Lawang Suryakencana, Simbol Pengakuan Budaya Tionghoa

Lawang Suryakencana, atau Gerbang Suryakencana merupakan satu ornamen baru lagi yang menghiasi salah satu sudut Kota Bogor.

Cukup besar juga dana yang dikeluarkan pemerintah Kota Bogor untuk mendirikan gapura yang kental bernuansa etnis Tionghoa atau Cina ini. Tiga setengah milyar dikucurkan untuk itu.

Mahal? Tidak. Memang sudah saatnya lokasi dimana Lawang Suryakencana ini berada memiliki sebuah ciri khas tersendiri. Terutama, penambahan sebuah gerbang berwarna merah menyala ini memperindah pemandangan disana.

Lawang Suryakencana Ciri Khas Pecinan Kota Bogor

Bagi Anda yang pernah berwisata kuliner di sepanjang Jalan Suryakencana Bogor tentu akan menyadari adanya sedikit perbedaan di sepanjang jalan ini.

Selama berlalu lalang di sekitar jalan yang dulunya merupakan bagian Jalan Raya Pos ini, tentu akan banyak sekali ditemui warga Bogor bermata sipit dan berkulit kuning. Maaf, penyebutan ciri ini bukan karena rasis tetapi karena memang begitulah kenyataannya.

Lingkungan di sekitar Jalan Suryakencana memang dikenal sebagai kawasan pemukiman etnis Tionghoa/Cina. Asal muasalnya bisa dirunut pada eksodus etnis Tionghoa dari Batavia di abad ke-18 akibat pembantaian etnis tersebut oleh pemerintah Hindia Belanda.

Di Bogor pun, kemudian diberlakukan pemisahan pemukiman antar etnis. Buitenzorg, atau Bogor dibagi dalam beberapa sektor yang masing-masing akan diisi oleh etnis tertentu. Empang merupakan kawasan pemukiman keturunan Timur Tengah/Arab, Suryakencana Cina/Tionghoa dan lain sebagainya.

Lawang Suryakencana Bogor

Nah, hingga sekarang kawasan ini, meski sudah tidak ada lagi pemisahan berdasarkan etnis, tetap berwarna Tionghoa. Inilah kawasan Pecinan alias China Town di Kota Bogor.

Tentu saja, tidak 100% penghuni kawasan ini berasal dari etnis tersebut. Cukup banyak penduduk dari etnis lain tinggal di kawasan yang sama. Mereka juga berbaur dan bahkan berdagang bersama di beberapa pasar tradisional di lokasi tersebut.

Oleh karena itu wajar ornamen-ornamen pada Lawang Suryakencana mengadopsi ciri khas dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Merah adalah warna yang mendominasi seluruh bagian gerbang. Warna merah sendiri merupakan warna terpenting dalam budaya Tionghoa. Merah melambangkan antusiasme, semangat dan tentu keberuntungan,

Dua patung singa, jantan dan betina yang mengapit jalan melambangkan kekuatan dan pengaruh.

Lawang Suryakencana Bukanlah Simbol Pemisahan

Ya. Betul sekali.

Jangan pernah berpikir bahwa Lawang Suryakencana akan mengkotak-kotakkan masyarakat berdasarkan etnis. Jauh sekali.

Meskipun pada masa Orde Baru, berbagai kegiatan berbau etnis Tionghoa dikekang, tetapi pada level keseharian, tidak pernah adanya pemisahan. Anak-anak bersekolah di sekolah yang sama dengan pendidikan yang sama.

Kehadiran ikon baru di jalan ini lebih merupakan sekedar simbol pengakuan bahwa etnis dan budaya Tionghoa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan di Bogor.

Toh selama ini berbagai budaya dari etnis-etnis lain sudah dipergunakan dan diadopsi, seperti pakaian tradisional Sunda yang dijadikan pakaian wajib PNS Kota Bogor setiap Rabu.

Jadi, jauh sekali dari sebuah usaha pemisahan. Justru, apa yang dilakukan adalah mempertegas keragaman yang ada di Kota Hujan ini.

Lawang Suryakencana Bogor

Kalau Anda ingin melihat Lawang Suryakencana, tidak perlu repot. Anda bisa melakukannya ketika hendak memasuki gerbang utama Kebun Raya Bogor.

Gapura berwarna merah ini tidak akan luput dari perhatian Anda. Warna merahnya akan segera mengundang mata melirik.

Mari Berbagi

2 thoughts on “Lawang Suryakencana, Simbol Pengakuan Budaya Tionghoa”

  1. Sebelumnya selamat menunaikan ibadah puasa Pak Anton dan seluruh pengunjung situs lovelybogor.com

    Saya kalo hari maka Minggu sesekali pernah jogging lewat Lawang plus Viharanya k Jl.Suryakencana tembus k Ekalokasari.

    Menurut saya bukan cuma Lawang nya aj yg d bagusin tapi penataan keseluruhan juga. Saya lihat masih semrawut. Padahal Jl.Suryakencana terkenal dengan jajanan kaki lima dan kulinernya. Dan jika ditata dengan baik saya yakin bisa bersaing dengan Malioboro nya Jogja.

    Tapi perlu di acungi jempol terobosan dari Kang Bima untuk mempercantik kota agar lebih menarik para wisatawan.

    Reply
    • Nah, memang sebaiknya begitu. Karena saya sendiri menyadari bahwa masih banyak sisi di wilayah itu yang butuh pembenahan supaya jadi lebih bagus lagi, tetapi sejauh ini tetap kita harus mengacungi jempol untuk Pemkot Bogor yang sudah berusaha menata meski belum 100%.

      Kapan-kapan jalan bareng Kang?

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.