Vihara Dhanagun – Simbol Keberadaan

Vihara Dhanagun - Simbol Keberadaan

Vihara Dhanagun nerupakan sebuah cagar budaya yang ada di kota Bogor. Nama lengkap dari vihara (atau klenteng menurut sebagian warga Bogor) adalah Vihara Mahacetya Dhanagun. Sering pula disebut dengan Vihara/Klenteng Hok Tek Bio yang berarti “Tempat Kebijakan Dewa” (Hok = Dewa, Tek = Kebijakan, Bio = Tempat). Yang manapun yang dipakai semua nama tersebut merujuk pada vihara ini.

Vihara Mahacetya Dhanagun merupakan sebuah tempat ibadah yang sampai hari ini masih aktif bagi 3 agama atau aliran kepercayaan (istilah manapun yang pembaca mau pakai). Para penganut Tao, Konghucu (Konfusianis) dan Budha menggunakan tempat ini untuk melakukan ritual mereka.

Keberadaan Vihara Dhanagun ini sebenarnya sudah sangat lama di Bogor. Hanya karena kebijakan represif dari pemerintahan orde baru membuat namanya jarang terdengar sebelum tahun 1998. Ironisnya kalau saja ada mesin waktu maka mungkin kita akan menemukan bahwa vihara inipun sebenarnya merupakan hasil dari sebuah tindakan represif pula.

Gerbang Vihara Dhanagun
Gerbang Vihara Macetya Dhanagun Bogor

Mengapa demikian? Bagaimana kalau kita tengok ke belakang sedikit

Sejarah Vihara Dhanagun

Banyak tulisan dari berbagai rekan blogger mengatakan bahwa  Vihara Dhanagun dibangun tahun 1672 yang artinya sudah berusia sekitar 330 tahun. Hanya saja hal tersebut kurang sesuai dengan beberapa literatur lainnya mengenai sejarah keberadaan dan perkembangan diaspora etnis Cina (atau Tionghoa sekarang) di Indonesia.

Perbedaan ini mungkin karena pada tahun tersebut belum terdapat literatur pendukung mengenai pemukiman etnis Cina di Bogor sebelum tahun 1740. Pemukiman etnis Tionghoa di Bogor kemungkinan baru ada ketika pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan represif kepada etnis Tionghoa di Batavia (Jakarta). Tindakan ini mengakibatkan kurang lebih korban 10,000 jiwa dari etnis Tionghoa pada tahun 1739-1740-an.

Sikap represif pemerintah Hindia Belanda ini mengakibatkan eksodus warga etnis Cina dari Jakarta ke berbagai daerah seperti Tangerang dan tentunya Bogor.

Vihara Dhanagun Bogor
Tampak muka Vihara Mahacetya Dhanagun

Di Bogor sendiri, karena secara keseluruhan pemerintah kolonial memberlakukan aturan pemisahan yang melarang bercampurnya etnis Tionghoa dan pribumi, maka terjadi pengkotakan berdasarkan ras saat itu. Etnis Cina yang eksodus ke kota hujan ini dilokalisir di sekitar jalan Suryakencana. Hal inilah yang membuat kawasan sekitar jalan ini sampai sekarang merupakan daerah Pecinan di kota Bogor.

Nah kalau merujuk pada sejarah ini maka pemukiman etnis Cina di Bogor sendiri baru berkembang setelah penindasan di Batavia. Oleh karena itu, bila dikaitkan dengan keberadaan Vihara Dhanagun, kemungkinan besar vihara ini baru ada setelah tahun 1740 atau kira-kira 70 tahun lebih muda.

Berdasarkan dari teori inilah, saya mengatakan bahwa Vihara Dhanagun adalah hasil dari sebuah tindakan represif terhadap etnis Cina,

Tentu saja hal tersebut tidaklah terlalu penting untuk dipermasalahkan kecuali anda ahli sejarah yang ingin membuat teori baru. Toh tetap saja walau lebih muda 70 tahun, Vihara Dhanagun tetap sudah sangat tua . Vihara ini kalaupun teori tersebut benar adanya sudah berumur 260 tahun.

Vihara Dhanagun di masa Orde Baru

Hanya saja bagi warga Bogor atau bahkan Indonesia, Vihara Dhanagun sempat menghilang selama kurang lebih 32 tahun. Pada masa pemerintahan orde baru, keluar sebuah kebijakan , lagi-lagi bersifat represif dan diskriminatif terhadap etnis Cina/Tionghoa. Akibat pemberontakan Partai Komunis Indonesia, pemerintah Orde Baru memutuskan hubungan dengan berbagai negara dari Blok Timur yang beraliran komunis. Satu diantara negara tersebut adalah Republik Rakyat Cina.

Efek samping dari kebijakan ini adalah diaspora etnis Cina yang ada di Indonesia terkena imbasnya. Berbagai macam cara dilakukan untuk menekan etnis Cina di Indonesia . Penekanan itu disegala sisi termasuk diantaranya adalah pelarangan untuk melakukan berbagai kegiatan budaya dan kepercayaan secara terang terangan. Hal ini mengakibatkan berbagai kegiatan di Vihara Dhanagun di masa itu juga lebih banyak dilakukan dibalik tembok bisu.

Vihara Dhanagun pun “tenggelam” untuk masa yang cukup lama, yaitu 32 tahun sepanjang berkuasanya pemerintahan Orde Baru.

Vihara Dhanagun di masa Orde Reformasi

Vihara Dhanagun Bogor
Ukiran dinding legenda Sun Go Kong di tembok kiri Vihara Dhanagun Bogor

Barulah setelah tumbangnya rezim Orde Baru, situasi membaik bagi kehidupan Warga Negara Indonesia dari etnis Cina. Pemerintahan di bawah kendali Gus Dur alias Abdurahman Wahid yang terkenal sangat moderat mengeluarkan kebijakan yang membatalkan peraturan diskriminatif Orde Baru. Hal ini menunjukkan sebuah pengakuan kesetaraan etnis Cina dengan warga negara Indonesia dari berbagai etnis lainnya.

Sejak itu Vihara Dhanagun pun menggeliat kembali. Berbagai hal yang selama ini terpendam kembali ditampilkan kemuka umum. Bukan hanya soal peribadatannya tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan, kesenian dan kebudayaan. Sebagai contoh atraksi Barongsay setiap Imlek yang jarang sekali terdengar, di bawah Orde Reformasi kembali ditampilkan ke khalayak umum di Bogor dan berlangsung hingga saat ini.

Penutup

Bila anda berkunjung ke Bogor, sempatkanlah untuk melihat tempat ini. Nuansa kebudayan etnis Tionghoa sangat kental terasa. Anda akan disambut sebuah gerbang berwarna merah dengan huruf Cina terpampang di atasnya.

Beberapa langkah dari gerbang tersebut anda akan disambut dengan pemandangan memukau dari ukiran dinding yang terdapat di kedua sisi luar Vihara Dhanagun. Tema di dinding sebelah kiri (dalam posisi kita menghadap dinding) menggambarkan legenda Sun Go Kong (pasti tahu kan). Di ukiran ini terlihat sang Raja Kera sedang beriringan dengan Sang Mahaguru Tong, si tokoh bermuka babi Pat Kai dan tokoh saudaranya si Wu-Ching sedang berjalan bersama. Di sisi lainnya terpampang legenda dari dinasti Tang di Cina yaitu legenda 8 Dewa.

Warna-warnanya cerah dan menyala. Terus terang saya akan bilang itu sebuah relif yang indah.

Selain itu kalau sudah selesai mengagumi ukiran dinding, bisa anda alihkan pada dua patung singa yang seperti sedang menjaga pintu vihara. Beberapa langkah dari situ terdapat pintu dengan lukisan Dewa Penjaga dan akan terlihat pula tiang yang sedang dililit Naga (tentu ukiran juga). Kesemuanya mengingatkan saya akan film-film silat Hongkong yang menjadi kegemaran saya dulu.

Vihara Dhanagun Bogor
Ukiran dinding legenda 8 dewa di Vihara Dhanagun Bogor

Tentu saja ketika anda berkunjung kesini anda harus menyadari bahwa Vihara Dhanagun adalah sebuah tempat ibadah yang masih aktif. Oleh karena itu saya percaya anda tahu bagaimana bersikap dalam sebuah tempat ibadah (walaupun dari agama yang berbeda dengan anda)

Vihara Dhanagun memang penuh keunikan khas dari kebudayaan Cina. Saya pikir sangat tepat pemerintah Bogor menjadikan vihara (atau klenteng) ini sebagai sebuah cagar budaya. Terdapat terlalu banyak alasan untuk menjaga kelestariannya tetapi ada satu alasan yang menurut saya paling penting untuk melakukan itu.

The Trail Of Teh Dragon Bogor
The Gate of Mahacetya Dhanagun – Hok Tek Bio Temple

Lebih dari semua itu Vihara Dhanagun adalah sebuah simbol, simbol pengakuan atas keberadaan dan kesetaraan etnis Cina sebagai warga negara yang sama kedudukannya dengan etnis-etnis lain di Bogor dan negara Indonesia. Sesuatu yang tidak boleh dilupakan dan diperdebatkan.

Mari Berbagi

6 thoughts on “Vihara Dhanagun – Simbol Keberadaan”

  1. Jadi sebetulnya ini bangunan Vihara utk umat Buddha ya pak. Apakah memang sejak awal digunakan juga untuk klenteng atau setelah peristiwa Geger Pecinan Batavia, Vihara ini digunakan untuk klenteng ?

    Reply
    • Sejak awal dipergunakan bukan khusus untuk agama Budha. Ada tiga kepercayaan yang mempergunakan klenteng/vihara ini, Budha, Tao dan Konghucu. Dibangunnya sejak geger Pecinan Batavia dan bukan sekedar perubahan fungsi.

      Reply
  2. Ini dimana lokasinya?
    sedikit masukan, penulisan tanda baca titik di akhir kalimat, atau koma mohon jangan di-spasi dengan kalimat sebelunya. Jadinya aneh pas bacanya, hehe. Punten…

    Reply
    • Lokasi di sebelah Pasar Bogor depan Kebun Raya.

      Soal tanda baca, masukan dicatat, tapi selama ini baru mas yang komplen.. hehehehe.. Jadi, saya pikir seharusnya tidak masalah mengingat tulisan ini sudah dibaca ribuan kali. Lagipula, itu bukan disengaja karena itu hasil penggunaan menu “justify” dan bukan disengaja.

      Reply
  3. aku juga suka lihat kelenteng, banyak filosofi tergambarkan di sana

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.