Namanya aneh Doclang. Meskipun saya sudah lebih dari 37 tahun tinggal di Bogor, hingga sekarang tetap tidak tahu arti nama ini
Apalagi, juga tidak ada yang bisa menjawab asal usul nama dan makanan ini.
Yang pasti, Doclang sudah ditahbiskan sebagai salah satu kuliner tradisional dari Bogor.
Nah, silakan tebak makanan khas Bogor ini terdiri dari apa saja? Foto di atas adalah penampilan doclang setelah bungkusnya dibuka.
Sudah bisa menebak? Coba cocokkan dengan yang di bawah ini :
- Lontong
- Tahu Goreng
- Kentang
- Telur Rebus
- Kerupuk
Yak. Memang itulah campuran standar kuliner khas Bogor ini.
Lontong , tahu dan kentang dipotong-potong dalam irisan kecil. Kemudian sebutir telur rebus dibelah dua. Barulah kemudian disiram dengan kuah kacang kental.
Sebelum kerupuk ditambahkan, potongan-potongan bahan tersebut yang sudah disiram akan diberi kecap.
Uniknya, kebanyakan penjual memakai jenis kecap yang kurang umum. Cairan hitam manis itu berasal dari merek yang diproduksi di Bogor juga, yaitu Kecap Zebra.
Meskipun demikian, mungkin karena semakin sulit mencari kecap bermerk kuda belang tersebut, kadang merek ABC dan lain juga dipergunakan.
Bagaimana dengan rasa Doclang?
Sederhana tapi enak. Ada yang bilang rasanya mirip dengan kupat tahu dan memang bahan dasarnya mirip sekali.
Bedanya terletak pada pemakaian kupat dan lontong. Lontong doclang biasanya dibungkus dengan daun patat (Phrynium capitatum) yang sudah lama dipergunakan masyarakat Bogor sebagai bahan kemasan.
Mungkin dari situlah perbedaan cita rasa doclang dan kupat tahu.
Dimana mencari doclang di Kota Bogor?
Ini pertanyaan sulit-sulit gampang. Seperti juga berbagai makanan tradisional di Bogor, kehadirannya bak jalangkung.
Kadang ada kadang tidak. Ketika sedang ditunggu, ia tidak datang. Ketika sudah kenyang, tiba-tiba penjualnya lewat.
Meskipun demikian, ada satu tempat dimana kuliner tradisional ini bisa ditemukan, yaitu di sekitar Jembatan Merah. Tepatnya di sebelah Toko Terang (lihat foto toko tersebut). Disinilah sejak dahulu penggemar makanan tradisional ini selalu mencarinya.
Sejak masa saya kecil hingga sekarang tempatnya seperti tidak berubah. Bahkan sampai hari ini, ketika foto-foto ini dibuat.
Tidak jauh dari Stasiun Bogor (cukup berjalan kaki) dan mudah dicapai dari Terminal Baranangsiang (naik angkot no 03 Merah).
Silakan bagi Anda yang ingin berburu kuliner yang selalu berlumuran kacang dan dihiasi tahu.
Murah kok. Hanya Rp. 10.000.-/saja.
Terimakasih atas artikel anda yang menarik dan bermanfaat
Saya juga mempunyai artikel yg serupa yang dpat di lihat di
Explore Indonesia
Terima kasih Mbak.
Maaf kalau link aktifnya saya non aktifkan.