Pelajaran Dari Jalanan : Bersyukurlah!

Jika, Anda saat ini sedang merasa kesal bin sebal karena keinginan membeli Samsung Galaxy S7 belum terpenuhi, ataupun bete karena rencana berlibur ke Bali atau Phuket belum bisa terealisasi, mungkin saya hendak mengajak Anda sedikit menyusuri jalan-jalan di Kota Bogor.

Yah, memang hanya Bogor, sebuah kota yang banyak orang bilang kurang eksotis dibandingkan Thailand, Belanda, dan lain sebagainya. Kota yang penuh dengan kemacetan sehingga dijuluki Kota Termacet di Indonesia versi Dinas Perhubungan tahun 2014.

Bukan tempat wisata yang ingin saya tunjukkan. Ada beberapa hal lain yang mungkin bisa membantu Anda mengurangi rasa kesal karena impian atau keinginan yang belum tercapai.

Bagaimana? Tidak berat kok ongkosnya. Hanya bermodal beberapa ribu rupiah plus tenaga sedikit saja. Sama sekali tidak akan mengganggu tabungan untuk si Galaxy S7 atau tiket PP kemanapun Anda berlibur nantinya. Sama sekali tidak.

Saya hanya ingin mengajak Anda melihat sebuah sisi lain dari kota yang sedang bertransformasi menuju kota modern ini. Tidak akan lama.

Baiklah. Sepertinya Anda benar-benar tidak bisa.

Kalau Anda benar-benar sedang sebal sehingga untuk pergi pun malas, bagaimana kalau saya bawakan kepada Anda beberapa foto hasil jepretan kamera selama menyusuri berbagai tempat sebagai seorang blogger dan juga fotografer jalanan.

Silakan lihat yang di bawah ini.

Pelajaran Dari Jalanan : Bersyukurlah
Pool Damri, Botani Square, 2016

 

Pelajaran dari Jalanan : Bersyukur
Taman Air Mancur , 2016

Setelah melihat dua foto di atas, bagaimana? Apakah sudah reda perasaan kesalnya?

Kalau masih ada, silakan lanjut lagi dengan foto-foto berikut. Tidak banyak kok.

Gelandangan Tugu Kujang Bogor
Tugu Kujang , 2016

Pernah terpikir di kala kita mengeluh dan ngedumel tentang rumah kita yang terlalu sempit, tidak ber-AC, masih ada bagian dari masyarakat yang bahkan tidak memilikinya sama sekali?

Pelajaran Jalanan
Kebun Raya Bogor, 2016

Cukup segitu saja meskipun masih ada puluhan lainnya yang masih tersimpan di dalam hard disk komputer. Tetapi, saya rasa cukup untuk memperlihatkan apa yang sudah saya pelajari selama menekuni hobi menulis dan memotret.

Jalanan di Kota Bogor ternyata selain mengajari saya tentang banyak hal, seperti sejarah, asal usul, keindahan, juga mengajarkan tentang suatu hal yang sering terlupa. BERSYUKUR.

Semakin sering saya melangkahkan kaki, semakin sering kata itu terucap . Di balik keriuhan kota yang terkenal dengan berbagai kuliner dan tempat wisatanya, masih banyak orang yang bahkan untuk sekedar mendapatkan tempat untuk berteduh saja tidak bisa.

Jangankan berpikir untuk membeli HP atau gadget baru, mendapatkan uang untuk makan saja sulit.

Ini pelajaran dari jalanan yang paling berharga yang saya dapatkan.

Saya akui. Beberapa bulan belakangan ini, ada terselip rasa kesal karena keinginan untuk mengganti kamera, si Fuji Finepix HS 35 EXR belum bisa terlaksana. Padahal, saya pikir, dengan kamera DSLR, maka hasil foto bisa lebih baik daripada yang sekarang.

Sayangnya, alokasi dana harus diprioritaskan pada beberapa hal yang lebih penting. Too bad dan menimbulkan rasa kesal dalam hati.

Hanya kemudian, ketika melihat kembali berbagai foto hasilĀ  melangkahkan kaki ke sudut-sudut kota Bogor, rasa kesal tersebut ternyata menghilang. Sirna.

Sebaliknya yang ada adalah rasa lega dan sekaligus trenyuh.

Lega, karena sejauh ini , bisa dikata hidup saya dan keluarga sudah berkecukupan, tidak kekurangan sandang, pangan, papan. Bahkan sudah berlebih karena sudah bisa memiliki kendaraan meskipun sudah tua. Bisa dikata tidak perlu khawatir dan bingung harus berteduh dimana kalau hujan turun, atau apa besok bisa makan atau tidak.

Trenyuh, mau tidak mau timbul. Sulit membayangkan kehidupan mereka-mereka yang saya ambil gambarnya. Dimana mereka harus tidur saat hujan turun? Bagaimana kalau nanti tidak ada uang untuk membeli makanan? Sungguh, saya tidak bisa menjawab dan bahkan sekedar membayangkan berada dalam kehidupan seperti itu.

Meskipun saya pernah menjadi pramuka dan kemping dengan alat seadanya, tetapi tidak sama. Pada saat kemping, walau sesulit apapun, tetap ada harapan dan keyakinan bahwa ada keluarga yang menanti dan akan menolong pada saat kita kesulitan. Sedangkan mereka? Kepada siapa mereka harus meminta pertolongan.

Saya rasa itulah yang membuat saya berpikir, bahwa berkunjung dan menyusuri jalan-jalan di Bogor akan membantu mengurangi rasa kesal bin sebal Anda. Bahkan mungkin, rasa itu bisa digantikan dengan rasa syukur terhadap apa yang sudah kita miliki saat ini.

Kalaupun Anda sibuk dan tidak sempat ke Bogor, bisa juga Anda ganti dengan menyusuri jalan-jalan di kota Anda sendiri. Dengan kondisi seperti sekarang, pasti situasi jalanan di berbagai kota di Indonesia akan mirip sekali.

Bagaimana Kawan? Atau kah rasa bete itu sudah hilang dengan melihat foto-foto ini?

Pengemis di Jalan

Mari Berbagi

2 thoughts on “Pelajaran Dari Jalanan : Bersyukurlah!”

  1. Keren bos tulisannya, memang bener tuh…kiranya kita perlu lebih banyak bersyukur, bersyukur dan bersyukur lagi karena terlalu banyak nikmat yang telah diberikan.

    SUKSES SELALU BOS….dan TETEP SEMANGAT

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.