Komunitas Perempuan Berkebaya : Perjuangan Mempertahankan Kearifan Lokal

Komunitas Perempuan Berkebaya
Kontingen Komunitas Perempuan Berkebaya di Cap Go Meh Bogor 2016

Pernah membayangkan berjalan sambil memakai kebaya? Ampun, saya sih tidak akan sanggup kalau disuruh memakai pakaian tradisional Indonesia ini. Untungnya saya laki-laki, jadi tidak perlu memakainya.

Tetapo, saya cukup yakim banyak wanita di zaman sekarang akan merasakan hal yang sama. Ribet, repot dan tidak ringkas. Oleh karena itulah, hari demi hari, pemakainya terus berkurang.

Mungkin karena itulah, saat Cap Go Meh Bogor 2016, Februari yang lalu, perhatian saya terpesona bin kagum melihat serombongan peserta pawai CGM tersebut dalam berbagai variasinya melangkahkan kaki dengan percaya diri. Mereka adalah kontingen dari Komunitas Perempuan Berkebaya regional Bogor (kalau tidak salah).

Kagum. Sangat.

Di tengah budaya yang cenderung mengedepankan segi kepraktisan, masih ada orang yang mau bersusah payah menggunakannya.

Komunitas wanita berkebaya

Yang membuat lebih terperangah lagi, kaum wanita berkebaya ini, masih bisa cepat melangkah dan mengikuti ritme para peserta pawai lainnya. Tidak terlihat bahwa kain yang dikenakannya menghambat langkah mereka.

Bahkan sebagian di antara mereka masih bisa melenggak lenggok bak penari atau peragawati.

Semua seperti mematahkan anggapan bahwa kebaya menghambat gerak mereka sebagai wanita modern yang harus bergerak cepat mengikuti dinamika kehidupan masa kini.

Bahkan dengan sepatu berhak mereka, sama sekali tidak terlihat menjadi halangan untuk terus bergerak maju bersama yang lain.

Apalagi profesi para perempuan berkebaya ini beragam sekali, dan bukan tukang jamu. Mereka berprofesi layaknya wanita modern, guru, pekerja kantoran, advokat, penulis, dan tentu saja ibu rumah tangga. Profesi umum wanita masa kini.

Komunitas perempuan berkebaya

Kekaguman saya sendiri bukan sekedar karena melihat kebayanya atau karena melihat wanita berkebaya.

Pemerintah Daerah Kota Bogor sendiri menerapkan kebijakan Rebo Nyunda, jadi kalau sekedar melihat wanita memakai pakain tradisional ini tidak begitu sulit. Para PNS wanita pun akan mengenakan kebaya ala Sunda di hari itu.

Tetapi, ada tetapinya, kalau PNS memakainya karena “kewajiban”, perintah dari atasan. Sedangkan, para anggota Komunitas Wanita Berkebaya ini mengenakannya karena sebuah motif yang berbeda.

Mereka tidak dipaksa.

Jawabannya ternyata baru saya temukan beberapa hari lalu. Seorang teman di Facebook, meskipun bukan anggota resmi Komunitas Perempuan Berkebaya tetapi beberapa kali ikut berpartisipasi, menjelaskan secara singkat.

Mempertahankan kearifan dan budaya lokal.

Sederhana tetapi membuat saya bengong.

Dengan semakin tergerusnya budaya asli Indonesia dengan berbagai jenis budaya asing, kalau tidak melakukan sesuatu maka bisa dipastikan budaya tersebut akan segera punah. Hilang ditelan zaman.

Itulah inti mengapa para anggota Komunitas Perempuan Berkebaya cukup aktif untuk tampil di berbagai acara kemasyarakatan di Bogor.

Mereka seperti mengingatkan bahwa ada budaya asli bangsa ini yang sedang  berada dalam bahaya menghilang. Komunitas ini juga bak ingin mengatakan bahwa menjadi modern tidak berarti menghilangkan identitas diri.

Buktinya, dengan pakaian tradisional pun mereka tetap bisa mengimbangi langkah yang lain dan bergerak sama cepat dan tangkasnya dengan wanita berpakaian modern.

Tradisional dan modern bisa dijadikan satu.

Komunitas wanita berkebaya

Hanya bisa bilang salut. Angkat topi.

Jarang orang mau bersusah payah, merepotkan dirinya sendiri untuk sesuatu yang sepertinya sepele, apalagi untuk sekedar sebuah jenis pakaian yang sudah dianggap kuno, tidak keren, tidak modern.

Tetapi, rupanya yang diperjuangkan sebenarnya bukanlah hanya sekedar jenis pakaian. Komunitas ini memperjuangkan lebih dari itu, mereka berjuang untuk mempertahankan sebuah kearifan lokal, sebuah budaya, sebuah identitas diri sebagai sebuah bangsa.

Sesuatu yang sudah jarang terpikirkan oleh banyak orang.

Sekali lagi, salut .

(Kalau ada yang tertarik dengan Komunitas Perempuan Berkebaya, bisa lihat grup Facebooknya di sini)

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.