Bogor, Kota Sejuta Angkot. Kota Bogor ini tidak memerlukan penghijauan, Kota Bogor sudah hijau, tetapi bukan karena pepohonan, melainkan karena angkot.
Itu adalah dua dari beberapa anekdot lainnya yang beredar di masyarakat Bogor mengenai “ikon” tidak resmi dari Bogor.
Memang, ada rasa sebal tercermin dari anekdot-anekdot tersebut. Berbagai hal yang berkaitan dengan transportasi berwarna hijau ini memang terasa meresahkan banyak orang. Mereka merasakan bahwa kota ini sudah banyak terkena efek buruk angkot dalam sendi kehidupan.
Awal mula angkot di Kota Bogor
(Cerita awal mula keberadaan angkot atau angkutan kota ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis sejak tinggal di Bogor tahun 1978)
Mungkin Anda harus menggali tumpukan arsip di Dinas Perhubungan Kota Bogor untuk mengetahui secara pasti kapan angkot mulai beroperasi di Kota Hujan ini. Hanya, berdasarkan ingatan penulis, keberadaan jenis transportasi ini sudah ditemukan sejak tahun 1978.
Pada saat tersebut, angkot belumlah berwarna hijau. warnanya masih kuning. Ada juga bahkan yang sesuai warna aslinya. Jenis mobil yang dipergunakan pun belum seperti sekarang.
Jenis dan merk yang umum dipergunakan sebagai angkot di masa itu adalah Daihatsu Tuyul atau Unyil alias Daihatsu S38. Dilanjutkan dengan penggunaan Daihatsu Hi Jet 55, Suzuki Carry dan lain sebagainya.
Penumpang masih naik dan turun melalui pintu belakang. Belum ada angkot yang memiliki pintu samping seperti di masa kini.
Jumlahnya pun hanya beberapa gelintir saja. Angkot di masa itu masihlah pelengkap dari bemo, becak dan delman. Trayeknya pun belum tertentu, sehingga penumpang sering harus bertanya kepada sang supir trayek yang mereka jalani.
Angkot di Kota Bogor seperti yang dikenal sekarang baru muncul di pertengahan tahun 1980-an. Sejak masa ini mulailah dilakukan pembagian trayek dan pemberian nomor pada setiap angkot yang beroperasi di Kota Bogor.
Hal tersebut terus berlaku hingga tulisan ini dibuat.
Efek Buruk Angkot Bagi Kota Bogor di masa kini
Nah, setelah kurang lebih 30 tahun sistem yang sama berjalan, tentu Anda akan merasa heran mengapa keluhan atas efek buruk angkot pada kehidupan semakin nyaring terdengar.
Bukankah sistem transportasi angkot ini sudah menjadi bagian kehidupan warga Bogor lebih dari seperempat abad lamanya? Mengapa baru sekarang mengeluhnya?
Perhatikan! Jawabannya bisa diringkas dalam satu baris kalimat.
Kota Bogor sudah berubah!
Beberapa hal yang bahkan tanpa melihat data statistik di kantor Pemda Bogor, sudah terlihat perubahan yang dialami kota ini sejak 37 tahun yang lalu.
Bisa disebutkan perubahannya adalah
- Penduduk semakin banyak
- Perumahan semakin meluas dan bertambah
- Pusat perbelanjaan dan pertokoan berkali lipat
- Perekonomian tumbuh dan tingkat kesejahteraan meningkat
- Jumlah angkot bertambah, persaingan memperebutkan penumpang menjadi semakin tinggi.
Masih banyak lagi perubahan yang sudah terjadi dibandingkan ketika sistem transportasi berbasis angkot lahir.
Yang juga berubah, tetapi sangat tidak signifikan adalah panjang jalan raya. Memang tentu dibandingkan masa lalu, panjang dan lebar jalan bertambah, tetapi sangatlah tidak masif alias banyak.
Tentu saja dengan perubahan berbagai aspek kehidupan di kota ini, beberapa hal yang dahulunya bukanlah sebuah masalah, di masa sekarang berubah dan memberikan dampak buruk bagi hidup bermasyarakat di kota ini.
Perubahan-perubahan inilah yang membuat efek buruk angkot bagi Kota Bogor di masa kini semakin terasa.
Apalagi Kota Bogor masih terus tumbuh dan berkembang, perubahan-perubahan masih akan terus terjadi. Perkembangan dan perubahan-perubahan yang masih akan terus terjadi, seperti terus menyiramkan bensin ke dalam api. Efek buruk angkot pun bisa diprediksi akan semakin terasa menyesakkan di masa yang akan datang. Bila tidak segera dibenahi.
Menyesakkan karena ternyata angkot bukan hanya berpengaruh negatif terhadap situasi dan kondisi di jalan raya. Secara tak sadar, sistem transportasi angkot ini menyumbang pengaruh jelek pada tingkah laku masyarakat pengguna jasa angkot.
Lha, memang ada efek buruk angkot pada tingkah laku masyarakat Kota Bogor?
Setelah 30 tahun berjalan, sudah pasti lah ada efek pada kehidupan bermasyarakat di Kota Talas ini. Tidaklah mungkin sesuatu yang sudah berjalan lama tidak membentuk karakter dan menghasilkan pola tingkah laku yang baru.
Menurut pengamatan penulis, ada 9 hal yang merupakan efek buruk angkot bagi Kota Bogor. Kalau dibuatkan sebuah daftar, maka akan terlihat seperti di bawah ini
1. Masyarakat Menjadi Tidak Patuh Aturan
Perhatikan kebiasaan warga Bogor ketika ingin menggunakan transportasi berwarna hijau ini.
Mereka akan menyetop angkot yang mereka kehendaki ditempat dimana mereka berdiri. Walaupun di dekat mereka berdiri terdapat tanda larangan berhenti, mereka tetap melakukan kebiasaan tersebut.
Supir angkot sendiri, demi mengejar setoran, merekapun akan menaikan penumpang dimana saja.
Tidak ada lagi kepatuhan terhadap aturan atau hukum lalu lintas yang berlaku. Pengabaian seperti ini bisa dilihat di berbagai penjuru kota.
2. Masyarakat Menjadi Malas
Pernah mencoba naik angkot? Sudahkah Anda memperhatikan bahwa seringkali seorang penumpang turun hanya berjarak sekitar 10-20 meter dari tempat penumpang sebelumnya berhenti?
Itu adalah efek buruk angkot bagi karakter warga Bogor.
Sistem angkot di masa lalu secara tidak disadari membentuk kebiasaan pongah dan malas dalam diri masyarakat Bogor. Mereka tidak lagi terbiasa berjalan kaki. Jarak 10-20 meter bukanlah sebuah jarak yang jauh untuk ditempuh dengan berjalan.
3. Halte Menjadi Sia-Sia
Dengan sebuah kebiasaan menaik turunkan penumpang, bisakah kita menyebutkan lagi apa fungsi sebuah halte.
Halte menurut kamus bahasa Indonesia adalah sebuah tempat menunggu dan menaik turunkan penumpang. Dengan definisi seperti ini, lalu untuk apakah memperbagus halte-halte di jalur yang hanya dilayani angkot?
Bukankah hanya menjadi hiasan dan pembuangan dana anggaran secara sia-sia karena tidak ada yang mempergunakan.
4. Masyarakat Menjadi Tidak Pedulian
Pengaruh buruk angkot terhadap tingkah laku masyarakat tercermin dalam sebuah ungkapan standar ketika ingin turun dari angkot.
Kiri Kang! Payun Kang! Kiri depan!
Pernah Anda melihat apa yang dilakukan sang supir setelah menerima instruksi seperti itu?
Seringkali yang mereka lakukan adalah hanya membelokan setir mobil ke arah kiri. Banyak yang lupa menyalakan lampu sein penanda mereka akan berbelok. Tidak jarang pula yang secara otomatis menginjak rem untuk segera menghentikan laju angkot.
Bisakah Anda membayangkan dampak tindakan tersebut pada pengemudi kendaraan di belakang? Sebuah kendaraan yang berbelok atau berhenti tiba-tiba membuat mereka sering kalang kabut menghentikan laju kendaraan mereka.
Apakah supir angkot dan penumpang peduli akan hal itu? Seringkali TIDAK.
5. Masyarakat menjadi agresif
Kekesalan pengemudi atau pengendara di belakang angkot yang berbelok atau berhenti secara mendadak, jelas menimbulkan kekesalan.
Umpatan kasar adalah hal yang umum terlontar kepada sang supir angkot.
Meskipun sudah terlontar, kekesalan tersebut akan terbawa lebih lama dari proses kejadian. Hati yang dongkol tidak akan mudah terhapus.
Bisa dibayangkan ketika kejadian tersebut berulang-ulang setiap saat, di segala penjuru jalan di Kota Bogor. Berapa banyak beban kedongkolan yang harus ditanggung pengendara lainnya.
Belum lagi kalau ditimbang kebiasaan angkot untuk “ngetem” sembarangan, sudah bukan hal yang aneh kalau ditemukan dua lapis jejeran angkot memakan badan jalan. Apa yang dilakukan oleh pengemudi yang terhalang oleh hal tersebut, mereka akan mengklakson berulang-ulang.
Masyarakat menjadi sangat agresif. Sebuah efek buruk angkot bagi Kota Bogor yang jarang disadari.
6. Persaingan antar angkot yang tinggi
Pertumbuhan ekonomi memang menghasilkan banyak hal positif bagi kehidupan masyarakat Bogor. Pembelian kendaraan pribadi meningkat.
Ternyata perubahan ini pun membawa dampak bagi keberadaan angkot di Kota Bogor. Jumlah penumpang menyusut karena mereka tidak lagi tergantung pada sarana transportasi yang kurang nyaman ini.
Alhasil, persaingan antar angkot memperebutkan penumpang semakin ketat. Sikap pengemudi semakin tidak peduli terhadap pengguna jasa yang lain. Yang terpenting adalah mendapatkan sewa sebanyak mungkin, dimanapun.
Tidak lagi ada kepatuhan mereka terhadap aturan. Berhenti di tengah jalan atau di bawah rambu dilarang berhenti, kebut-kebutan, melanggar lampur merah bukanlah hal tidak lazim. Yang terpenting adalah mengejar setoran.
7. Masyarakat Menjadi Boros Waktu
Kebiasaan ngetem angkot menyebabkan kemacetan. Kemacetan membuat waktu terbuang percuma di atas kendaraan yang tidak bisa melaju normal.
Dimanapun Anda tinggal di Kota Bogor, ketika Anda hendak menuju suatu tempat, maka harus diperhitungkan toleransi waktu yang lebih besar.
Waktu yang seharusnya bisa dipergunakan untuk hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaat. Berada di dalam kendaraan yang terjebak kemacetan bukanlah sebuah kegiatan yang menyenangkan dan sama sekali tidak bisa disebut produktif.
8. Angkot menghalangi lahirnya sarana transportasi baru
Mayoritas warga Bogor yang semakin metropolis mulai terbiasa dengan tuntutan zaman modern untuk lebih cepat. Untuk itu mereka membutuhkan sarana transportasi umum yang lebih nyaman, cepat dan terpercaya.
Banyak pengusaha transportasi yang sudah mencoba merespon dengan melahirkan ide-ide baru untuk memenuhi keinginan masyarakat. Sayangnya, dalam banyak kasus yang terjadi di Kota Bogor, hal tersebut sering terhambat karena harus memikirkan keberadaan angkot.
Sayangnya efek buruk angkot bagi Kota Bogor juga berimbas pada pemenuhan harapan banyak warga Bogor. Pemerintah seingkali ditodong oleh para supir angkot dalam banyak segi, mulai dari menaikkan tarif hingga tidak mengizinkan jenis angkutan lain lahir.
Sebagai contoh kasusu, beberapa tahun yang lalu sebelum bis APTB (Angkutan Perbatasan Teirntegrasi Busway) lahir, sudah ada feeder busway dari Bogor. Sayangnya, karena angkutan tersebut dianggap mengurangi pemasukan para supir angkot, terjadi desakan yang berujung pembatalan izin terhadap sarana transportasi baru tersebut.
(Simak : http://magri.umm.ac.id/en/nasional-umm-1968-feeder-busway-bogor-ditolak-oleh-ratusan-sopir-angkot.html)
9. Kemacetan
Efek buruk angkot bagi Kota Bogor yang terakhir adalah kemacetan. Dampak buruk angkot ini ditempatkan di bagian terakhir, bukanlah karena tidak penting.
Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Warga Bogor sendiri menciptakan anekdot-anekdot di atas salah satunya adalah karena kemacetan.
Kementrian Perhubungan RI menganugerahkan gelar Kota Termacet se-Indonesia 2014. Perusahaan aplikasi navigasi WAZE baru-baru ini menempatkan Kota Bogor sebagai salah satu dari kota dengan lalu lintas terburuk di dunia.
Simak : http://lovelybogor.com/lalu-lintas-bogor-terburuk-sedunia-kata-waze/)
Tentu bukan hanya angkot penyebab kemacetan di Bogor, tetapi angkot memberikan kontribusi besar bagi kemacetan di Kota Bogor.
——–
Penutup :
Tanpa bermaksud menghilangkan jasa sistem angkutan ini, haruslah disadari bahwa sistem ini lahir lebih dari 30 tahun yang lalu.
Bahkan mesin yang dipakai pabrik untuk berproduksi akan segera diganti ketika usia mereka memasuki masa tersebut.
Begitu pula dengan sistem.
Sistem transportasi angkot dibuat berdasarkan kondisi Kota Bogor puluhan tahun yang lalu. Masa dimana situasi Bogor belumlah sepadat dan seramai sekarang.
Di masa kini dengan Bogor yang menjadi super sibuk, sistem tersebut tidak lagi mampu mengakomodasi apa yang dibutuhkan kota dan masyarakatnya. Ketidakmampuan ini justru melahirkan efek buruk angkot bagi perkembangan kota ini.
Sudah saatnya sistem tersebut, idealnya, diganti dengan sistem yang baru. Sistem yang bisa mengakomodasi kebutuhan warga Bogor dan bukan hanya menampung aspirasi para supir angkot.
Kalaupun harus melakukan kompromi demi semua pihak, sistem yang lama tetap tidak bisa dipertahankan. Harus ada modifikasi dari sistem yang ada untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Bila tidak dilakukan, maka efek buruk angkot bagi Kota Bogor akan terus berlanjut. Bahkan mungkin, dampak buruknya akan terus membesar dan semakin menyiksa masyarakat Kota Hujan ini.