Tantangan Gerakan Go Green di Kota Bogor

Beberapa waktu lalu, saat berjalan-jalan di trotoar seputar Kebun Raya Bogor yang nyaman itu, perhatian saya terusik oleh dua buah spanduk yang terpasang oada tiang-tiang lampu disana. Isinya bagus tentunya, yaitu ajakan dari pemerintah untuk Go Green.

Bagus sekali tentunya isi spanduk tersebut, kalau bisa terwujud tentunya.

Tetapi, entah mengapa, begitu membaca ajakan untuk mewujudkan Gerakan Go Green itu ada sedikit rasa pesimis. Sebagai seorang warga Bogor selama kurang lebih 40 tahun, tentunya saya cukup paham betul tentang tingkah polah warga Kota Hujan ini dalam masalah terkait lingkungan.

Rasanya, masih sangat jauh sekali Kota Bogor bisa menjadi sebuah kota yang Go Green atau peduli terhadap lingkungan. Terlalu banyak hal yang menunjukkan masih panjang jalan yang harus ditempuh kota dan masyarakat Bogor untuk bisa menjadi masyarakat yang benar-benar sadar dan peduli terhadap lingkungan.

Bukan berarti tidak mungkin, tetapi jalannya masih sangat paaannnjaaannnng karena tantangannya luar biasa banya dan butuh perjuangan luar biasa berat untuk mewujudkannya.

Tantangan-tantangan apakah yang dikatakan begitu berat dan butuh waktu lama untuk dipecahkan untuk mewujudkan Gerakan Go Green di Kota Bogor?

Kesadaran Terhadap Lingkungan Yang Sangat Rendah

Bukti sebagian warga bogor tidak sadar kebersihan 2

Tiga gelas plastik di atas trotoar ini adalah bukti dari masih rendahnya kesadaran banyak warga Bogor dalam hal lingkungan. Mudah sekali dan sama sekali tidak berat untuk melangkah beberapa meter untuk membuangnya ke tempat sampah, tetapi mereka memilih untuk meninggalkannya begitu saja di atas trotoar.

Gerakan Go Green atau gerakan hidup ramah lingkungan adalah gerakan yang mengandalkan pada kesadaran individu untuk bertindak dan hidup dengan memperhatikan lingkungan. Sulit sekali untuk terwujud apabila kesadaran itu tidak ada.

Jika untuk hal sekecil ini saja mereka tidak mau melakukannya, apalagi melakukan pengorbanan untuk lingkungan?

Taraf Hidup Yang Tidak Merata

warga mencuci di kali Ciliwung

Tidak selalu orang yang punya tingkat ekonomi yang lebih baik akan selalu sadar lingkungan. Tidak berarti demikian.

Tetapi, masyarakat dengan tingkat perekonomian yang rendah biasanya akan mementingkan pada pemenuhan kebutuhan hidup. Tidak mungkin berpikir tentang lingkungan, kalau mereka masih terus berpikir bagaimana bisa makan besok.

Hasilnya adalah seringkali mereka “menabrak” dan “menerobos” berbagai hal, termasuk aturan untuk mendapatkan nafkah, seperti berdagang di tempat yang tidak seharusnya atau membuang sampah ke sungai.

Jangankan berpikir untuk melakukan uji kir supaya gas buangan knalpot angkotnya tidak mengotori udara kalau untuk setoran saja pusing setiap hari.

Ini tantangan yang sangat berat karena dari satu juta lebih warga Bogor, masih banyak yang hidup dengan keterbatasan dalam hal ekonomi.

Keterbatasan Lahan

Tantangan Gerakan Go Green di Kota Bogor 2

Kota Bogor itu tidak besar. Luasnya hanya sekitar 128 Kilometer persegi saja dan dihuni lebih dari satu juta orang.

Banyak warganya harus tergusur dan terpaksa hidup di tempat-tempat yang tidak seharusnya, seperti bantaran sungai. Ditambah dengan tingkat kesadaran akan lingkungan yang masih rendah, hal tersebut sangat membahayakan ekosistem dan lingkungan air.

Begitu juga untuk penanganan sampah, yang ternyata lumayan besar setiap harinya. Dalam konsep Go Green, butuh pengelolaan sampah dan limbah yang lebih dari sekedar sanitary landfill, dibuang dan ditumpuk saja. Sampah harus diolah menjadi energi atau agar tidak mencemari lingkungan.

Konsep ini membutuhkan lahan yang lumayan luas agar unit pengelolaan sampah bisa berjalan baik. Dan, itu tidak tersedia di Kota Bogor yang untuk Tempat Pembuangan Akhir saja harus menyewa lahan dari Kabupaten Bogor.

Keterbatasan lahan juga membatasi banyak pembangunan ruang terbuka hijau. Memang, Pemda Kota Bogor banyak membuat taman yang indah, tetapi dibandingkan dengan pembangunan gedung bertingkat, jumlah taman di kota yang dulunya berjuluk kota kenari ini kalah jauh.

Tiga hal itu saja sudah menunjukkan berapa berat tantangan yang dihadapi kota ini untuk mewujudkan Gerakan Go Green dalam kehidupannya. Butuh lebih dari sekedar spanduk untuk bisa merubah pemikiran banyak orang.

Bukan berarti tidak mungkin karena banyak bermunculan gerakan swadaya masyarakat untuk membantu, tetapi butuh lebih banyak lagi.

Bogor memang harus menjadi Kota Yang Go Green. Harus. Demi kelangsungan manusia, Bogor harus ikut menjadi masyarakat yang sadar terhadap lingkungan. Itu adalah sebuah keharusan untuk semua manusia di dunia, jadi Bogor pun harus turut bergabung di dalamnya.

Hanya, sepertinya kota ini masih butuh waktu lebih lama karena begitu banyak tantangan dan masalah yang harus dipecahkan bersama.

Semoga kita bisa mewujudkannya, bersama tentunya.

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.