Kesederhanaan warung Laksa Gang Aut “Mang Wahyu” seperti menunjukkan betapa sulitnya sebuah makanan tradisional bertarung di masa sekarang. Penampilan yang berbeda jauh dengan gerai makanan modern.
Tidak ada pencahayaan. Tidak ada dekorasi. Tidak ada kenyamanan. Tidak ada semua hal yang disediakan gerai modern. Semuanya serba sangat sederhana
Warung Laksa Gang Aut hanyalah sebuah bangunan semi permanen di dekat pangkalan ojeg gang Aut Bogor. Bangunan beratap seng dan setiap sisi ditutupi oleh tenda.
Bagian dalamnya pun tidak kalah sederhana. Satu bagian merupakan dapur dimana pikulan berisi panci besar dan kompor. Bagian lainnya berisi meja kayu dan kursi plastik untuk pengunjung.
Sangat, amat…. teramat sangat sederhana.
——–
Memang keberadaan laksa Bogor yang merupakan makanan khas kota hujan ini sudah agak sulit ditemukan. Hanya tersisa beberapa saja yang masih tersisa. Mereka tergerus oleh derasnya invasi berbagai jenis kulier yang masuk.
Kesederhanaan pula yang membuat laksa Bogor sulit berkembang di tanahnya sendiri. Begitu sederhana sehingga sulit menarik perhatian, terutama bagi kalangan muda Bogor. Yang masih setia mencicipi makanan ini hanyalah orang-orang yang pernah menikmati sang laksa di masa lalu, seperti saya.
Kalau dulu penjaja laksa istilahnya “ngider” membawa pikulan dari kampung ke kampung, saat ini hampir tidak ada lagi.
——-
Sekilas tentang Laksa
Laksa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya banyak. Hal ini bisa terlihat dari bahan-bahan yang ada dalam semangkuk laksa. Walau terlihat sederhana sebenanrya proses pembuatannya cukup rumit.
Laksa disebut merupakan sebuah makanan dari keturunan Tionghoa, dulunya. Mengikuti diaspora kaum Tionghoa, makanan ini menyebar ke berbagai wilayah di Asia Tenggara. Oleh karena itu makanan sejenis bisa ditemukan di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia , Singapura atau Thailand.
Rasa tiap jenis laksa berbeda satu dengan yang lain. Bahkan di Indonesia sendiri antara laksa Palembang, Betawi dan Bogor berbeda cita rasanya.
Laksa Gang Aut sendiri memang mencirikan laksa khas Bogor. Bisa dilihat dari kuahnya yang selain bersantan juga akan terasa sedikit sisa kelapa yang di”sangrai” (alias digoreng tanpa minyak). Dalam kuah laksa bogor biasanya tercampur berbagai macam bumbu dan rempah-rempah.
Berbeda sedikit dengan Laksa Betawi yang menggunakan rebon dalam kuahnya, laksa Bogor tidak memakainya. Ciri khas laksa Bogor adalah adanya oncom merah di dalam bahannya. Oncom merupakan salah satu bahan makanan kesukaan suku Sunda. Juga adanya daun kemangi di dalamnya.
———-
Nikmatnya rasa Laksa Gang Aut
Pemikiran saya mengenai apa yang harus ditulis tentang Laksa Gang Aut terhenti ketika pesanan 2 mangkuk laksa. Tercium aroma kemangi yang semerbak terkena kuah panas.
Masih sederhana seperti yang dulu penampakannya. Tahu setengag matang dan 1/2 bagian telur rebus ada di bagian atas. Ketika serpihan oncom merah bertebaran. Toge menyembul disana sini. Semua terendam dalam larutan kental berwarna kuning.
Kalau diaduk akan terlihat gumpalan bihun nan keriting dan potongan-potongan kecil ketupat.
Rasanya ? Ueenaakkk ! Sejak suapan pertama sampai suapan terakhir rasanya enak. Kalau tidak malu saya akan angkat mangkuk untuk meminum kuahnya.
Memang masih ada beberapa tempat lain yang menyediakan laksa. Hanya banyak dari mereka membuat laksanya terasa “manis”. Baru di dua tempat saya merasakan laksa yang “gurih”. Yang pertama di Tas Tajur- Sumber Karya Indah dan kedua Laksa Gang Aut ini.
Mungkin karena dulu ketika laksa pertama kali masuk dalam kehidupan saya di tahun 1978, versi gurih lah yang saya dapatkan. Versi manis sepertinya tidak begitu cocok.
Satu hal yang rupanya sudah tidak ada lagi. Untuk itu saya sangat memakluminya. yang hilang dari laksa dewasa ini adalah bau asap di mangkuk. Lho ? Apa hubungannya? Dulu pedagang laksa keliling masih memakai tungku kayu bakar dan bukan kompor gas. Kayu bakar akan menghasilkan asap yang mempengaruhi rasa makanan juga.
Walaupun demikian, hidangan pagi ini sangat nikmat. Laksa Gang Aut pantas memiliki nama di Bogor dan pantas pula banyak orang merekomendasikannya. Saya pun akan mengatakan demikian kepada anda. Bila berkunjung ke Bogor, cobalah sekali-kali mencicipi makanan tradisional ini.
———
Sesuatu yang baru tidak selamanya lebih baik dibandingkan yang lama. Penampilan yang mewah dan memukau seringkali tidak memberikan yang diharapkan. Kesederhanaan seringkali menyimpan dan memberi lebih dari yang diharapkan.
Begitu pula dengan Laksa Gang Aut “Mang Wahyu”. Sangat jauh dari “wah”-nya penampilan berbagai jenis kuliner masa kini. Kurang menarik bagi generasi yang lahir pada masa sekarang ini. Tetapi…memberikan kelezatan yang istimewa dari kesederhanaannya tersebut.
Salam dari Bogor 2 Februari 2015
———-
Cara menuju lokasi Laksa Gang Aut
– Lokasinya berada dekat jalan Suryakencana Bogor walaupun bukan dipinggir jalan. Oleh karena itu lebih baik masuk melalui jalan ini.
– Bagi yang membawa kendaraan pribadi bisa memarkirkan mobilnya di Parkir Tarif Khusus yang ada di dekat jalan Gang Aut. Mencari parkir di gang Aut sulit. Dari ujung gang Aut sekitar 10 M ada jalan berbelok dan terdapat pangkalan ojeg. Dari situ akan terlihat tulisan di tenda “Laksa Gang Aut Mag Wahyu”
– Bagi yang memakai angkutan umum, pakai angkot no 02 Merah dan bilang supirnya berhenti di gang Aut. Mereka tahu persis dimana harus berhenti
– Bila masih bingung setelah berada di jalan Suryakencana, tanya saja pada tukang parkir “Laksa Gang Aut”. Nama ini sudah cukup terkenal disini dan mereka akan menunjukkan arahnya kepada anda
walaupun di pinggiran rasanya bintang lima yaa.. pastii enak, jadi pengen kulineran ke bogor 🙂
Sayangnya tidak semua orang berpikiran seperti dikau. Mewah baru enak