Bila anda sedang menuju ke Kebun Raya Bogor dari Terminal Baranangsiang, hampir pasti anda akan menengok sebentar ke arah kanan anda. Sebuah bangunan lebar berwarna coklat akan menarik perhatian anda. Bangunan tersebut adalah Kampus IPB Baranangsiang.
Bangunan ini menempati area yang cukup luas. Diperkirakan luasnya mencapai 150 X 100 Meter. Sebagian ditempati bangunan kampus dan sisanya berupa halaman rumput. Bangunan tersebut sendiri selain cukup lebar juga memanjang ke belakang.
Kompleks Kampus IPB Baranangsiang sendiri terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan utamanya yang terlihat dari sisi Kebun Raya Bogor sedang bangunan lainnya terdapat di bagian belakang.
Sebenarnya kompleks ini lebih luas lagi karena dulu terdapat Asrama Putri di sebelah Utara. Sayangnya, sejak tahun 2006 lokasi tersebut sudah digusur menjadi Botani Square (shopping mall).
Sejarah Kampus IPB Baranangsiang
Pernahkah disadari bahwa Kampus ini berusia lebih tua dari Institut Pertanian Bogor sendiri ? Bangunan ini berdiri tahun 1952 sedangkan Institut Pertanian Bogor baru ditetapkan pada tahun 1963. Jadi Kampus IPB Baranangsiang berusia 11 tahun lebih tua dari institusi yang menggunakannya.
Itu secara resminya saja. Sejak awal pendiriannya memang bangunan ini ditujukan untuk ditempati para penggali ilmu pertanian.
Institut Pertanian Bogor (IPB) memang secara resmi baru berdiri ketika dipisahkan pengelolaannya dari Universitas Indonesia. Dulu sebelum surat keputusannya keluar di tahun 1963, IPB merupakan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia.
Bangunan kampus IPB Baranangsiang sendiri memang dirancang untuk sebuah institut pertanian. Bogor bahkan sejak masa pendudukan Belanda sudah dipertimbangkan sebagai tempat yang cocok untuk pengembangan tehnik pertanian.
Di tahun 1952, Pemerintahan Republik Indonesia Serikat di bawah komando Presden Pertama RI, yaitu Insinyur Soekarno, memutuskan untuk mendirikan sebuah kampus untuk Fakultas Pertanian UI.
Dalam prosesnya diadakan sayembara pembuatan rancangan bangunan. Ternyata yang dipilih adalah rancangan seorang arsitek otodidak yang juga perancang Mesjid Raya Bogor, yaitu F. Silaban.
Hasil karyanya berupa bangunan bergaya Indies inilah seperti yang terlihat saat ini.
Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Soekarno pada 27 April 1952. Pada momen ini ia memberikan pidato yang mencerminkan tujuan dari IPB itu sendiri. Pidatonya tersebut berjudul “Soal Hidup atau Mati”.
Pada intinya pidato tersebut menekankan pentingnya arti pertanian bagi bangsa Indonesia. Ketahanan negara Indonesia akan bergantung pada kemampuan bangsa ini memproduksi makanannya sendiri. Sesuatu yang mencerminkan betapa pentingnya IPB bagi bangsa ini.
Itulah alasan mengapa akhirnya Pemerintah Kota Bogor memutuskan bangunan ini sebagai salah satu cagar budaya Bogor. Sejarah yang tersimpan di dalamnya sangat penuh makna.
——-
Kampus IPB Baranangsiang sendiri bagi warga Bogor merupakan ikon lain. Meskipun perkuliahan sudah lebih banyak dilakukan di kompleks Kampus IPB Dramaga, tempat ini masih penuh dengan aktifitas.
Masih ada perkuliahan yang dilakukan disini. Selain itu berbagai aktifitas non akademis seperti latihan bela diri, bazar dan lain-lain sering dilakukan di halaman kampus yang luas tersebut. Apalagi di salah satu pojok kampus terdapat kafe kecil tempat nongkrong para mahasiswa.
Sayangnya, ada satu hal yang menghilang dari kampus ini. Yang hilangnya adalah “hujan salju”. Bukan benar-benar salju, hanya dulu terdapat banyak pohon kapuk randu di halaman Kampus IPB Baranangsiang.
Ketika musimnya serat-serat kapuk akan terlepas dan beterbangan ke udara. Hasilnya sering udara penuh dengan serat-serat putih yang beterbangan. Suasananya jadi seperti melihat “salju”.
Meskipun demikian, tetap saja suasana di Kampus IPB Baranangsiang akan menarik pandangan mata yang melihatnya. Apalagi bila anda punya anak, tidak jarang akan terselip harapan agar anak tersebut suatu waktu bisa menjadi bagian dari kampus ini.