FANATICOFFEE : Nuansa Jadul Nan Hangat Bikin Jadi Fanatik

Fanaticoffee, begitu namanya. Kalau ditilik merupakan gabungan dua buah kata dalam bahasa Inggris, Fanatic dan Coffee. Memakai cara utak atik gathuk, alias tebak-tebakan sedikit, di sana mungkin terkandung harapan dari pemiliknya agar kafe ini akan memiliki penggemar yang fanatik dan tidak akan melupakannya.

Entahlah, apa tebakan tersebut benar adanya. Namun, yang jelas, meski tidak ada ukuran pasti kefanatikan seseorang terhadap sesuatu, kafe yang berlokasi di kawasan jalan Suryakencana Bogor ini memang susah dilupakan, setidaknya bagi kami, tim Lovely Bogor, Maniak Potret, dan Putar Lensa.

Angka pastinya tidak jelas, tetapi sejak tahun 2020-sekarang, setidaknya sudah lebih dari 10 kali, kami berkunjung dan bermain ke sana. Tidak jarang bahkan kafe yang satu ini menjadi titik kumpul ketika kegiatan nyetrit (berburu momen) harus dilakukan di jalan yang dulu merupakan bagian dari de Groote Post Weg (Jalan Raya Pos) tersebut.

Padahal, di sepanjang jalan tersebut kafe atau kedai kopi bertebaran dari ujung ke ujungnya. Namun, Fanaticoffee selalu menjadi pilihan yang tidak akan ditolak oleh semuanya.

Ada sesuatu yang menyenangkan dan membuat nyaman saat berada di sana.

Nuansa Vintage nan Jadul

Peralatan Bernuansa Vintage nan Jadul di Fanaticoffee
Berbagai peralatan kuni di Fanaticoffee

Tahun 70-80-an, itu tebakan saya ketika memasuki ruangan kafe yang beralamat di Jalan Suryakencana no 172, Bogor Tengah ini.

Tidak terhindarkan kesan itu hadir bagi saya yang lahir di tahun 1970.

Berbagai ornamen yang ditemukan ketika memasuki kafe ini merupakan barang umum yang ditemukan di masa itu. Benda-benda yang mungkin asing bagi generasi yang lahir di atas tahun 1990, tetapi tidak bagi mereka yang lahir antara tahun 1970-1980.

Pesawat telpon dengan tombol putar, televisi tabung dengan penutup, pita kaset, tape recorder, radio, dan bahkan piringan hitam yang mewakili kehidupan masa lalu, bisa ditemukan memenuhi beberapa sudut ruangan di kafe tersebut.

Nuansa jadul (belum masuk kuno) kental terasa karena kehadiran benda-benda tersebut. Semua memberikan kesan unik dan berbeda.

Tambahkan dengan meja dan kursi yang dipergunakan. Tidak ada sofa lembut berbalut kulit imitasi empuk. Yang tersedia adalah meja dan kursi kayu untuk pengunjung duduk sambil menikmati kopi.

Ada yang menyebutnya vintage, ada yang menganggapnya jadul. Bagi kami, suasana Fanaticoffee ini diringkas dalam satu kata UNIK dan membuatnya BERBEDA, serta menarik.

Bagi kami, para penggemar fotografi atau fotografer, kafe yang satu ini menjadi berbeda karena terlihat fotogenik di viewfinder kamera.

Rolling Stones

Era 1970-1980 memiliki ikon, seorang penyanyi legendaris yang susah dilupakan. Bibir “dower”nya kerap dipajang di pintu banyak remaja dari generasi tersebut, Mick Jagger, vokalis dari band legendaris asal negeri Ratu Elizabeth.

Sosoknya digandrungi dan banyak ditiru oleh generasi tahun 1970-1980 an.

“Kehadiran” sosok legendaris tersebut bisa ditemukan di Fanaticoffee dalam bentuk foto yang terpajang di beberapa sudut kafe. Sosoknya menambah kental tema yang diusung oleh kafe, yang pemiliknya merupakan ketua dari komunitas pecinta Rolling Stones ini, yaitu nuansa tahun 1970-1980-an.

Ngopi nyantai di Jalan Surken? Kenapa tidak?

Tidak semua orang suka ngopi dan santai dalam ruangan. Cukup banyak yang menginginkan suasana yang berbeda. Banyak juga yang ingin menikmati suasana di kawasan dimana mereka berada.

Di Kota Bogor, suasana di Jalan Suryakencana merupakan sesuatu yang sangat menarik dan bisa dinikmati.

Fanaticofee menyediakan hal tersebut.

Posisinya yang berada di tepat di pinggir trotoar Jalan Suryakencana memberikan kesempatan para pengunjungnya tetap bisa menikmati suasana jalan tersebut sambil menyeruput kopi.

Selain ruangan smoking dan non smoking, sebuah jendela counter yang menghadap tepat trotoar memungkinkan pelanggan memesan tanpa harus masuk ke dalam kafe.

Terlebih, kafe ini juga menyediakan kursi yang bisa dibawa keluar ruangan bagi mereka yang ingin tetap tak mau terlewat merasakan hiruk pikuk dan menjadi bagian salah satu kawasan wisata kuliner Kota Hujan tersebut.

In Frame : Anita Silvia

Hangatnya Keramahan a la Fanaticoffee

Sesuatu hal yang wajib ada dalam bisnis berbasis hospitality. Tanpa itu, daya tariknya akan berkurang jauh. Semua kafe pun tahu hal tersebut, tetapi terkadang lupa ketika berhadapan dengan para fotografer atau penggemar fotografi.

Tidak sedikit dari tempat yang pernah kami kunjungi seperti merasa risih dan memandang curiga melihat kamera DSLR atau lensanya yang kadang mirip termos. Bahkan, tempat seperti Kebun Raya Bogor pun terkadang tidak ramah terhadap kalangan ini.

Namun, tidak demikian di Fanaticoffee.

Senyum ramah penuh pengertian tetap terlihat terkadang menanggapi kejahilan kami. Senyum hangat itu tidak hilang meski terkadang suara berisik hadir karena kami terlalu bersemangat berdiskusi.

Bahkan ketika kami mengarahkan kamera ke berbagai bagian di dalam kafe yang fotogenik ini atau memotret dalam ruangan, tidak ada pandangan curiga, omelan, atau teguran. Sikap ramah dan hangat tetap diberikan kepada kami.

Beberapa dari hasil jepretan dan sesi kami di dalam Fanaticoffee bisa dilihat di bawah ini.

Bahkan, para stafnya pun tidak segan untuk ikut terlibat dalam kegiatan kami. Dalam beberapa kesempatan mereka tidak menunjukkan keberatan ketika diminta menjadi model bagikamera, di dalam ruang Fanaticoffee (tentunya dengan memperhitungkan kondisi pada saat itu).

Sambutan yang tentunya membuat nyaman, kami, pengunjungnya. Membuat betah. Tidak ada pandangan curiga, tidak ada ketakutan, tidak ada omelan, yang ada adalah persahabatan yang diberikan oleh para staf di sana.

Tidak mengherankan, jika kemudian para pengunjung kafe ini pun juga bersahabat. Beberapa dari pengunjung pernah juga bersedia menjadi model dadakan bagi tim kami, seperti Alya dan Elia yang diceritakan pada tulisan “Love Street : Jalinan Kasih di Jalan Suryakencana“. Keduanya kami dapatkan di kafe ini.

Kopinya? Makanannya?

Sebuah kelemahan dari Lovely Bogor adalah blog ini dikelola oleh seorang manusia yang bukan pecinta atau penikmat kopi. Kebiasaannya mengkategorikan makanan/kuliner pun tidak canggih karena hanya ada dua kategori, yaitu ENAK dan ENAK SEKALI membuatnya tidak bisa menilai secara terperinci tentang makanan.

Pengetahuannya tentang perkopian juga terlalu minim untuk bisa membahas cita rasa dalam kopi yang disajikan. Jadi, tidak akan ada pembahasan mengenai cita rasa kopi, asam, terlalu pahit, atau apapun.

Too bad.

Hanya saja, hasil berkeliaran di lumayan banyak kedai kopi, atau kafe di Bogor masih bisa setidaknya bisa membedakan antara TIDAK ENAK dan ENAK. Kalau tidak enak, tidak akan ada artikelnya di blog ini.

Hasil mencicipi beberapa jenis kopi, terutama yang favorit saya, Hazelnut dan Caramel Latte, kopi di Fanaticoffee termasuk di atas rata-rata. Jelas jauh dari kata mengecewakan.

Cemilannya pun enak. Salah satu yang menyenangkan adalah melihat cireng hadir di kafe. Tidak pernah terbayangkan bahwa makanan yang dipandang makanan kampung ini bisa bersanding dengan cappuccino.

Harganya pun terjangkau dan tidak merobek kantung. Bahkan, berdasarkan pengamatan, masih lebih murah dibanding beberapa kafe yang pernah kami kunjungi. Sebuah hal yang lumayan mengejutkan mengingat lokasinya yang berada di kawasan destinasi wisata kuliner yang biasanya mematok harga tinggi.

—–

Bima Arya pernah ke kafe ini , hal itu bisa terlihat pada feed akun Instagram kafe ini. AHY (politikus anak mantan Presiden RI) dan Gubernur Jawa Barat pun pernah singgah (katanya karena saya tidak melihat langsung).

Namun, bukan kehadiran para tokoh ternama itu yang membuat kami betah datang lagi dan lagi ke Fanaticoffee. Ada banyak hal lain yang menjadikan kami fanatik terhadap kafe ini.

Nuansa vintage bin jadul, Rolling Stone, dan keramahan yang hangat dari para stafnya lah yang mendorong tim Lovely Bogor, Maniak Potret, dan Putar Lensa selalu menempatkan kafe ini pada prioritas pertama ketika berada di Surken.

Fanaticoffee menyediakan lebih dari sekedar kopi bagi kami. Kafe ini menyediakan tempat yang ramah, hangat, dan nyaman untuk kami melanjutkan bergembira di Jalan Suryakencana.

Mungkin, itu juga yang dirasakan para tokoh penting ketika datang ke sini.

Jika Anda berada di kawasan Jalan Suryakencana, Bogor, kami dari Lovely Bogor akan merekomendasikan Fanaticoffee kalau Anda ingin membutuhkan tempat untuk beristirahat atau bercengkerama bersama kawan-kawan. Bukan endorse yah, tetapi karena memang itu apa yang kami rasakan disana.

Mode in framel :

Fotografer : tim Lovely Bogor, Maniak Potret, Putar Lensa

Video clip : Raafi Alfariz (@ciginista)

Catatan : foto diambil dalam waktu yang berbeda dan beberapa kali kunjungan

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.