memakai angkot no 11 Merah dan turun di Pasar Bogor. Angkot ini akan melalui jalan Roda (sejajar dengan jalan Suryakencana) dan keluar tepat di depan gang Aut dan tidak melalui jalan Surken.
2) Dari Stasiun Bogor
Terlalu jauh untuk anda berjalan kaki. Lebih baik pergunakan angkot no 02 Merah atau 10 Merah yang trayeknya menyusuri jalan Suryakencana. Beberapa trayek lain seperti 05 dan 13 Merah hanya akan melewati mulutnya saja.
3) Dengan kendaraan pribadi
Bila anda keluar dari tol Jagorawi anda harus berputar sedikit. Jalur yang saya sarankan adalah melewati jalan Pajajaran-Jalak Harupat-Juanda sebelum masuk ke jalan ini. Bisa juga melewati jalan Pajajaran – jalan Sukasari – jalan Lawanggintung – jalan Pahlawan/Bondongan – Empang – jalan Juanda sebelum masuk ke jalan Suryakencana.
Alternatif pertama tidak bisa dilakukan di hari Minggu antara jam 6-9 pagi karena ada Car Free Day yang menutup jalan Jalak Harupat dan jalan Salak. Bila anda berkunjung tepat saat ini, lebih baik anda memakai alternatif kedua.