Kalau tidak karena Kawasan Tanpa Kendaraan Bermotor Bogor yang pindah ke jalan Sudirman, mungkin sulit mendapat kesempatan untuk melihat salah satu bangunan cagar budaya di Kota Bogor. Kedua tempat itu adalah Pusdikzi serta pasangannya Monumen Dan Museum.
Bukan karena malas tetapi karena kedua tempat ini adalah wilayahnya bapak Tentara, rasanya agak sungkan untuk memasukinya.
Nah, kesempatan itu datang beberapa waktu yang lalu dan saya sempat mengabadikannya dalam beberapa foto di bawah ini.
Pusdikzi (Pusat Pendidikan Zeni)
Gedung GPH Djatikoesoemo
Namanya tentu sedikit asing bagi warga Bogor saat ini. Mungkin akan ada yang heran mengapa namanya disematkan pada salah satu bangunan di dalam Pusdikzi.
Nah, GPH Djatikoesoemo itu adalah nama Kepala Staf TNI yang pertama. Ia menjabat posisi tersebut sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga 1949.
Ia dikenal sebagai anak bangsawan yang menjadi tentara. Sesuatu yang tidak lazim pada jamannya. Beliau adalah putra dari Sultan Solo, Pakubuwono X. GPH di depan namanya adalah singkatan dari Gusti Pangeran Hardjo yang merupakan gelar kebangsawanan.
Ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Singapura. Sangat wajar namanya disematkan ada salah satu bangunan milik TNI Angkatan Darat ini.
Bangunan ini masih menyisakan sisa-sisa arsitektur zaman Belanda di masa lalu. Kalau menurut informasi usianya sudah ratusan tahun. Meskipun tentu saja sudah mengalami beberapa penguatan atau renovasi beberapa bagiannya masih kental dengan gaya arsitektur masa kolonial Belanda.
Monumen Buldozer
Namanya juga pasukan Zeni. Bisa dikata ini divisi insinyurnya Angkatan Darat. Mereka bertugas menunjang pergerakan pasukan dengan menyediakan logistik dan juga membangun berbagai hal.
Jadi tidak akan heran ada monumen buldozer di dalam lingkungan Pusdikzi
Ada juga lapangan sepakbola. Dulu sebelum dipagar sering dipakai oleh umum, tetapi sekarang sudah berada dalam lingkungan tertutup, jadi hanya dipergunakan untuk penghuni Pusdikzi.
Monumen Dan Museum
Warga Bogor mengenalnya dengan Museum PETA (Pembela Tanah Air).
Bagian dalamnya memang berisi berbagai bangunan, seperti kantor dan museum juga ada ruang pertemuan yang sering dipakai sebagai tempat resepsi perkawinan juga.
Pemandangan disana masih menyisakan aroma masa lalu juga. Yang menyenangkan ternyata bisa melihat para tentara latihan dengan suara mereka yang serempak. Masih ditambah dengan pemandangan Gunung Salak.
Tank dan Panser AMX 13
Di bagian depan, halaman ada dua monumen terbuat dari Tank dan Panser AMX 13. Buatan Perancis. Sebenarnya kalau menurut data sebagian tank jenis ini masih dioperasikan oleh TNI Angkatan Darat.
Meriam Gunung / Howitzer 105 MM
Patung dan Relief
Kalau kita hendak masuk ke dalam, di bagian muka akan disambut oleh dua patung, yaitu Soeprijadi, sang Komandan PETA dalam pemberontakan di Blitar. Beliau hingga kini jasadnya belum ditemukan. Juga ada patung Jend Sudirman.
Kemudian di sepanjang jalan masuk ada relief tentang sejarah perjuangan tentara Indonesia di masa lalu.
Menarik juga ternyata memasuki kawasan tentara. Ternyata para penjaganya juga ramah dan murah senyum. Mungkin hanya karena tugas lah mereka harus terkesan menjaga wibawa.
Ada bagusnya juga, Kawasan Tanpa Kendaraan Bermotor alias Car Free Day dipindah ke jalan Sudirman. Masyarakat Bogor jadi bisa mengenal cagar budaya nya sendiri.
Kalau Anda sempat untuk berhari minggu di Bogor, ada baiknya sempatkan menghadiri Car Free Day. Masyarakat umum pada saat itu akan diperkenankan untuk memasuki kedua tempat cagar budaya ini.