Bogor, Kota Sejuta Angkot. Begitulah julukan yang diberikan pada Kota Hujan, Bogor. Pada dasarnya, jumlah angkot di Bogor hanya ada sekitar 3000-an saja, namun julukan itu menunjukkan betapa berperannya sistem transportasi ini dalam kehidupan masyarakatnya.
Julukan yang disematkan pada kota ini lebih mengarah pada dampak negatif yang kerap dihasilkan dari keberadaannya, seperti kemacetan dan kesemrawutan yang kerap dihasilkan. Namun, yang tidak seharusnya juga dilupakan angkot pernah dan masih berkontribusi dalam kehidupan di Bogor.
Nah, pernahkah Anda bertanya, kapan sistem transportasi berbasis angkot mulai dipergunakan di Kota Bogor? Mengapa sistem ini dipandang pernah berjasa memberikan transportasi kepada banyak orang?
Mungkin, jika yang diperlukan adalah jawaban tepat, hanya Pemkot Bogor yang bisa menjawabnya karena seharusnya mereka memiliki arsip data tentang kapan kebijakan itu dimulai.
Namun, sebagai seorang warga Bogor yang sudah bermukim di kota ini sejak tahun 1978, saya bisa menveritakan sedikit versi Lovely Bogor.
1978-1980 : Pendahulunya sudah ada
Pada periode tahun ini, sistem angkot seperti yang dikenal sekarang belum ada. Namun, angkutan dengan mempergunakan kendaraan sejenis dengan angkot sekarang sudah ada.
Memang tidak persis karena di masa tersebut, kendaraan yang dipergunakan adalah Daihatsu Unyil/Tuyul atau Hi-Jet 55 (bentuknya kotak) dimana bagian belakangnya diberikan terpal atau ada juga yang sudah memiliki kabin.
Warnanya tidak seragam, tetapi mayoritas berwarna kuning. Juga, saat itu rutenya belum ada. Terkadang untuk menuju satu tujuan, seorang penumpang harus bertanya dulu kepada supirnya trayek yang mereka jalani. Pengendara juga terkadang bisa merubah rute perjalanan sesuai kemauan.
Pintu kabin penumpang masih mengarah ke belakang dan bukan ke samping. Untuk berhenti, penumpang harus memencet bel dan bukan mengatakan langsung padanya.
Yang jelas tidak ada nomor trayek.
Angkot belum menjadi sarana utama karena masih banyak warga Bogor yang lebih memilih naik delman atau becak atau diantar atau menggunakan bemo.
Kendaraan inilah yang sering saya pakai ketika sekolah di SD.
1983-1986 : Sistem sudah ada, tetapi masih tercampur baur
Setelah itu, trayek dan rute sudah ada. Namun, masih belum seperti sekarang. Banyak angkot yang masih belum bernomor. Juga ada, trayek bernomor, tetapi rutenya berbeda.
Belum lagi berbagai angkutan lain dari luar kota, seperti dari wilayah Kabupaten masuk ke tengah kota. Semua itu karena masih ada terminal angkot di lokasi yang sekarang menjadi alun-alun Bogor.
Bila malam, banyak angkot luar dan dalam kota akan menuju Pasar Ramayang (sekarang menjadi Bogor Trade Mall) untuk mengangkut para pedagang.
1986 – Sekarang : seperti yang terlihat
Yah, setelah itu angkot berkembang secara pesat. Berbagai rute dan trayek baru lahir.
Angkot menjadi transportasi utama di Bogor menggusur bemo, delman, dan becak karena lebih cepat dan ongkos yang lebih murah.
Merk kendaraan yang dipergunakan sebagai angkot bergeser dari Daihatsu yang dulunya sangat dominan menjadi Suzuki. Jenis terakhir yang sangat disukai adalah Suzuki Futura dan turunannya. Hingga sekarang angkot yang masih beroperasi masih memakai jenis yang ini, meski angkot jarak jauh dari Kabupaten Bogor mulai menggunakan Kijang.
Jadi, kalau ditanya kapan sistem transportasi berbasis angkot mulai dipakai, saya pikir tahun 1982-1983 lah tahun awalnya. Pada saat itu sepertinya sistem ini mulai diadopsi oleh Pemkot Bogor sebagai sarana transportasi warganya dan penomoran rute mulai dipergunakan.
Cikal bakalnya tentu saja dimulai sejak beberapa tahun sebelumnya, tetapi sistem angkot dimulai di awal tahun 1980-an alias sudah 40 tahun lebih. Tidak mengherankan kalau sisa-sisa masa jayanya masih terlihat.
Perlukah Sistem Angkot diganti
Jelas. Bukan sebuah hal yang logis terus mempertahankan sistem yang dibangun hampir setengah abad yang lalu untuk masyarakat yang sudah berubah dan lebih modern.
Tidak cocoknya sistem angkot dipertahankan bisa terlihat dalam berbagai dampak negatif yang dihasilkan oleh keberadaan angkot, baik secara langsung atau tidak.
Belum lagi sistem angkot lebih tidak efisien dalam penggunaan bahan bakar karena hanya bisa mengangkut banyak penumpang dan tentunya, ongkos yang semakin berat untuk ditanggung warganya.
Angkot memang cocok dan terbukti berjasa di masa lalu. Hal itu tidak terbantahkan. Namun, sesuai dengan perubahan zaman, sudah saatnya sistem ini dipensiunkan karena tidak lagi memadai untuk kebutuhan Kota Bogor yang lebih padat penduduknya dan lebih modern.
Terus melestarikan penggunaannya hanya memastikan bahwa kota ini seperti terikat pada masa lalu dan seperti tidak mau maju dan berkembang.