Mode Manual Kamera Memacu Kreatifitas

Pada tulisan sebelum ini, saya menganjurkan agar para pemula dalam fotografi melupakan sejenak Mode Auto Kamera dan beralih menggunakan Mode Manual Kamera. Silakan lihat di Mode Auto Kamera? Lupakan!

Salah satu alasan mengapa hal itu disarankan adalah karena dengan memakai Mode Manual Kamera maka akan menumbuhkan kreatifitas dari kita, sang pemegang kamera. Sesuatu hal yang tidak akan didapatkan ketika kita selalu memakai fitur otomatis yang tersedia.

Tidak percaya?

Bagaimana kalau saya suguhkan bukti dalam bentuk foto saja sebelum kita berbincang lebih lanjut.

Foto I :

Mode Manual Kamera 01 Mode Manual Kamera

Kedua foto ini diambil dari posisi yang sama dengan setting auto dengan memanfaatkan fitur MACRO dari Fuji Finepix HS 35EXR.

Kedua foto hanya berbeda sedikit karena foto di kanan zoom diperbesar. Bagian background atau latar belakang tidak terlihat sangat mirip.

Foto II :

Mode Manual Kamera 05 Mode Manual Kamera 06
Mode Manual Kamera 07 Mode Manual Kamera

Satu lagi foto ada di bagian paling atas.

Kelima foto ini diambil dengan Mode Manual si Finepix HS 35EXR.

Berbeda?

Ya. Padahal semua diambil dari posisi yang sama. Kalaupun pemakaian zoom yang memperbesar obyek diabaikan tetap akan terlihat ada beda pada latar belakang obyek. Ada yang terang, agak gelap dan sangat gelap.

Kesemua ini hanya dengan merubah setting “shutter speed” atau kecepatan shutter saja. Beberapa setting lain seperti Aperture dan ISO tidak diubah sama sekali.

Yang mana yang lebih bagus atau yang Anda suka ? Itu terserah pada selera masing-masing.

Mode Manual Kamera Memacu Kreatifitas

Pada kenyataannya memang demikian. Pada setiap kesalahan yang kita perbuat ketika mempelajari cara mengatur Shutter Speed, ISO dan juga Aperture, akan ada sebuah hal baru yang ditemukan.

Kesalahan memang menyakitkan dan menyebalkan tetapi kalau kita belajar dari kesalahan tersebut maka bertambahlah pengetahuan kita. Pengetahuan itu pada akhirnya akan menjadi senjata di kemudian hari untuk melahirkan sesuatu.

Entah sudah berapa puluh kalia saya harus merasakan kesal karena hasil foto terlalu gelap, alias under exposed alias kurang cahaya. Gambar terlihat gelap karena kecepatan shutter yang dipakai terlalu cepat.

Hanya kemudian saya menyadari bahwa hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk membuat latar belakang menjadi gelap dan hitam. Seberapa hitam atau gelapnya akan tergantung pada apa yang saya mau.

Hal tersebut tidak bisa dilakukan ketika setting otomatis dipergunakan. Saya tidak memegang kendali penuh terhadap kamera, ketika fitur auto dipergunakan, maka sebagian besar kontrol berada pada kamera.

The Power Of Kepepet

Mode Manual KameraMeminjam istilah Mario Teguh, The Power Of Kepepet, itulah istilah yang tepat dengan memakai mode manual.

Dengan memakai Mode Manual Kamera, kita dipaksa untuk membuat kesalahan.Kita dipepet untuk mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, menyakitkan.

Ratusan kesalahan akan terjadi dan hal itu sudah pasti.

Nah, hal itulah yang kemudian memicu naluri alamiah manusia, yaitu survival alias bertahan.

Tidak ada seorang manusia pun yang menyukai untuk mengalami terus menerus sesuatu yang menyakitkan. Kegagalan. Ketidakmampuan.

Sudah merupakan sifat alami kita, manusia untuk kemudian berusaha keluar dari situasi tersebut. Manusia akan belajar dan belajar dan kemudian menemukan jalan keluar dari masalah tersebut.

Hal yang sama berlaku dalam hal fotografi. Melepaskan ketergantungan pada mode auto seperti menarik kita dari zona nyaman. Kita dipepet untuk mengerti hubungan ketiga hal utama fotografi Aperture, ISO dan Shutter Speed. Mau tidak mau.

Mode Manual Kamera Memacu KreatifitasKecuali.. ada kecuali kita memilih menyerah kalah. Ini berarti kita tidak akan pernah maju. Bahkan tidak diam di tempat melainkan punah, selesai.

Tamat.

Yang seperti ini sebenarnya bukan hanya berlaku dalam hal fotografi. Pada dasarnya berlaku pada semua hal, ngeblog, belajar bahasa dan lain sebagainya, juga memerlukan sikap yang sama.

Belajar memotret hanyalah satu dari banyak hal lain yang membutuhkan sikap mental seperti ini. Jangan pernah harapkan sesuatu didapat secara instan.

No free lunch. Tidak ada makan siang gratis. Semua ada “harganya”.

Untuk sesuatu yang ingin kita raih dibutuhkan pengorbanan dalam berbagai bentuk, uang, waktu, tenaga dan seterusnya.

Mode Manual KameraBelajar memakai Mode Manual Kamera untuk menghasilkan foto seperti sebuah perjalanan melewati terowongan yang gelap. Kelihatannya tidak ada lampu tetapi ketia dijalani, suatu waktu akan ditemukan titik terang di ujungnya. Sesuatu yang ingin kita raih dan capai.

Ketika kita mencapai ujungnya, maka selain kita bisa mendapatkan kembali sesuatu yang kita “sukai”, di sisi lain kita mendapatkan pengetahuan lebih dari yang kita miliki ketika belum melewatinya.

Sebelum memakai Mode Manual si Fuji Finepix HS 35EXR, saya tidak begitu paham dan peduli tentang guna shutter speed. Apa sih pengaruhnya terhadap sebuah foto. Toh saya akan bisa menghasilkan foto yang bisa dan cukup enak dilihat.

Hanya setelah melewati belasan kegagalan, saya juga menemukan bahwa background gelap pun tidak kalah enaknya untuk dilihat dibandingkan yang terang. Yang lebih penting, saya bisa menghasilkan hal tersebut lagi sesuai dengan kemauan sendiri. Saya mendapatkan kendali penuh terhadap kamera dan tidak tergantung pada hasil pemikiran orang lain.

Menyenangkan? Tentu saja sangat menyenangkan. Saya bisa menghasilkan foto dengan latar belakang terang, semi terang, agak gelap dan gelap sekehendak hati. Dengan pengetahuan ini, saya bisa berkreasi menghasilkan foto dengan latar belakang yang berbeda-beda dan bukan hanya satu saja.

Bagaimana dengan Anda kawan? Maukah mencoba memakai Mode Manual kamera anda?

Saya sarankan beralihlah sejenak dan nikmati perjalanan memakai mode manual. Menyenangkan lho (walau juga menyebalkan).

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.