Stasiun Bogor adalah stasiun yang merupakan stasiun awal pemberangkatan serta perhentian terakhir dari kereta Commuter Line yang dioperasikan oleh PT KCJ (Kereta Commuter Jabodetabek). Ratusan ribu orang setiap harinya memanfaatkan stasiun ini untuk menuju ke berbagai tujuan.
Selain Commuter Line, stasiun ini juga melayani keberangkatan dan ketibaan dari Kereta Pangrango yang menghubungkan Bogor dengan Sukabumi.
Tidak banyak yang menyadari bahwa tempat yang akrab dalam kehidupan mereka itu merupakan salah satu bangunan bersejarah di kota Bogor.
Sejarah berdirinya Stasiun Bogor
Staatsspoorwegen (SS-Perusahaan Kereta Api Negara Belanda) membangun jalur yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor) di tahun 1872. Tujuannya untuk memudahkan perjalanan bagi warga negara mereka yang hendak menikmati liburan di Kota “Tanpa Kecemasan” (arti kata Buitenzorg).
Sebelumnya perjalanan dari Batavia menuju Buitenzorg dilakukan dengan memakai kereta kuda. Hal yang kurang begitu nyaman dan juga memakan waktu cukup lama.
Perhentian akhir dari jalur tersebut adalah tempat dimana stasiun Bogor berdiri. Awalnya hanya merupakan perhentian saja tetapi kemudian di tahun 1881 bangunan stasiun didirikan. Oleh karena itulah sampai sekarang tahun tersebut dianggap sebagai tahun resmi berdirinya si stasiun Bogor. Tahun berdirinya tertera di bangunan lama stasiun.
Bangunan aslinya menghadap ke Timur. Gaya bangunan khas Eropa abad tersebut terlihat jelas pada bentuk bangunannya. Di depan jalan didirikan sebuah jalan yang dulu di kenal sebagai Station Weg (Jalan Stasiun) yang sekarang dikenal sebagai jalan Nyi Raja Permas. Di depan stasiun juga didirikan sebuah taman bernama Wilhelmina Park (Taman Wilhelmina) yaitu nama Ratu Belanda masa tersebut.
Stasiun ini pada masa penjajahan selain dimanfaatkan untuk angkutan penumpang, juga banyak dipergunakan untuk mengangkut berbagai kebutuhan untuk Batavia.
Stasiun Bogor masa kini
PT KCJ yang merupakan anak perusahaan PT KAI (Kereta Api Indonesia) sejak 3-4 tahun lalu getol melakukan pembenahan terhadap sarana dan prasaran perkereta apian. Hal yang termasuk melakukan penataan ulang dari berbagai stasiun yang ada di lingkungan kerjanya,
Pembenahan pun terjadi di stasiun Bogor. Dari mulai penggunaan sistem tiket elektronik sampai dengan pemindahan pintu keluar masuk stasiun.
Alhasil dari pembenahan ini, bisa dikata bangunan lama stasiun tidak lagi dipergunakan sebagai gerbang keluar masuk penumpang. Pintu yang sebelumnya menghadap ke jalan Nyi Raja Permas ditutup dan diberi pagar. Hanya terdapat sedikit lahan parkir untuk pegawai stasiun.
Pintu utama dipindahkan menghadap ke jalan Mayor Oking. Gerbang keluar masukpun sudah 100% menerapkan sistem e-ticketing pengganti karcis. Loket-loket karcis terdapat di dekat gerbang masuk ini. Pintu ini menjadi pintu tunggal bagi keluar masuknya penumpang dan tidak lagi ada 3 pintu seperti sebelumnya.
Pembenahan lahan parkir yang mendukung konsep Park & Ride pun terus dikembangkan. Bila sebelumnya terdapat banyak tempat parkir motor tak resmi yang berdempetan, sekarang tersedia lahan parkir yang cukup luas untuk sepeda motor dan mobil.
Untuk parkir disinipun tidak lagi memakai uang tunai sebagai pembayaran. Sama seperti stasiun Cilebut, ongkos parkir akan dipotong dari saldo di Kartu Multi Trip , Flazz, BNI Tap Cash , Brizzi.
Di depan jalur keluar penumpang terdapat jalur-jalur yang disediakan untuk angkot menunggu penumpang. Penumpang dimudahkan untuk mendapatkan sarana transportasi lanjutan ke berbagai tempat di Bogor.
Bagian dalam stasiun Bogor pun mengalami perubahan yang sangat besar. Selasar menuju peron tersedia bagi penumpang. Sebuah taman untuk pemisah antara selasar memperindah dan memberi suasana asri pada stasiun. Beberapa bangku untuk tempat menunggu penumpang pun tersedia.
Tidak ditemukan lagi keberadaan pedagang kaki lima berkeliaran seperti di masa lalu. Untuk keperluan penumpang di bagian dalam bangunan lama tersedia mini market , gerai Starbucks Coffee dan beberapa gerai penyedia makanan dan minuman lainnya.
Hingga tanggal 19 Februari 2015 yang lalu, ketika saya berkunjung kesana, dua bagian bangunan lama yang dulunya musholla dan toilet sudah tidak ada lagi.
Dalam hal keamanan dan ketertiban, sama di semua stasiun dalam lingkungan PT KCJ, anggota-anggota pengamanan terlihat mondar mandir. Pengumuman yang menginfromasikan kedatangan dan keberangkatan tidak henti terdengar melalui pengeras suara.
——-
Sudah cukup lama sejak saya tidak lagi menggunakan stasiun Bogor sebagai tempat pulang pergi ke tempat kerja di Jakarta. Saya lebih memilih stasiun Cilebut karena jaraknya lebih dekat.
Perubahan yang terjadi di stasiun Bogor memberikan angin segar , bukan hanya bagi saya, tapi juga bagi puluhan ribu orang yang memanfaatkan tempat ini. Sebuah aroma perbaikan terhadap pelayanan transportasi publik yang sudah diidamkan banyak orang ini mulai terlihat di stasiun Bogor dan juga stasiun lainnya.
Di luar itu juga terlihat pengelola perkereta apian tetap menyadari nilai historis dari bangunan stasiun lama. Tidak terlihat bagian lama stasiun dirubah atau dihancurkan. Bagian-bagian yang dirubah merupakan tambahan yang baru dan memang dulunya kurang memperlihatkan segi estetika.
Justru dengan pembenahan ini bagian-bagian yang sebelumnya terasa membuat tidak nyaman, tergantikan sesuatu yang lebih baik. Terlihat pula bahwa pembenahan dan pengembangan stasiun ini masih berjalan. Bagian-bagian yang dirobohkan sepertinya akan segera digantikan dengan sesuatu yang lebih baru dan baik.
Bisa dikata stasiun Bogor saat ini dengan segala perubahan menjadi sebuah stasiun tua dengan dandanan ala modern. Dan sepertinya.. stasiun ini masih akan terus berdandan.
——-
Cara menuju stasiun Bogor
– Dari arah warung jambu
Bisa memakai angkot no 07 Merah yang akan berhenti di halte sekitar stasiun (jalan Kapten Muslihat) . Kalau anda memakai angkot no 08 Biru, bisa berhenti di Air Mancur untuk ganti angkot dengan angkot no 07 Merah.
Bisa juga anda yang memakai angkot no 08 Biru berhenti di Pasar Anyar dan dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui jalan Nyi Raja Permas atau Dewi Sartika. Jarak hanya 300 Meter saja dari titik berhenti angkot
– Dari terminal Baranangsiang
Memakai angkot no 03 Merah yang biasa ada di belakang terminal. Berhenti di halte-halte yang dekat dengan stasiun sama seperti bila anda naik angkot no 07 Merah
– Dari terminal Merdeka
Memakai angkot no 02, 03, 12 Merah dan berhenti tepat di depan pintu stasiun. Anda bisa juga berjalan kaki menyusuri jalan Merdeka-jalan Kapten Muslihat. Jarak antara terminal dan stasiun tidak terlalu jauh hanya sekitar 500 Meter saja