Memotret Dengan HP? Kenapa Tidak?

Memotret Dengan HP – “Kang. Bisa nggak saya menghasilkan foto seperti yang Kang Anton perlihatkan? Kebetulan saya pernah memberikan istri hadiah sebuah Nikon D3100 dengan lensa standar saja dan tidak pernah terpakai. Cukup kah kamera tersebut untuk menghasilkan foto seperti itu?”.

Itu celetukan dari seorang kawan lama semasa SMA dulu. Kodrat Wibowo namanya, seorang ekonom jebolan Universitas Pajajaran, sekaligus seorang dosen di universitas yang sama. Sang kawan lama itu sedikit tertarik terhadap fotografi atau seni memotret ketika melihat beberapa foto yang disharing ke grup Whatsapp Amoeba (Anak Moeda Biologi Tiga SMA Negeri 1 Bogor lulusan tahun 1989).

Pertanyaannya sederhana. Sebenarnya mewakili pertanyaan yang sama tetapi jarang diungkapkan oleh banyak orang.

Pertanyaan yang membuat kepala saya tiba-tiba menjadi perlu digaruk. Padahal tidak gatal sama sekali.

Bingung. Ada sedikit rasa malu juga karena pernah terlintas pertanyaan yang sama dalam benak sendiri tentang hal itu.

Akhirnya, saya menjawab dengan singkat.

“Kang Bowo, foto-foto yang saya sharing itu berasal dari kamera yang harganya di bawah merk kamera yang Akang punya. Bahkan, secara spesifikasi sang Fuji Finepix HS35 EXR berada di bawah kemampuan kamera yang Akang berikan pada istri.

Nikon D3100 adalah sebuah kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) dengan sensor APS-C sedangkan si HS35EXR hanyalah sebuah ‘bridge camera’ alias prosumer saja. Secara tehnis D3100 lebih mumpuni”.

Kemudian, saya juga tampilkan lagi beberapa foto berikut ini.

Hasil dari Sony Xperia M
Istana Bogor
Bogor Palace, Reinwardt Monument and Gunting Pond
Istana Bogor – Xperia M

Sedikit fakta saya uraikan bahwa kedua foto ini adalah hasil dari memotret dengan HP. Ya, hanya hasil dari sebuah smartphone Xperia M. Kamera pada HP inilah yang menemani saat Lovely Bogor pertama kali dibuat.

Saat itu belum ada si Finepix HS 35EXR. Semua foto yang dipakai bersumber dari benda ini saja.

Fotografi Itu Bukan Tentang Kamera

Tujuan menampilkan beberapa foto hasil memotret dengan HP bukan untuk pamer, tetapi untuk menjelaskan bahwa fotografi itu bukanlah tentang kamera. Fotografi itu adalah melukis dengan cahaya atau untuk merekam sebuah momen dalam kehidupan. Kamera hanyalah alat untuk merealisasikan apa yang diinginkan oleh sang pemegang kamera, atau yang sering disebut dengan fotografer.

Fotografi itu adalah tentang The Man Behind The Gun. Dalam bahasa Indonesia, bisa dikata seni memotret itu adalah tentang orang di belakang kamera dan bukan tentang kameranya itu sendiri.

Tidak bisa disalahkan kalau pertanyaan itu diajukan. Toh, saya sendiri pernah merasa minder karena keterbatasan dan rendahnya kamera saat hunting foto pada acara Cap Go Meh Bogor 2016. (Silakan lihat : Fotografi Itu Tentang Mengabadikan Momen, Bukan Tentang Kamera)

Hal yang sama, hampir pasti, juga dirasakan oleh banyak orang di luar sana. Terlalu luas anggapan bahwa untuk menghasilkan foto yang bagus harus dengan kamera yang mahal dan canggih.

Padahal kenyataannya tidak begitu.

Pernah kah kita bertanya mengapa karya-karya dari Henri Cartier-Bresson (1908-2004)hingga sekarang masih tetap mendapat pujian? Padahal mengingat ia mulai memotret tahun 1930-an, sudah pasti yang namanya kamera digital belum ada. Jangankan ada, terpikirkan saja belum.

Lalu mengapa karyanya begitu dihargai sehingga bahkan fotografer humanis itu mendapatkan kehormatan dianggap sebagai bapak Fotografi Jalanan modern. Banyak orang terinspirasi hanya dengan melihat foto-foto hasil jepretan kameranya.

Sesuatu yang tidak mungkin kalau unsur kamera lah yang menentukan. Kameranya sudah pasti kalah canggih dan modern dibandingkan dengan alat potret masa kini. Bahkan dengan kamera yang ada pada smartphone lawas saya, jelas kamera Xperiia M lebih baik dan canggih.

Jawabnya ternyata ada pada MANUSIA-nya.

Fotografi atau memotret adalah tentang menyampaikan apa yang dilihat oleh sang pemegang kamera.

Ide-ide yang ada di kepala sang fotografer diterjemahkan dalam bentuk foto atau gambar hasil rekaman alat yang dipegangnya. Keindahan yang terlihat dari sudut pandang fotografer disampaikan melalui medium foto atau gambar statis. Karena itulah fotografi sering juga diartikan sebagai melukis dengan cahaya.

Fotografi hampir mendekati sebuah seni.

Seseorang dengan kamera mahal dan seseorang dengan kamera HP memiliki kans yang sama untuk menghasilkan foto yang memukau. Tidak ada jaminan pemegang kamera berharga puluhan juta akan unggul dibandingkan yang lain dengan sebuah kamera saku. Tidak ada beda.

Fifty-fifty.

Kemampuan kedua orang tersebut memanfaatkan alat di tangannya lah yang menentukan. Skill mereka mengoperasikan kamera akan menjadi penentu. Kejelian mereka melihat momen dan timing akan terlihat pada hasil fotonya. Bagaimana kreatifitas sang fotografer memadukan background dan obyek lah yang bisa menyampaikan ide dan impresi yang diinginkan.

Bukan kameranya tetapi manusianya lah yang menentukan.

Memotret Dengan HP

Cueug Cilember Tempat wisata favorit Bogor
Curug Cilember – Fuji Finepix HS35EXR

Mungkin, akan banyak yang memprotes apa yang saya sebutkan di atas. Terutama bagi mereka yang sudah mengeluarkan uang begitu banyak untuk membeli kamera dan lensa. Rasanya sulit menerima sudut pandang yang menyebutkan bahwa kans mereka, dengan kamera mahalnya sama dengan mereka yang hanya bisa memotret dengan HP.

Pada kenyataannya memang demikian.

Membeli kamera mahal tidak berarti membeli kemampuan memotret. Memiliki dan membawa kamera berharga puluhan juta tidak berarti skill dan keahlian mereka merekam gambar lebih tinggi dibandingkan dengan yang memegang HP. Tidak sama sekali. Mereka hanya membeli alat dan bukan skill.

Tentu saja, tidak berarti tehnologi dan harga yang mahal akan terbuang percuma. Banyak keunggulan yang ada pada kamera berharga mahal. Secara tehnis lho alias di atas kertas saja. Untuk merealisasikannya, butuh lebih dari menghapal berapa besar mega piksel kameranya, berapa besar sensornya, berapa kali zoom yang bisa dilakukan.

Butuh lebih dari itu.

Kalau sang pemegang kamera mahal hanya terfokus pada hal-hal tersebut, maka tidak akan ada gunanya kamera itu. Ia sudah pasti akan “kalah” dibandingkan pemegang HP tetapi tahu cara menempatkan obyek, cara mengambil sudut pemotretan dan berbagai hal lainnya.

Pertanyaan Kang Bowo, yang baru saja meluncurkan buku “SISI LAIN AKUNTABILITAS KPK DAN LEMBAGA PEGIAT ANTI KORUPSI” bulan Mei lalu dan posisinya dalam hal fotografi dengan saya mencerminkan hal tersebut.

Bukan sombong. Tetapi dalam hal ini fotografi, hasil dari memotret dengan HP saja sudah membuatnya tertarik. Sementara, di tangannya ada sebuah kamera berharga cukup mahal, meski bukan keluaran terbaru, tetapi ia ‘belum’ bisa menelurkan karya yang menarik.

Sebuah hal yang merupakan contoh secara langsung bahwa fotografi adalah tentang orang di belakang kamera. Bukan tentang kameranya.

Kata “BELUM” dalam tanda kutip.

Kata itu mencerminkan sesuatu yang bisa berubah. Kalau Kang Bowo terus belajar tentang komposisi foto, berlatih menempatkan obyek, mengasah kemampuan mengamati sekeliling, bukan sebuah hal yang mustahil suatu waktu kemampuan memotretnya akan melebihi saya.

Ia sudah memiliki perangkat kerasnya, Nikon D3100. Tinggal mengasah “perangkat lunak” yang dimilikinya, pengetahuan, kreatifitas dan skill mengoperasikan kamera. Kalau itu terpenuhi, sangat mungkin ia bisa menghasilkan foto yang lebih baik.

Ingat posisinya fifty-fifty. Penentunya adalah manusianya.

BErlari di bawah hujan
Stasiun Cilebut, 2016 – Xperia M

Jadi, Kawan Pembaca yang budiman, bila Anda ingin menekuni fotografi tetapi minder karena tidak punya kamera DSLR, jangan minder. Jangan terpengaruh dengan omongan bahwa foto yang bagus, indah dan menarik hanya bisa dilakukan dengan kamera tertentu.

Sama sekali tidak benar.

Bila Anda bisa memanfaatkan kamera yang ada di HP Anda, seberapa pun besar mega pikselnya apapun merknya, peluang untuk menghasilkan foto yang bagus akan tetap ada. Selama Anda kesempatan itu selalu ada di depan mata. Semakin Anda belajar, peluang itu akan semakin besar.

Mulailah belajar memotret dengan HP atau kamera apapun yang Anda miliki. Jangan biarkan kamera tersebut mubazir karena terpengaruh pendapat orang lain. Teruslah memotret dan teruslah belajar.

Mari Berbagi

1 thought on “Memotret Dengan HP? Kenapa Tidak?”

  1. suatu saat nanti DSLR akan tergantikan oleh kamera telepon genggam

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.