Parahyangan Agung Jagatkartta- Bukan Tempat Wisata!

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta sebenarnya memenuhi semua aspek dalam daftar saya untuk dijadikan sebuah obyek tulisan yang sangat menarik. Berbagai hal yang saya lihat ketika berkunjung kesini bulan November yang lalu seharusnya dapat dijadikan bahan tulis yang sangat menarik. Sebagai contoh dari hal-hal yang saya lihat

(1) Keindahan Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta yang artinya “Tempat yang indah dan mulia istana Tuhan Yang Maha Agung” ini sangat indah. Pura ini memiliki banyak kesamaan dengan berbagai pura yang ada di Bali. Dengan berdiri di halamannya saja bak terasa sekejap berada di Bali.

Hal ini sebenarnya tidak mengherankan mengingat tokoh-tokoh agama Hindu di Indonesia termasuk dari Bali turut serta di dalam pembangunannya. Tokoh-tokoh tersebut terlibat dalam menentukan lokasi pura. Mereka juga memberikan kontribusi menentukan tata letak bagian-bagiannya dan pada akhirnya pada saat peresemiannya.

Kalau dari sudut sini tentu akan sangat menarik membuat sebuah tulisan dengan judul “Sekeping Bali di tanah Sunda”

(2) Lokasi Pura

Lokasi Pura Parahyangan Agung Jagatkartta yang berada di kaki gunung Salak, tepatnya di desa Warung Loa, Ciapus Kabupaten Bogor pun seharusnya merupakan sebuah hal lain yang seharusnya menjadi alasan pendorong. Gunung Salak dengan keindahan alamnya, suasana sejuknya dan yang pasti termasuk dalam wilayah Bogor merupakan sumber dari banyak tulisan yang sudah dan akan ada di masa lalu dan masa depan.

Apalagi ketika mengunjungi Pura Parahyangan Agung Jagatkartta ini, saya sendiri merasakan bagaimana suasana disana. Terasa sekali nikmatnya hawa pegunungan gunung “Perak” ini dan sejuknya mata melihat panoramanya. Tentu bila diberi judul “Sebuah Parahyangan di kaki gunung Salak”. O ya Parahyangan Agung Jagatkartta sendiri bisa diartikan sebagai “Tempat yang Indah dan Mulia Istana Tuhan Yang Maha Agung” sehingga dengan memberikan judul seperti itu rasanya akan menarik banyak pembaca.

Pura Parahyangan Agung Jagatkartta
Tangga menuju Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

(3) Mitos yang meliputi Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

Sejak berdirinya pura ini banyak cerita berkembang dari mulut ke mulut yang berkaitan dengan hubungan antara pemilihan lokasi dengan Raja Pakuan Pajajaran.

Hal ini menjadi menarik karena salah satu sisi kebanggaan dari masyarakat Bogor dan Sunda terutama adalah tentang kaitannya dengan kebesaran Kerajaan Pakuan Pajajaran. Kebanggaan ini timbul mengingat, menurut sejarah, Bogor adalah dulunya adalah ibukota dari kerajaan yang berdiri abad 11 sampai 16 tersebut. Walaupun Pakuan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu dan bukan Islam , agama yang banyak dianut masyarakat Sunda di Bogor, tetap saja tidak menyurutkan rasa bangga.

Kaitannya antara lokasi Pura Parahyangan Agung Jagatkartta dan kerajaan Pakuan Pajajaran , menurut cerita tersebut, ada pada diri seoramg raja yang paling terkenal dari kerajaan Hindu di tanah Sunda tersebut. Nama raja tersebut adalah Prabu Siliwangi yang menurut cerita adalah seorang yang sakti mandraguna dan sangat digjaya. Pada masanya dianggap kerajaan Pakuan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya.

Prabu Siliwangi tidak pernah diketemukan makamnya dan menurut berbagai versi memang tidak akan pernah ditemukan. Alasannya karena sang prabu telah ber-Moksa alias pergi ke surga dengan membawa raganya.

Nah disitulah kaitan antara lokasi Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Menurut cerita lokasi dimana pura tersebut berdiri adalah tempat dimana sang prabu menghilang beserta seluruh pasukan tempurnya.

Bisa anda bayangkan sebuah judul yang menarik kalau memakai sudut pandang ini. Bisa banyak sekali pilihan. Kalau saya akan memilih judul “Prabu Siliwangi di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta”. Menurut anda?

Hanya sayangnya, sekali lagi sayang, ada satu sisi dalam diri saya mengatakan sesuatu hal. Hal yang mungkin orang lain menganggapnya sebagai hal sepele, tetapi menurut saya itu adalah hal yang penting. Hal itu terangkum dalam hanya sebuah kalimat “Pura Parahyangan Agung Jagatkartta” adalah sebuah TEMPAT IBADAH“.

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta
Panorama Gunung Salak dari depan Pura Parahyangan Agung Jagatkartta

Apakah hal tersebut penting? Sangat! Sebagai juga salah seorang umat beragama, tentu sangat tidak nyaman ketika melihat tempat ibadah yang biasa kita pakai untuk berfoto ria, kedatangan pengunjung dengan pakaian yang kurang sopan, atau orang yang hanya celingak celinguk sambil ngobrol dan hal-hal yang biasa turis lakukan.

Apapun agamnya coba tanyakan diri kita sendiri apakah kita akan bisa beribadah dengan tenang dengan orang tak dikenal ngobrol , cekikikan dan berselfie. Bisakah kusyuk dengan banyaknya orang yang berlalu lalang hanya untuk melihat-lihat. Saya rasa anda tahu jawabnya.

Itulah alasan saya . Kalau tulisan saya menarik maka biasanya pembaca akan juga ingin tahu seperti apa Pura Parahyangan Jagatkartta itu. Pada akhirnya mereka mungkin akan berdatangan hanya untuk melihat-lihat persis seperti beberapa turis yang datang bersamaan dengan saya. Semakin banyak yang datang tentu akan semakin banyak gangguan bagi yang sedang beribadah di pura ini.

Itu yang saya tidak mau terjadi.

Untuk itulah tulisan ini saya buat. Saya tetap harus menulis sesuatu tentang Pura Parahyangan Agung Jagatkartta (dan tempat ibadah lainnya) karena tanpa menulis tentang tempat-tempat ini akan ada kekosongan besar dalam Bogor versi saya dan web ini. Hal tersebut tidak boleh terjadi. Oleh karena itu saya mengambil sudut pandang yang harus bermula pada pemahaman bahwa Pura Parahyangan Agung Jagatkartta dan berbagai macam tempat ibadah di Bogor (yang akan saya tulis disini) adalah “BUKAN TEMPAT WISATA” .

Untuk itulah akan ada satu kategori dalam website ini khusus untuk tulisan tentang Tempat Ibadah. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca web ini dapat mengambil tindakan yang pantas dan layak ketika mengunjungi tempat-tempat tersebut.

Mari Berbagi

17 thoughts on “Parahyangan Agung Jagatkartta- Bukan Tempat Wisata!”

  1. Diskusi menarik dan mencerahkan goodjob Mas…

    Reply
  2. Pak..apa ada nama dan no ctc pemangku krn kami akan bawa rombongan dai bali utk beribadah.terima kasih

    Reply
    • Kebetulan saya tidak punya. Tetapi kalau memang mau beribadah, tinggal langsung kesana saja. Paling hanya diminta isi buku tamu.

      Reply
  3. Maaf saudara dan saudari Pure Gunung Salak indah luar biasa sangat tepat untuk Pariwisata Rohani.. Trimakasih.

    Reply
  4. Salam kenal mas Anton, sepengatahuan saya tema atau kategori wisata itu kan beragam: ada wisata budaya, wisata alam, wisata bahari, wisata kuliner, wisata religi dan lain-lain.
    Nah, Pura Parahyangan Agung Jagatkartta sebagai “Sekeping Bali di tanah Sunda” adalah salah satu obyek wisata relilgi yang boleh dikunjungi wisatawan tapi dengan mematuhi norma-norma, kearifan lokal dan segala bentuk peraturan yang berlaku di sana. Salam dari Putra Matahari Outbound di Taman Wisata Matahari

    Reply
    • Salam kenal juga kang… pembagian kategori wisata bersifat relatif dan tidak ada patokan pasti. Tidak ada standar tentang itu.

      Saya hanya mengatakan dari sisi pandang saya. Pemahaman saya tentang wisata religi adalah seperti ziarah ke makam para leluhur. Orang Islam berziarah ke mesjid tua dan lain sebagainya.

      Dalam hal ini tetap saja tidak seharusnya merubah sebuah tempat ibadah menjadi ajang wisata. Mesjid, gereja , pura didirikan dengan tujuan utama sebagai tempat ibadah dan bukan wisata. Bagaimanapun pembagian kategori wisata tidak seharusnya merubah sebuah tempat ibadah menjadi arena wisata. Fungsinya sebagai tempat ibadah harus diutamakan.

      Maukah mas melihat mesjid dimasuki orang-orang yang sekedar untuk melihat lihat dan tidak mengikuti adab di mesjid?

      Bukan mengenai pengkategoriannya yang penting. Tetapi, kesadaran kalau sebuah tempat ibadah adalah untuk beribadah bukan untuk berwisata. Itu harus dipahami semua orang. Tidak berarti karena ada pengkategorian soal wisata menafikan tujuan utama dari didirikannya sebuah mesjid, gereja atau pura.

      Reply
      • Saya sudah pernah ke pura ini, memang indah, sangat betul baiknya yang kesini tetap sopan santun berpakaian selayakbya ibadah. Tidak cekikian dan bersuara keras. Mengunjungi pura ini sebagai pengetahuan booeh saja. Konitasi Wisata religi, ditanamkan sebagai wisata yang sopan dan sesuai kaidah agama menghargai dna toleransi

        Seperti di mesjid sultan di kampung glam singapore, dr jam 09-11 dibuka untuk umum, para turis bisa melihat2 mesjid dengan berpakaian rapi dan sopan. Apabila bercelana pendek ada kain yang bisa di pinjam di pintu masuk

        Reply
        • Yap… mau tidak mau boleh tidak boleh sudah menjadi kebiasaan berlabel wisata religi. Hanya memang tetap saja pengunjung harus tahu diri karena sejatinya itu tempat ibadah

          Reply
  5. mohon info, masuk ke Pura Parahyangan Agung Jagatkartta atdan pura pura lain nya, apa ada pembayran tiket masuk ke pura nya?

    terima kasih .
    mohon di jawab 🙂

    dewi

    Reply
    • Kalau tidak dijawab gimana Dew? 😀 😀

      Insya Allah, tanpa diminta pun kalau memang sedang ada waktu, semua pertanyaan akan dijawab secepatnya. Hanya terkadang karena ada banyak hal yang harus diurus agak terlambat.

      Pura Parahyangan ada tempat ibadah jadi mereka tidak mengenakan biaya kalau mau masuk.

      Pengunjung hanya diminta mencatatkan diri ke buku tamu dan kemudian meminta izin pada pemangku disana. Pakaian harus sopan dan kemungkinan besar akan diminta untuk memakai kain khusus untuk menghormati.

      Reply
  6. Permisi, saya ingin memberikan pendapat saya di web ini, saya mohon maaf jika terdapat kata-kata saya yang kurang sopan atau bersifat menghakimi.
    Sebelumnya, perkenankan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya Krismansyah, saya seorang mahasiswa Universitas Bina Nusantara di Jakarta, jurusan komputerisasi akuntansi, saat ini saya sedang berada di Bali.
    Menurut saya, tidak menjadi masalah jika pura Parahyangan yang berada di kaki gunung Salak menjadi tujuan wisata, karena baru kemarin siang saya pergi mengunjungi pura Besakih yang berada di kaki gunung Agung (saya bukan beragama Hindu, melainkan beragama Katolik), dan saya beserta 2 orang teman saya diperkenankan oleh pemandu pura untuk mengunjungi bagian dalam pura Besakih (seingat saya, dengan membeli tiket), bahkan pada saat itu sedang akan diadakan upacara adat. Kami berjalan mengelilingi bagian dalam pura, bahkan sampai memasuki bagian utama pura. Selain itu, saya dan seorang teman saya menyempatkan diri untuk berfoto-foto di dalam pura tersebut, dan hal tersebut tidak menjadi masalah bagi pemandu pura (asalkan tidak mengganggu mereka yang ingin mengikuti upacara adat yang saya katakan). Di pura tersebut, saya merupakan turis lokal, karena saya berasal dari Jakarta. Selain turis lokal, banyak pula turis-turis mancanegara yang melakukan hal-hal seperti yang dilakukan oleh saya dan kedua teman saya, entah mereka dari Spanyol, Perancis, Tiongkok, dan sebagainya. Hal tersebut juga tidak dipermasalahkan oleh para pemandu yang memandu mereka, asalkan tidak mengganggu jalannya ibadah.
    Jadi, menurut saya, bukan suatu masalah jika suatu pura menjadi tempat wisata, bukan hanya tempat ibadah, karena pura Besakih memperbolehkan pengunjung/turis baik turis lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi pura tersebut.
    Demikian pendapat dari saya mengenai pura Parahyangan Agung Jagatkartta Bogor. Sekali lagi, jika terdapat kata-kata saya yang bersifat menghakimi, menyalahkan atau tidak sopan, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

    Reply
    • Wah silakan mas.. Saya justru menghargai perbedaan pendapat. Tidak masalah kalau mas berpendapat demikian.

      Kalau saya tetap berpendapat sebuah Pura adalah tempat ibadah yang harus dihormati. Coba saja kalau mesjid dipakai buat foto-foto sementara sedang ada ibadah. Tidak kah umat Islam akan marah?

      Pada kenyataannya, memang susah memisahkan dan menjauhkan para turis ketika melihat sesuatu yang menarik. Saya pun menyadari hal tersebut.

      Tetapi, siapapun yang berkunjung kesana, tetap harus bersikap bahwa mereka adalah tamu dan bukan turis. Turis biasa seenak udelnya bersikap di tempat ibadah, foto-foto pada saat sedang ada acara ibadah. Hal tersebut tidak seharusnya dilakukan.

      Saya bicara di semua tempat ya.

      Saya sendiri berkali-kali mengunjungi tempat bersejarah di luar negeri, seperti Jerman, Inggris dan beberapa tempat lain. Nah disana pun memang tempat ibadah terbuka untuk kunjungan dari wisatawan, tetapi tetap ada panduan tentang kesopanan dan tata caranya.

      Apa yang dilakukan para turis dianggap biasa? Tetapi tidak selalu benar.

      Itu pendapat saya mas. Silakan datang dan berkunjung sebagai tamu dan bukan sebagai turis.

      Reply
  7. minta referensinya dong om, klo mau wisata ke bogor memakai comuter line dan angkutan umum dari stasiun bogor.
    1. Wisata kemana saja yang tidak terlalu jauh dengan stasiun dan gampang untuk naik angkotnya ?
    2. Rencana ingin traveling ke Bogor dalam 1 hari saja dan memakai CL, apa saja yang harus di perhatikan ?
    3. Jurusan angkot dari stasiun itu kemana saja ?

    Reply
    • Ariefin kalau pake CL berarti

      1. Kebun Raya
      2, Museum Zoologi Bogor (di dalam Kebun Raya, jangan terlewat. Gratis masuknya)
      3. Museum Etnobtani Bogor, dekat pintu keluar no 2 Kebun Raya (di Jalan Juanda)
      4. Taman Kencana – Pusat Kuliner (area pemukiman Belanda untuk lihat berbagai bangunan kuno di masa lalu)
      5. Jalan Suryakencana – (wisata kuliner juga)
      6. Jalan kaki di Jalan Juanda/Sudirman sekaligus ke Taman Air Mancur
      7. Taman Perlintasan Bogor (dekat Pintu Keluar III Kebun Raya Bogor)

      Ada kategori Wisata dan Kuliner di Blog ini, silakan pilih yang mana yang kira-kira cocok buat Ariefin. Sudah cukup banyak tempat beserta cara menuju kesana dalam berbagai tulisan. Pilih yang dekat stasiun Bogor dan Kebun Raya.

      Kalau ke Curug, hanya bisa satu tujuan.

      Ada petunjuk cara menuju ke tempat-tempat wisata dalam setiap tulisan, jadi silakan ikuti. Kebun Raya sendiri luas sekali dan banyak bagian yang bahkan tidak cukup sehari buat mengelilinginya. Silakan lihat di menu Kebun raya untuk melihat apa-apa saja yang bisa dilihat

      Kalau naik CL, kalau sudah bayar karcis, tinggal naik dan berhenti di Stasiun Bogor. Jangan lupa bawa payung ya.. Kalau bisa berangkat pagi karena Bogor sering hujan di sore hari. Jadi kalau terlalu siang, waktu jalan-jalannya sangat pendek.

      Reply
      • MAS ANTO untuk rekomendasi pariwisata tentang sejarah di bogor dimana aja? ya selain taman kencana

        saya sebagai warga cileungsi- bogor pun ingin mengetahui tentang bogor sepenuh nya
        saya tau bogor itu kota 1000 bukit tp saya merasa kurang puas dengan sebutan itu?pasti banyak yg di masih sembunyikan bogor yg blum orang tau
        maaf sebelum nya..

        thk

        Reply
        • Banyak sekali Kang sebenarnya. Banyak bangunan Kuno, tetapi kalau mau tahu sejarah Bogor, pertama intinya di Kebun Raya Bogor dulu kang.. disini ada banyak bangunan bersejarah yang tidak disadari oleh warga Bogor.

          Kemudian seperti Museum PETA, AIR MANCUR, Muesum EtnoBotani, Muesum Perjuangan, Prasasti Batu Tulis, Makam Raden Saleh, dan masih banyak lagi.. silakan pakai Search di web ini atau cari di kategori sejarah di menu karena saya sudah menulis sebagian dan masih mencoba mencari yang lain.

          Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.