Si “CODOT” panggilan kesayangan warga Bogor kepadanya. Julukan ini adalah nama panggilan “kesayangan” yang melekat pada sebuah helikopter yang pernah menyumbangkan jasa kepada Tentara Nasional Indonesia, Sikorsky S-58 (H-34 Choctaw.
Satu dari helikopter yang pernah melanglang di udara Indonesia ini sekarang bisa dilihat penampakannya dalam bentuk monumen helikopter di Lanud Atang Sanjaya Bogor yang merupakan markas bagi 3 skadron helikopter Indonesia. Kehadirannya menggantikan posisi Mil Mi-1 Hare (Kelinci/Terwelu) buatan Rusia yang dipindah ke Yogyakarta.
Sikorsky S-58/H-34 Choctaw/Twin Pack
Kiprah si Codot sendiri di bumi Indonesia diawali pada akhir tahun 1960-an. Kehadirannya menggantikan peran helikopter angkut berat Mil Mi 6 buatan Rusia yang digrounded (tidak dioperasikan lagi) akibat retaknya hubungan dengan negara Beruang Putih itu setelah Pemberontakan G30S-PKI.
Pada saat itu, sebuah S-58 dihibahkan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu dan hingga tahun 1975 melalui program Defense Liaison Group ada 12 buah Codot yang dihibahkan kepada Indonesia. Helikopter ini masih beroperasi di Skadron 8 (kemudian Skadron 6) yang bermarkas di Lanud Atang Sanjaya hingga tahun 2010.
Si Codot sendiri memiliki beberapa nama, tetapi kode resmi dari pabrikannya adalah Sikorsky H-34 Choctaw. Sesuai dengan penamaan yang dilakukan untuk helikopter di Amerika Serikat julukan yang diberikan adalah nama suku asli negara itu, Indian. Helikopter ini juga memiliki nama lain Sikorsky S-58 Twin Pac.
Si Codot pertama kali terbang di negara asalnya pada Maret 1954 dan produksi massalnya dimulai beberapa bulan kemudian. Paling tidak 2.108 buah “Codot” diproduksi hingga tahun 1970.
Helikopter ini pertama kali ditujukan untuk melaksanakan “perang anti kapal selam”, tetapi ternyata kemampuannya untuk mengangkut 16 personel membuatnya juga dipergunakan sebagai helikopter angkut di banyak negara.
Penggunanya pun sangat banyak karena lebih dari 25 negara mempergunakan jasanya, kebanyakan untuk militer tetapi ada juga yang dipergunakan untuk sipili. Si Codot pernah menjadi salah satu ikon dari sebuah film seri yang lumayan terkenal di negara itu, yaitu RIPTIDE.
Si Codot juga merupakan veteran perang karena kehadirannya di beberapa perang, seperti Perang Vietnam, Perang Algeria, Perang Enam Hari di Timur Tengah, dan beberapa perang lainnya.
Sekarang si Codot purna tugas dan digantilkan dengan helikopter yang lebih baru dan modern. Ia tidak lagi mengawal udara Indonesia, tetapi meski demikian perannya belum selesai.
Ia masih menyambut banyak orang di pertigaan Lanud Atang Sanjaya sebagai sebuah monumen. Tidak terbang lagi, tetapi ia mempercantik kota ini sekaligus juga mengingatkan semua orang tentang sejarah sebuah helikopter yang pernah berjasa bagi negeri ini.
Goodbye “Kelinci”. Selamat Datang “Codot”.