Blender, di Bogor nama ini merujuk sebuah tempat yang kalau tidak terpaksa orang akan malas datang kesana. Bukan hanya pada malam hari, tetapi juga di siang hari. Kecuali ada “keperluan khusus”, maka orang tidak akan mau berkunjung kesana. Biasanya sepi sekali.
Maklum saja, Blender adalah sebuah Tempat Pemakaman Umum yang berlokasi di Kecamatan Tanah Sareal. Lokasinya tidak jauh dari Pintu Pelrintasan Kebon Pedes yang terkenal sebagai salah satu titik macet di Bogor. Siapa juga yang mau kalau memang tidak terpaksa. Iya kan?
Tetapi, ada saat dimana TPU Blender menjadi sebuah tempat yang menjadi “favorit” banyak orang. Bukan hanya warga Bogor saja, tetapi juga para pendatang yang datang dari luar kota. Saat itu adalah ketika Lebaran tiba.
Sejak hari pertama Idul Fitri hingga hari kedua biasanya ribuan orang seperti tumpah ke tempat itu pada saat bersamaan. Tidak bedanya dengan pasar. Kawasan yang sebenarnya tidak seberapa luas itu seperti dijejali oleh ribuan orang yang berlalu lalang dengan segala kepentingannya.
Sebagian besar tentunya dengan satu tujuan yang sama, yaitu berziarah kubur ke makam anggota keluarga yang sudah berpulang. Sebagian besar yah, tetapi tidak semua karena sebagian lagi datang untuk mengais rezeki.
Membludaknya orang yang datang ke Blender selama dua hari lebaran mengundang banyak orang untuk berdagang disana. Bukan cuma pedagang bunga dan air mawar yang biasa dipergunakan untuk ziarah kubur, tetapi pedagang jenis lainnya pun tidak mau kelewatan momen ini untuk meraup untung. Bisa ditemukan dengan mudah, pedagang makanan, seperti mie ayam, bakso, minuman, sampai mainan anak pun ikut nongkrong.
Mereka bukan hanya berdagang di luar area pemakaman, tetapi bahkan juga di dalamnya. Tempat sempit di antara makam-makam dijadikan lapak untuk menggelar dagangannya. Tidak sedikit bahkan yang memanfaatkan pusara sebagai lahan berdagangnya atau setidaknya sebagai etalase bagi apa yang mereka jual.
Untuk menangkal panas matahari atau kehujanan, banyak tenda dadakan, terbuat dari bambu dan terpal, didirikan.
Para pembeli pun tidak segan memanfaatkan pusara sebagai tempat duduk ketika mereka menyantap semangkuk bakso.
Situasinya tidak berbeda sama sekali dengan pasar.
Entah darimana para pedagang itu berdatangan karena biasanya bahkan di siang hari bolong hanya ada beberapa gelintir pedagang bunga saja yang mangkal disana. Hanya di saat Lebaran saja, jumlahnya meningkat berpuluh kali lipat.
Terlepas dari masalah apakah hal ini sesuai etika kemasyarakatan atau tidak, karena bagaimanapun pemakaman dianggap sebagai sebuah tempat peristirahatan terakhir, apa yang terjadi di Blender adalah sebuah tradisi yang berlangsung setiap tahun.
Lebaran adalah saat dimana pemakaman berubah fungsi menjadi pasar.
Rasanya hal ini juga berlangsung di banyak pemakaman umum lain di Kota Bogor dan kota-kota lainnya.
Bagaimana di tempat Anda?
Makam Dreded lebih seru lagi kang sejak saya kecil sampai sekarang.
Pasti… hahahaha.. kurasa dimanapun situasinya mirip mirip deh 😀