Rebo Nyunda – Usaha Melestarikan Budaya Sunda

Rebo Nyunda adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Jawa Barat sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai kehidupan dan budaya di wilayahnya.

Gerakan ini berasal dari kekhawatiran banyak pihak terhadap semakin tergerusnya nilai-nilai kehidupan dan budaya asli Indonesia oleh pengaruh dari luar. Perkembangan kehidupan dalam masyarakat Indonesia menunjukkan pengaruh budaya asing semakin lama semakin menggeser nilai-nilai tradisional.

Rebo Nyunda - Usaha Melestarikan Budaya Sunda
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kotamadya Bogor dengan pakaian ala Sunda

Untuk mencegah semakin terkikisnya nilai-nilai tersebut, beberapa pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan untuk menahan gempuran tersebut. Di Solo setiap hari Kamis, Pegawai Negeri Sipil di kota tersebut diwajibkan memakai kebaya dan beskap. Gunung Kidul pun menerapkan hal serupa.

Di Jawa Barat, gerakan tersebut dimulai di Bandung. Pada setiap hari Rabu, Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat diwajibkan memakai pakaian tradisional ala Sunda setiap hari Rabu.

Dari sinilah istilah Rebo Nyunda berasal. Bila diterjemahkan artinya Ala Sunda setiap Rabu.

Gerakan Rebo Nyunda kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat. Setelah Bandung, Garut kemudian mengikuti langkah dari ibukota Jawa Barat tersebut.

Gerakan Rebo Nyunda di Kota Bogor

Menyusul Bandung dan Garut, di bulan Nopember 2014 yang lalu Pemerintah Kotamadya Bogor mengeluarkan kebijakan serupa. Rebo Nyunda secara resmi diterapkan bagi semua yang berada di lingkungan Pemda Kotamadya Bogor.

Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) kota Bogor diwajibkan memakai atribut ke-Sunda-an di setiap hari Rabu. Juga mereka dianjurkan untuk memakai bahasa Sunda dalam beraktifitas dan melayani masyarakat.

Atribut yang biasa dikenakan oleh para PNS laki-laki biasanya terdiri dari celana hitam dan baju hitam yang dikenal sebagai Baju Kampret. Panjang celananya biasanya agak “ngatung” alias tidak sampai ke mata kaki. Bajunya pun mirip dengan beskap (tetapi ala Jawa Barat).

Secara keseluruhan baju kampret mirip dengan pakaian ala pencak silat walaupun lebih resmi

Sebagai pelengkap mereka menggunakan ikat kepala yang juga terdiri dari berbagai macam. Ada yang mirip blangkon tanpa “bendol” di belakangnya. Ada juga yang benar-benar berupa ikat kepala seperti para pendekar silat di masa lalu. Bedanya ikat kepala ini bercorak batik.

Alas kakinya un menyesuaikan dan bukan berupa sepatu.

Untuk PNS wanita , mereka diwajibkan memakai kebaya Sunda dan kain bercorak batik.

Selain dalam lingkungan kantor pemerintahan, Rebo Nyunda juga dianjurkan kepada beberapa sekolah di kota Bogor. Beberapa sekolah dasar sudah melaksanakan kegiatan ini dalam lingkungan sekolahnya.

——–

Sebuah usaha yang menarik dari sebuah masyarakat yang mencoba mempertahankan nilai-nilai tradisional warisan leluhur dalam menghadapi gempuran tak henti dari budaya modern dewasa ini. Tentu saja patut diacungi jempol

Bila dikembangkan lebih lanjut Rebo Nyunda bisa dijadikan sebuah atraksi menarik bagi para pengunjung. Hal ini mengingat keunikan dalam berpakaian dan kemudian kejadian-kejadian lucu selama pelaksanaan.

Tentu akan menimbulkan banyak hal lucu terutama untuk kaum wanita. Pakaian kebaya bukanlah sebuah pakaian yang praktis untuk dikenakan dan juga untuk memakai transportasi umum.

Bagi anda yang ingin merasakan suasana Sunda , ada baiknya menjadwalkan kunjungan ke Kota Bogor bukan di hari Minggu tetapi di hari Rabu. Selain tidak semacet di akhir pekan juga bisa merasakan suasana Rebo Nyunda.

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.